Aldo membuka kemeja bajunya. Dia kembali menindih tubuh Rere, lalu melanjutkan aksinya. Dia juga sudah membuka habis kain yang melekat di tubuh indah Rere. "Selain pria itu, siapa lagi yang pernah menidurimu?" tanya Aldo."Tidak ada ... hanya dia satu-satunya," ucap Rere. Aldo membuka sedikit kaki Rere. Dia membenamkan kepalanya di bawah sana dan Rere menahan bibirnya agar dia tidak bersuara. "Cukup Aldo! Kamu sudah keterlaluan berbuat seperti ini," pekik Rere. Aldo tidak menghiraukan teriakan Rere. Dia tetap menikmati keindahan di bawah sana. Rere berusaha untuk melepas ikatan tangannya. "Apa kamu tidak bisa diam? Biarkan aku melakukannya. Kamu harus menuruti keinginanku," kata Aldo yang sedikit kesal karna Rere terus bergerak. "Pria kurang ajar. Aku tidak terima diperlakukan seperti ini," teriak Rere. Aldo mengambil ponselnya. Dia memotret Rere dalam keadaan polos. Aldo sengaja melakukan itu agar Rere tidak lepas darinya. Dia akan menjerat Rere untuk selalu menuruti keinginan
Rere melajukan mobilnya menuju sekolah Kenan. Hari ini dia izin bekerja di kantor. Rere akan pergi ke tempat penyalur tenaga babysistter. Sekalian dia ingin mencari pekerjaan baru.Mobil telah sampai di sekolah. Kenan turun setelah berpamitan. Rere melajukan mobilnya menuju tempat penyalur babysistter. Sekitar tiga puluh menit, Rere sampai di tempat dulu dia mendapatkan pengasuh yang lama. Tempat itu sudah terpercaya. Mereka merekrut babysistter yang cakap dalam bekerja. "Permisi," ucap Rere. Seorang wanita paruh baya menghampiri Rere. "Ada yang bisa dibantu, Nona?""Saya Rere ... saya ingin mencari pengasuh untuk anak saya," ucap Rere."Oh ... mari silakan masuk," ucap wanita itu.Rere masuk ke dalam ruangan dan duduk di sofa setelah dipersilakan. Wanita paruh baya itu memberikan Rere air mineral dalam gelas. "Silakan di minum," ujarnya."Terima kasih, Bu," ucap Rere."Panggil saja Ibu Winda.""Saya langsung saja, saya ingin mencari babysistter baru secepatnya. Saya juga pernah
Rere terduduk di atas ranjang kasur. Dia begitu syok mengetahui fakta yang barusan terjadi. Pria yang selama ini dia cari, ternyata adalah atasannya sendiri. Lalu Kenan, yang berani keluar dari dalam rumah hanya untuk mencari ayahnya. Rere menatap wajah Aldo. "Kamu sudah tahu semua. Lalu, apa yang kamu inginkan?""Aku ingin Kenan. Berikan dia padaku," ucap Aldo.Rere bangkit dari ranjang kasur. Dia menghampiri Aldo dan melayangkan tangannya di pipi kiri sang kekasih.Plaakk ... !Rere menunjuk wajah Aldo. "Enak saja kamu ingin mengambil anakku. Memangnya kamu siapa, huh?" Rere berteriak pada Aldo. "Aku yang melahirkan dan membesarkannya. Lalu sekarang, kamu datang mengambil anakku. Jangan mimpi!" bentak Rere.Aldo mengepal geram. Selama ini tidak ada satu orang pun yang berani menampar wajahnya. Apa lagi seorang wanita. Aldo menarik rambut panjang Rere. "Berani sekali kamu menamparku. Apa kamu tidak tahu siapa aku, huh!" Aldo bicara dengan suara meninggi. Rere meringis kesakitan ak
Aldo mengantar Kenan pulang ke rumah Rere. Dia juga membawa koper untuk dirinya menginap di sana. Aldo ingin selalu dekat dengan Kenan. Dia ingin merebut Kenan dan menjauhkan sedikit demi sedikit putranya itu dari Rere. Aldo ingin putranya bersama dengannya. Hanya Aldo yang bisa memenuhi segala kebutuhan Kenan. Mobil telah sampai di depan rumah Rere. Aldo mematikan mesin mobil. Dia membuka sabuk pengaman di tubuhnya dan juga di tubuh Kenan. Aldo dan Kenan keluar dari dalam mobil. Tidak lupa Aldo membawa koper bajunya di tangan. Terlihat rumah masih dalam keadaan gelap. Aldo mengambil kunci rumah yang dia selipkan di bawah pintu.Dia lalu memutar kunci dan membuka pintu rumah. Aldo dan Kenan masuk ke dalam. Aldo menghidupkan lampu agar terang. "Dad ... mana mommy?" tanya Kenan."Mommy di kamar lagi tidur. Kenan mandi saja dulu. Biar Daddy yang membangunkan mommy," ucap Aldo. Kenan mengangguk lalu melangkah menuju kamarnya sendiri. Aldo melangkah menuju kamar Rere. Aldo membuka pi
