Aldo melepas jas mahalnya. Dia juga menarik dasi yang melekat di leher kemejanya. Aldo meraih kedua tangan Rere dan mengikatnya. Dia melepas kemeja yang dia kenakan. "Jangan lakukan ini, Al," lirih Rere."Ini hukuman untukmu. Aku sudah bilang padamu. Jangan membantah setiap apa yang aku perintahkan." Aldo melepas tali sabuk serta celana panjangnya. "Tidak seharusnya kamu menghukumku begini. Ingat tunanganmu, kamu sudah menghianatinya," cecar Rere. Aldo terkekeh. "Saat dia sudah berada di sini. Aku tidak memerlukan dirimu lagi. Hanya malam ini saja. Layani aku sepuasnya."Malam ini saja, akan aku lakukan agar terbebas darimu, batin Rere. Aldo melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Rere. Dia tidak menolak ataupun memberontak. Rere membiarkan apapun yang ingin di lakukan Aldo. Aldo mengambil tali sabuknya. Dia membalik tubuh Rere ke belakang. Aldo memukul Rere dengan tali sabuknya. Rere mengigit bibirnya agar tidak bersuara. Aldo membuang tali sabuknya setelah puas memu
Aldo terbangun dari tidur lelapnya. Semalam dia pulang ke rumahnya dan tidak menginap di rumah Rere. Hari ini Aldo akan menjemput wanita yang dia cintai. Celine akan datang hari ini. Aldo sudah bersiap untuk menjemput sang pujaan hati. Dia menuruni anak tangga menuju ruang makan untuk sarapan. Pelayan sudah menyiapkan menu sarapan untuk majikannya itu. Aldo menarik kursi dan duduk. Dia mengambil roti panggang dan mengoleskan selai coklat. Dia memotong kecil-kecil dan menyuapkannya ke dalam mulut. Selesai sarapan, Aldo beranjak keluar dari rumahnya. Dia menuju mobil mewahnya. Aldo masuk dan menghidupkan mesin mobil. Dia melirik jam di pergelangan tangannya. "Aku harus segera sampai di bandara," gumamnya.Aldo mengendarai mobilnya keluar dari gerbang rumah menuju bandara. ******Pagi ini Rere izin lagi untuk masuk kantor. Hari ini adalah acara Kenan yang akan bercerita dengan tema ayah. Kenan sudah bersiap dari tadi. Dia tidak sabar untuk bertemu dengan Aldo. Rere juga sudah siap
Rere sudah siap dengan setelan kantornya. Hari ini dia bisa bernapas lega. Suster pengasuh untuk Kenan sudah ada di rumah. Rere juga tidak merasa khawatir lagi jika meninggalkan Kenan sendirian. Rere keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga. Kenan sudah sarapan dengan di temani suster Maya. "Selamat pagi Kenan," sapa Rere seraya mengecup kening sang putra. "Selamat pagi, Maya," sapa Rere."Pagi, Nona," balas Maya. Rere menarik kursi dan duduk. Dia langsung saja sarapan bersama Kenan dan suster Maya. Dering ponsel Anna berbunyi. Segera Anna mengambil ponselnya dari saku blazer yang dia kenakan. "Sayang ... Mommy angkat telepon sebentar." Rere beranjak dari kursinya dan mengangkat panggilan telepon itu."Halo ... dengan siapa ini?" ~ Rere."Selamat pagi, Nona Rere. Saya Septi kepala personalia dari perusahaan MCORP. Saya ingin memberitahu, besok Anda harus datang ke perusahaan untuk melakukan wawancara kerja." "Baik ... besok saya akan datang ke sana." ~ Rere. "Baiklah kalau
Rere masuk ke dalam lift. Dia menekan angka dimana lantai ruangannya berada. Ada rasa lega di dalam hatinya. Namun juga rasa nyeri saat melihat Aldo dan Celine. Aldo seenaknya saja menidurinya. Lalu pria itu juga menyentuh wanita lain. Sakit, rasa ingin marah bercampur aduk di dalam hatinya. Rere keluar dari dalam lift. Dia melangkah menuju ruang kantornya. Rere membuka pintu dan masuk ke dalam. Dia melihat Rudi masih berkutat dengan laptop dan berkas di hadapannya.Rere membereskan semua barang-barangnya. Dia memasukan barang penting di dalam tas. Rere duduk di kursi seraya menatap Rudi."Aku di pecat, Rudi," ucap Rere.Rudi menghentikan jari-jemarinya dari tuts keyboard dan menghadap Rere. "Pecat? Bukannya kamu ingin mengundurkan diri?" Rudi mengernyit karna tiba-tiba saja, Rere berkata seperti itu."Aku tidak sengaja melihat pak Aldo tengah bercinta dengan kekasihnya," terang Rere."Hahaha .... " Rudi tertawa. Rere mengerutkan dahi. "Kenapa kamu malah tertawa?"Rudi geleng-gelen
