Jam makan siang tiba, Rere bergegas keluar dari gedung perkantoran. Dia harus menjemput anaknya, Kenan. Rere masuk ke dalam mobil, lalu menyalakan mesin, kemudian mengendarainya ke jalan raya.
Sekitar 20 menit Rere sampai di sekolah taman kanak-kanak. Jam pulang sekolah Kenan memang sudah selesai satu jam yang lalu.Namun, Rere selalu menyuruh anaknya untuk menunggu di taman sekolah. Di sana juga ada satpam yang menemani Kenan.Babysister Kenan saat ini sedang cuti pulang kampung. Jadi, Rere lah yang harus menjemput anaknya sekolah. Jarak antara kantor dan sekolah Kenan cukup dekat.Rere keluar dari dalam mobil. Terlihat Kenan tengah bermain ayunan seorang diri. Segera saja ia menghampiri putranya."My baby Kenan," teriak Rere.Rere berlari dengan merentangkan kedua belah tangannya. Kenan memutar mata malas melihat ibunya yang selalu menganggapnya anak kecil.Kenan memang anak kecil, tapi dia bersikap dewasa. "Mommy ... jangan panggil Ken, my baby!" Kenan sedikit kesal dengan Rere.Rere langsung memeluk putra semata wayangnya. "Kenapa kamu marah?""Ken itu sudah besar," ucap Ken."Kamu itu masih kecil. Masih berumur 5 tahun," ucap Rere.Kenan melipat tangan di perut. Rere semakin gemas akan tingkah putranya. Kenan memang selalu ingin dianggap sudah besar. Rere mencubit kedua pipi gembul Kenan."Iya deh ... putra Mommy memang sudah besar," ucap Rere.Ken memasang wajah masam. "Ken sudah lapar. Kita makan siang yuk!"Rere tersenyum. "Ayo ... kita makan ayam goreng."Kenan menggeleng. "Ken ingin makan salad saja. Ken harus diet, pipi Ken sudah gendut."Rere menghela napas. Masih kecil saja putranya sudah memperhatikan penampilan. Kenan memang populer di sekolahnya. Wajahnya sangat tampan. Banyak teman Kenan yang menyukai dirinya."Terserah kamu saja. Makan ayam rebus saja. Anak kecil harus makan banyak," ucap Rere.Kenan mengangguk. "Kita ke restoran favorite."Rere menggendong putranya itu masuk ke dalam mobil. Kenan duduk di kursi samping ibunya, lalu Rere menyusul masuk. Ia memasang sabuk pengaman untuk putranya dulu barulah menyalakan mesin mobil, kemudian mengendarainya menuju restoran favorit Kenan.Sesampainya di restoran, Kenan bergegas keluar dari dalam mobil. Ia langsung saja masuk ke restoran dan mencari tempat duduk.Rere menyusul masuk kemudian. Menghampiri anaknya yang sudah duduk, lalu memesan makanan."Kenan ... hari ini Mommy akan pulang telat. Kamu di rumah saja. Jangan kemana-mana," ujar Rere."Mommy pulang malam lagi?" tanya Kenan."Iya ... Mommy harus lembur bekerja," jawab Rere."Iya ... Ken akan di rumah," kata Kenan."Ingat ... jangan main ke dapur kotor. Di kulkas ada banyak makanan dan minuman," tutur Rere.Kenan memberikan tanda oke lewat tangannya. Pelayan restoran datang dengan membawa pesanan makanan Kenan. Semua makanan dan minuman ditata di meja.Kenan dan Rere makan siang dengan lahap. Rere juga memesan makanan untuk di bawa pulang. Kenan memang sudah terbiasa sendiri. Pengasuh Kenan hanya menjaganya sampai sore saja, dan ketika malam saat Rere lembur, maka Kenan akan sendirian.Setelah makan siang bersama. Rere mengantarkan anaknya untuk pulang ke rumah dulu. Waktu jam makan siang sudah lewat hingga Rere melaju dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai di rumah.Mobil tiba di rumah. Kenan keluar dari dalam mobil dengan membawa makanan. Ia membuka kunci pintu dan segera masuk ke dalam rumah.Rere kembali melajukan mobilnya setelah putranya masuk ke rumah. Ia terus melirik jam di pergelangan tangannya. Jam menunjukkan kalau ia sudah telat lima belas menit."Bisa kena marah kalau telat," gumam Rere.Sampai di kantor, sudah telah hampir setengah jam. Karyawan lain juga