Aldo masuk ke dalam kamar Rere. Dia membuka lemari mengambil handuk serta kimono tidurnya. Aldo masuk ke dalam kamar mandi. Rere masuk ke dalam kamar setelah menidurkan Kenan. Dia mengambil bantal serta selimut. Rere akan tidur di kamar lain.Aldo keluar dari kamar mandi. Dia kelihatan heran saat melihat Rere mengambil bantal serta selimut. "Kamu mau ke mana dengan selimut dan bantal itu?" tanya Aldo."Aku akan tidur di kamar lain," jawab Rere."Apa ... tidur di kamar lain?" Aldo menggeleng. "Tidur denganku, untuk apa lagi kamu tidur di kamar lain. Aku juga sudah menyentuhmu."Rere menghempas bantal dan selimut yang dia pegang. "Aku bukan istrimu. Kamu jangan seenaknya." Rere bicara dengan nada sedikit meninggi. Aldo melempar handuknya ke sembarangan arah. Dia melangkah mendekat pada Rere. Dengan langkah perlahan Rere mundur ke belakang. Tubuh Rere terbentur dinding. Dia tidak bisa ke mana-mana. Aldo mengukung Rere dengan dua tangannya. Wajah keduanya begitu dekat. Hingga mereka b
Rere menutup pintu rumah serta menguncinya. Dia meletakan kunci rumah itu di dalam pot bunga. Kunci itu memang di letakkan di sana agar Kenan nantinya bisa membuka pintu rumah sendiri. Kenan dan Aldo sudah menunggu Rere di dalam mobil. Rere mengetuk kaca mobil Aldo. Kenan menurunkan sedikit kaca mobil."Kenan ... pindah ke dalam mobil Mommy," ucap Rere."Kita berangkat bersama saja," ucap Aldo."Tidak bisa ... kamu mungkin ada keperluan lain nanti. Siang nanti aku juga akan keluar," ujar Rere."Aku akan mengantarmu untuk melihat pengasuh baru. Sekarang, cepat masuk. Nanti Kenan bisa telat sekolahnya," ucap Aldo. Rere membuka pintu mobil bagian belakang dan masuk. Dia tidak ingin membuang banyak tenaga hanya untuk berdebat dengan Aldo. Aldo menghidupkan mesin mobil dan menjalankannya menuju taman kanak-kanak. Sesampainya di sekolah, Aldo, Rere dan Kenan keluar dari dalam mobil."Kenan ... belajar yang rajin, oke," ucap Rere seraya mengecup pipi Kenan. "Baby boy ... semangat belaja
Rere menganti pakaiannya yang telah dirobek Aldo dengan yang baru. Dia merapikan penampilannya lagi di depan kaca. Rere berputar ke kiri dan ke kanan. Pakaian itu sangat pas melekat di tubuh indahnya. "Pandai juga Ryan memilih baju," gumam Rere. Rere keluar dari kamar pribadi Aldo yang ada di ruangan kerjanya. Terlihat Aldo tengah menatap layar laptop di depannya. "Al ... aku kembali ke ruanganku," ucap Rere. "Hemm," jawab Aldo dengan deheman. Ryan masuk ke dalam ruangan Aldo tanpa mengetuk pintu. Rere tersenyum melihat Ryan. "Ryan ... kamu sangat pandai memilih baju untukku," ucap Rere. Ryan tersenyum. "Pakaiannya pas untukmu?"Rere mengangguk. "Terima kasih, warnanya aku juga suka.""Hei ... itu aku yang menyuruh Ryan untuk membeli. Ukuran dan warna baju itu, aku yang memberitahu Ryan," sahut Aldo.Rere memutar mata malas. "Tapi tetap saja, Ryan yang membelinya."Rere menarik pintu ruangan dan keluar dari dalam sana. Aldo berteriak memanggilnya agar kembali lagi. Namun Rere t
Mobil sampai di restoran favorit Kenan dan Rere. Aldo, Kenan dan Rere keluar dari dalam mobil dan masuk ke restoran. Kenan sudah menuju kursi meja dekat jendela kaca. Rere dan Aldo menyusul duduk di sana. Aldo memanggil pelayan untuk memesan makanan. Pelayan datang dengan buku menu lalu memberikannya kepada Aldo dan Rere. "Kenan mau makan apa?" tanya Aldo. "Spaghetti saja," jawab Kenan. "Kalau kamu?" tanya Aldo pada Rere. "Menu sehat saja," jawab Rere. Aldo memberitahu menu makanannya pada pelayan. Setelah menulis pesanan dari pelanggannya, pelayan itu pergi dari sana. Aldo mengeluarkan dompet dari saku celananya. Dia mengambil satu black card dari dalam dompet. Aldo menyodorkan kartu itu kepada Rere. "Ini untukmu dan juga Kenan," ucap Aldo. Rere mengernyit dan mendorong kembali kartu itu ke hadapan Aldo. "Tidak perlu ... aku masih sanggup memenuhi kebutuhan Kenan.""Ambil itu, Kenan juga anakku. Sudah seharusnya aku memenuhi kebutuhannya," sahut Aldo. "Mom ... ambil saja ka