Aldo tersentak saat Kenan mengatakan dia tidak mengenal siapa dirinya. Putranya itu kelihatan sangat marah padanya. Pantas saja Kenan marah. Aldo sama sekali belum menemuinya. Aldo memegang tangan kecil Kenan. "Maafkan Daddy, Ken. Daddy janji tidak akan mengulanginya.""Mom ... ayo pulang dari sini. Om ini menganggu Ken," rengeknya.Rere bingung ingin berkata apa. Aldo memang keterlaluan. Dia berjanji tetapi ingkar. Lebih parahnya Kenan melihat Aldo bersama wanita lain."Maafkan Daddy, sayang. Jangan seperti itu," ucap Rere. Celine terlihat sudah kembali dari toilet. Dia mencari keberadaan Aldo yang tidak ada di mejanya. Celine mengedarkan pandangan matanya. Dia mengernyit melihat Aldo berjongkok dengan memegang tangan anak kecil. Namun dia sangat kaget saat melihat wanita yang duduk di sana. Wanita itu yang baru saja di pecat oleh Aldo.Celine lalu melangkah mendekati Aldo. "Sayang ... ngapain kamu di sini?"Aldo dan Rere kaget akan kedatangan Celine. Secepatnya Aldo melepas tang
Rere tidak memperdulikan keberadaan Aldo yang tengah duduk di ranjang. Dia langsung saja menuju kamar mandi. Rere berganti pakaian dengan piyama tidur panjang. Rere keluar dari kamar mandi. Dia membereskan pakaian kotor dan juga handuk yang habis di pakai oleh Aldo. Rere memasukkan semuanya ke dalam keranjang baju. Rere merangkak naik ke tempat tidur. Dia membelakangi Aldo yang masih setia duduk. Rere langsung memejamkan matanya. Dia malas untuk berdebat dengan Aldo malam ini.Entah apa yang ada di pikiran Aldo. Menurut Rere hubungan mereka sudah tidak ada apa-apa lagi. Namun Aldo masih saja seenaknya tidur di rumahnya dan dalam satu kamar. Aldo menatap Rere yang membelakanginya. Dia merebahkan dirinya di samping Rere. Aldo mendekat dan melingkarkan tangannya di perut rata Rere. Rere sadar apa yang di lakukan Aldo. Pria yang memeluknya itu, benar-benar tidak tahu malu. Dalam hati Rere merutuki Aldo. Aldo mengangkat rambut panjang Rere ke atas. Dia mendekatkan hidungnya di tengkuk
Rere beranjak dari kursi setelah sarapan. Begitu juga dengan Aldo dan Kenan. Semuanya telah selesai untuk sarapan. Kenan di iringi oleh pengasuhnya keluar dari dalam rumah. Mereka berdua sudah menunggu di depan mobil. Tinggal Aldo dan Rere yang melangkah bersama. "Naik mobilku saja, Re," ucap Aldo. "Tidak perlu, aku mau pergi selepas mengantar Kenan," jawab Rere. Aldo mencekal tangan Rere. "Aku ingin Kenan menginap di rumahku malam ini."Rere menatap Aldo. "Kamu ingin Kenan, artinya kamu setuju dengan kesepakatan yang aku katakan.""Tidak ... aku tidak setuju. Kamu harus tetap menjadi kekasihku."Rere melepas dengan kasar tangan Aldo. Dia tidak mengerti akan pikiran dari mantan atasannya itu. "Terserah kamu ... aku malas untuk berdebat." Rere melangkah keluar dari rumah. Begitu juga dengan Aldo. "Kenan ... nanti siang, Daddy akan menjemputmu," ucap Aldo. "Daddy tidak bohong lagi, kan?" ucap Kenan.Aldo mengacak-acak rambut Kenan. "Tentu saja tidak. Daddy akan datang menjemput
Jam makan siang sudah tiba. Aldo membereskan file-file yang ada di meja kerjanya. Dia bergegas keluar dengan membawa kunci mobil di tangannya. Aldo sudah berjanji akan menjemput Kenan dari sekolahnya. Aldo masuk ke dalam lift menuju lantai dasar. Dering ponselnya berbunyi. Aldo meraih ponsel dan melihat nama orang yang tengah meneleponnya. Aldo mengeser tombol hijau dan menempelkan ponsel ke telinga. "Halo ... Re." ~ Aldo."Kamu sudah dimana? Jangan lupa untuk menjemput Kenan. Aku sudah di rumah dan tidak menjemputnya. Kamu bilang tadi pagi ingin menjemput Kenan." ~ Rere. Aldo menjauhkan telepon gengamnya dari telinga. Rere terus saja bicara tanpa jeda. Aldo mendekatkan lagi ponsel ke telinganya. "Halo Re, ini aku mau jalan." ~ Aldo. "Aku tunggu di rumah." ~ Rere.Aldo berdecak saat Rere mematikan teleponnya secara sepihak. Dia memasukan kembali ponselnya ke saku celana. Aldo keluar setelah pintu lift terbuka. Dia keluar gedung kantor menuju mobilnya di parkiran. Aldo membuka p