sudah kembali bekerja. Rere bergegas masuk ke dalam lift menuju lantai tempatnya bekerja.Rere tidak sadar jika di dalam lift itu juga ada Aldo. Ia terlihat panik, dan terus melihat angka lift. Aldo melirik jam di pergelangan tangannya. Memperhatikan penampilan Rere dari atas sampai bawah."Jam berapa ini?" tanya Aldo dengan nada yang sedikit meninggi.Rere terlonjak kaget mendengar suara seorang pria. Ia membalikkan tubuhnya ke belakang. Rere menahan napasnya saat melihat Aldo sudah bersedekap tangan.Rere menyungingkan senyum di bibir. "Selamat siang, Pak!""Kamu sudah telat kembali ke kantor. Kamu telat tiga puluh menit," ucap Aldo."Saya tidak telat kok, Pak. Tadi ada yang bertemu saya di lobby," kilah Rere.Rere berharap Aldo bisa ia tipu seperti yang lainnya. Tapi Rere salah mengira jika Aldo bisa di bohongi. Aldo tersenyum smirk melihat Rere.Kamu ingin bermain denganku. Baiklah ... aku akan melayaninya, batin Aldo."Jangan membodohiku. Karna kamu telat, kamu harus dihukum," ucap Aldo.Rere melongo. "Maaf Pak, saya telat karna ada urusan mendadak." Rere menangkup kedua tangannya.Aldo terkekeh. "Kamu sudah telat, lalu kamu berbohong. Kira-kira hukuman apa yang pantas untukmu?"Pintu lift terbuka, Rere hendak keluar, tapi Aldo mencekal tangannya. Pintu lift kembali tertutup. Lift menuju lantai atas ruangan Aldo.Aldo memegang pinggang ramping Rere. Mata keduanya saling tatap. Rere segera melepas cekalan tangan Aldo dari pinggangnya."Kamu tidak boleh lari. Kamu harus dihukum," kata Aldo.Lift terbuka, Aldo memegang tangan Rere dan menyeretnya masuk ke dalam ruangannya."Kamu bersihkan ruangan ini, sampai bersih. Jangan keluar kalau tidak bersih," ucap Aldo."Pak ... saya bukan office girl," protes Rere.Aldo berkacak pinggang. "Berani jawab lagi. Kamu pilih, mau jadi pacarku atau bersihkan ruangan ini?"Pilihan apa itu, masa harus jadi pacarnya, batin Rere."Jangan mendumel di dalam hati," ucap Aldo.Rere kaget, Aldo tahu apa yang ia ucapkan dalam hati. "Saya akan bersihkan ruangan ini."Rere keluar untuk mengambil alat-alat kebersihan. Setelah beberapa saat, ia kembali dengan membawa sapu, kemoceng dan kain pel. Ia menyapu dan mengepel segala sisi ruangan Aldo. Membersihkan meja, sofa serta dokumen yang berserakan. Aldo tersenyum memperhatikan.Rere mengipasi wajahnya dengan tangan. Keringat di wajahnya bercucuran. Ia melepas kain pel di tangan, lalu menyanggul rambut panjangnya.Terlihat leher jenjang Rere yang berkeringat. Aldo menelan ludahya. Merasa panas karna melihat penampilan Rere yang menggoda.Kenapa dia jadi begitu menggoda, batin Aldo."Pak ... tolong naikkan suhu pendinginnya," ucap Rere.Rere memperhatikan wajah Aldo yang memerah. "Bapak kepanasan juga?""Aku panas karna melihat kamu," jawab Aldo."Saya kenapa?" tanya Rere heran."Kamu selesaikan cepat pekerjaan kamu. Saya mau ke kamar mandi sebentar," ucap Aldo.Aldo pergi ke kamar mandi. Ia harus menuntaskan hasratnya sendiri. Jika lama-lama berada di dekat wanita itu, bisa jadi Aldo akan melahap Rere.Aldo keluar dari kamar mandi setelah menuntaskan diri. Ia bisa tidak waras jika harus melihat Rere terus-terusan. Aldo kembali ke ruangannya, melihat Rere yang duduk di sofa sambil memejamkan mata. Aldo mendekat pada Rere, melambaikan satu tangannya ke kiri dan ke kanan. Rere tampak tertidur pulas. Keringat di wajahnya masih bercucuran."Apa dia tidur?" tanya Aldo pada dirinya sendiri.Aldo mengambil tisu lalu menyeka wajah Rere dengan pelan. Ia duduk di samping Rere sembari memperhatikan wajah wanita ini yang cantik. Kulit putih bening, hidung bangir, bulu mata lentik dengan bibir kemerahan.Aldo menelan ludah saat melihat bibir mungil tipis kemerahan itu. Ingin sekali ia mengecup bibir itu. Aldo mendekatkan wajahnya secara perlahan. Menempelkan bibirnya pada bibir Rere. Cepat-cepat ia menarik bibirnya, lalu bangkit dari duduknya kemudian beralih ke kursi kebesarannya. Aldo mengusap wajahnya dengan kedua tangan."Astaga ... apa yang telah aku lakukan." Aldo geleng-geleng kepala atas
Kenan terlihat heran melihat ibunya yang tengah memegang bibir. Ia memperhatikan Rere yang geleng-geleng kepala lalu mengerutu sendiri. Kenan mengaruk kepalanya yang tidak gatal. "Mommy kenapa?"Rere terlonjak kaget mendengar suara Kenan. Ia terbata-bata menjawab pertanyaan putranya. "M-mommy gak kenapa-kenapa!"Rere berusaha untuk mengalihkan pembicaraan. "Kamu sudah makan?"Kenan mengangguk. "Sudah ... sekarang mau pergi tidur."Rere menghampiri putranya. "Kamu tidur yah! Ini sudah malam. Selamat malam, Sayang.""Selamat malam, Mom," ucap Kenan.Rere memberi kecupan di kening. Begitu juga Kenan, mengecup kedua pipi Rere, lalu masuk ke kamarnya sendiri. Rere tersenyum melihat putranya yang mandiri. Kenan tidak seperti anak kebanyakan. Putranya itu sudah terbiasa mengurus diri tanpa bantuan darinya. Rere masuk ke kamarnya. Ia membuka pakaian, mengambil handuk dalam lemari, lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.Dalam kamar mandi, ia teringat akan kecupan panas yang di la
Denting lift berbunyi, pintu telah terbuka. Aldo membantu Rere untuk bangkit berdiri. Ia memapah tubuh Rere masuk ke dalam ruangannya. Sekretaris Aldo dan juga assistennya memperhatikan itu semua. Mereka tidak berani menegur ataupun bertanya pada Aldo. Mereka hanya diam memperhatikan saja atasan membawa Rere masuk ke dalam ruangannya.Aldo mendudukkan tubuh Rere di atas sofa. Ia mengambil kotak obat di laci meja, lalu duduk di samping Rere. Terlihat Rere tengah mengelus bagian belakangnya. Kening Rere juga merah karena benturan dinding lift. Bagaimana tidak? Rere tengah bersiap untuk menyerang, lalu Aldo menyepak kakinya. Rere tersungkur ke depan membentur dinding lift lalu jatuh terduduk. Aldo membuka kotak obat. Ia mengambil gel untuk luka memar. "Maaf ... aku gak sengaja menyenggol kakimu," ucap Aldo yang dengan perlahan mengoleskan obat itu di kening Rere. Rere meringis. "Pelan-pelan sedikit mengolesnya.""Ini juga sudah pelan," jawab Aldo lalu meniup-niup kening Rere. "Ini
Pintu lift terbuka, Rere segera keluar dan menuju ruangannya. Di dalam perjalanan, karyawan lain berkasak-kusuk membicarakan dirinya. Mereka melihat saat Rere dibawa masuk ke dalam lift oleh Aldo.Rere terlihat heran karena teman-temannya terus memperhatikan ia lewat. Ia segera masuk ke ruang kantor, mengambil cermin kecil dan melihat wajahnya.Tidak ada hal apa pun yang mencurigakan. Semuanya baik-baik saja. Rere terlihat bingung jadinya. "Re ... kamu ada hubungan apa sama CEO Aldo?" tanya Rudi yang langsung menghampiri Rere saat wanita itu telah duduk di kursi mejanya."Tidak ada ... memangnya kenapa?" tanya Rere. "Kamu lagi banyak digosipkan sama karyawan lain. Mereka mengira kamu ada hubungan dengan beliau."Rere mengernyit. "Kenapa mereka bisa berpikiran seperti itu?"Rudi memutar mata malas. "Semuanya melihat saat kamu ditarik masuk ke lift oleh Pak Aldo."Rere terlonjak kaget mendengar penuturan Rudi. Dia baru teringat saat Aldo menariknya, memang ada banyak staf lain yang me
Kenan mengintip Rere yang telah pergi dengan mobilnya. Ia lalu berlari masuk ke dalam kamar. Kenan mengambil celengan uang lalu menghancurkannya. Ia mengambil semua uang lalu memasukannya ke dalam kantong celana.Kenan mengambil jaket, topi dan ponsel. Rere memang meninggalkan satu ponsel untuk putranya agar Kenan dapat memberikan kabar jika terjadi apa-apa padanya. "Semua sudah siap, aku akan mencari Daddy. Mom bilang, Daddy itu seorang pengamen. Aku akan mencarinya di jalanan," gumam Kenan.Kenan keluar dari rumah dan tidak lupa mengunci pintu. Dia keluar dari gerbang rumah dengan celingak-celinguk ingin mencari taksi. "Taksi gak ada lewat, mau cari di mana, ya?" tanyanya pada diri sendiri. Kenan berjalan kaki menyusuri jalanan. Ia lalu singgah di warung dan menghampiri seorang wanita yang seumuran dengan ibunya. "Bu ... Kenan mau minta tolong," ucapnya."Tolong apa, Dek?" tanya wanita itu."Kenan minta tolong, pesankan taksi online," pintanya."Oh ... ponsel kamu ada?" tanya w
Aldo masih menatap wajah Kenan yang tengah makan itu. Dalam hati ia bertanya-tanya, apakah memang betul jika Kenan adalah anak darinya? Wajah mereka sangat mirip. "Al ... lebih baik kita test saja Kenan. Siapa tahu dia memang anakmu," ucap Ryan, memberi saran terhadap sahabatnya."Aku tidak ingat jelas wanita malam itu. Tapi, idemu boleh juga. Kita harus melakukan test pada Kenan," ucap Aldo."Kenan sayang, kamu boleh panggil Om dengan sebutan Daddy," ucap Aldo dengan mengusap rambut Kenan."Tapi, Om bukan Daddy Ken," ucapnya. "Om adalah Daddy Ken. Dulu Daddy seorang pengamen. Sekarang, Daddy sudah kaya," ucap Aldo.Ken terlihat senang. "Om beneran Daddy Ken?"Aldo mengangguk. "Iya ... tapi, Ken jangan bilang Mommy dulu. Kita kasih kejutan untuk Mommy."Ken mengangguk. "Iya ... Ken tidak akan bilang pada Mommy.""Anak pintar ... hari ini Daddy akan ajak kamu jalan-jalan," ucap Aldo."Yeah asyik!" ucap Kenan girang.Aldo mengambil beberapa helai rambut Kenan. Dia membungkusnya dengan
Aldo membuka kemeja bajunya. Dia kembali menindih tubuh Rere, lalu melanjutkan aksinya. Dia juga sudah membuka habis kain yang melekat di tubuh indah Rere. "Selain pria itu, siapa lagi yang pernah menidurimu?" tanya Aldo."Tidak ada ... hanya dia satu-satunya," ucap Rere. Aldo membuka sedikit kaki Rere. Dia membenamkan kepalanya di bawah sana dan Rere menahan bibirnya agar dia tidak bersuara. "Cukup Aldo! Kamu sudah keterlaluan berbuat seperti ini," pekik Rere. Aldo tidak menghiraukan teriakan Rere. Dia tetap menikmati keindahan di bawah sana. Rere berusaha untuk melepas ikatan tangannya. "Apa kamu tidak bisa diam? Biarkan aku melakukannya. Kamu harus menuruti keinginanku," kata Aldo yang sedikit kesal karna Rere terus bergerak. "Pria kurang ajar. Aku tidak terima diperlakukan seperti ini," teriak Rere. Aldo mengambil ponselnya. Dia memotret Rere dalam keadaan polos. Aldo sengaja melakukan itu agar Rere tidak lepas darinya. Dia akan menjerat Rere untuk selalu menuruti keinginan
Rere melajukan mobilnya menuju sekolah Kenan. Hari ini dia izin bekerja di kantor. Rere akan pergi ke tempat penyalur tenaga babysistter. Sekalian dia ingin mencari pekerjaan baru.Mobil telah sampai di sekolah. Kenan turun setelah berpamitan. Rere melajukan mobilnya menuju tempat penyalur babysistter. Sekitar tiga puluh menit, Rere sampai di tempat dulu dia mendapatkan pengasuh yang lama. Tempat itu sudah terpercaya. Mereka merekrut babysistter yang cakap dalam bekerja. "Permisi," ucap Rere. Seorang wanita paruh baya menghampiri Rere. "Ada yang bisa dibantu, Nona?""Saya Rere ... saya ingin mencari pengasuh untuk anak saya," ucap Rere."Oh ... mari silakan masuk," ucap wanita itu.Rere masuk ke dalam ruangan dan duduk di sofa setelah dipersilakan. Wanita paruh baya itu memberikan Rere air mineral dalam gelas. "Silakan di minum," ujarnya."Terima kasih, Bu," ucap Rere."Panggil saja Ibu Winda.""Saya langsung saja, saya ingin mencari babysistter baru secepatnya. Saya juga pernah