"Pinggangku," rintihnya. Kenan meraih handycam yang tadi ia letakkan di kursi rotan di dalam kamar. Ia memutar isi dalam rekaman itu. Kenan bernapas lega karena Liora tidak sempat dilecehkan oleh keempat pria jahat itu. Kenan keluar dari dalam kamar kapal. Masih ada beberapa anak buah Aldo yang menunggu majikannya keluar. "Kalian siapkan mobil. Aku mau pulang," kata Kenan. "Siap, Tuan," ucap salah satu pria yang bertubuh kekar dan alisnya tebal. Pintu kamar diketuk oleh pengawal tadi. Kenan beranjak membuka pintu. "Sudah siap mobilnya?""Sudah, Tuan." "Tolong bawa istriku ke mobil," pinta Kenan dengan mempersilakan pria itu masuk ke dalam kamar. "Baik, Tuan." Pria itu masuk dan sedikit heran dengan kondisi Liora. Pria itu ingin tertawa namun ia menahannya. "Cepat bawa," kata Kenan kesal karena pengawal itu memperhatikan istrinya. "B-baik, Tuan." Mata tajam Kenan tidak lepas dari pengawal yang membawa istrinya. Takutnya pria itu mencuri kesempatan yang ada. Pintu mobil sudah
"Jangan mendekat," lirih Liora dengan memegang pecahan kaca di tangannya. Ia harus tetap sadar. Liora harus mempertahankan segala kehormatannya. "Cepat lakukan sebelum wanita ini ditemukan," perintah Angel. Dua pria lain sudah membuka celana yang mereka kenakan. Keduanya menunggu giliran. Liora bergeser untuk menjauh dari dua pria itu. Namun dua pria itu semakin mendekat. "Ayo, Sayang. Kita bermain-main," ucap keduanya. Pria yang mempunyai gambar bintang di lehernya mendekat. Ia hendak meraih rambut Liora namun dengan cepat Liora melayangkan pecahan kaca ke tangan pria itu. "Ish ... kurang ajar. Berani sekali wanita ini. Sudah terluka masih bisa melukai lengan tanganku," berangnya. Liora mengacungkan pecahan kaca yang ia pegang. "Jangan ada yang mendekat.""Hei ... kenapa kalian lamban sekali," kesal Angel. "Cepat lakukan." Dua pria itu menendang tangan Liora yang mengacungkan pecahan gelas kaca. Pecahan itu terlempar dan keduanya memegang lengan Liora. "Lepaskan." Liora mero
Kenan dan Aldo telah sampai di perusahaan. Keduanya langsung saja masuk ke dalam lift menuju lantai paling teratas gedung perusahaan. Di atas sana Doni dan beberapa anak buah Aldo sudah menunggu. Pintu lift terbuka. Kenan dan Aldo keluar. Keduanya menuju pintu darurat. Kenan bersama Aldo menaiki anak tangga hingga tibalah mereka di atas atap gedung. Angin berhembus kencang meniup rambut para pria yang berada di atap. Itu disebabkan karena baling-baling helikopter tengah berputar. "Semuanya sudah siap?" tanya Aldo. "Sudah, Tuan," jawab Doni. "Kapan bantuan datang?""Bantuan sudah dalam perjalanan.""Kita berangkat sekarang. Aku takut istriku terluka."Kenan, Aldo, serta Doni serta satu anak buah mereka naik ke dalam helikopter yang bermuatan enam orang. Setelah semuanya naik dan bersiap. Helikopter pun lepas landas. *****Angel duduk di pangkuan Ardi. Ia memegang segelas minuman berwarna coklat. Tangannya menjelajahi tubuh bidang Ardi yang polos. "Malam ini aku tidak mau bermain
"Mau kalian bawa ke mana aku?" tanya Liora. "Diam saja. Nanti kamu juga akan tahu," kata pria yang duduk di kursi depan mobil. Liora terdiam namun jantungnya berdegup kencang saat ini. Rasa takut tentu saja ada dalam benaknya. Liora paham maksud dari arti penuturan Kenan tadi. Suaminya itu menyiratkan kata-kata dalam sebuah adegan film action. Meski Kenan mengajak keempat pria tadi berkelahi. Tentu saja Kenan akan kalah dan pasti tubuhnya akan babak belur. Pada akhirnya pun Liora akan tertangkap juga. Kenan memberinya kode agar menyerahkan diri saja. Liora menuruti perintah suaminya dan percaya jika Kenan akan secepatnya menyelamatkan dirinya. Mobil sampai ke sebuah pelabuhan. Keempat pria itu turun begitu juga dengan Liora. Ia digiring menuju kapal. Sepertinya Ardi memang memiliki kapal itu. "Ayo naik," perintah pria yang sudah membuka topeng wajahnya. Liora dapat melihat jika pria itu memiliki lukisan tubuh bintang di lehernya. Liora naik ke kapal bersama keempat pria itu. Se
Kenan membawa tubuh Liora yang kelelahan. Keduanya keluar dari kamar mandi. Telapak jari Liora berkerut karena kedinginan. Kenan seakan tidak ada hari esok untuk mengempur sang istri. Bibir Liora bergetar karena kedinginan. Kenan membungkus tubuh istrinya dengan selimut tebal. Rambut Liora yang basah juga ia bungkus dengan handuk."Kamu mau makan apa? Biar aku pesankan," ucap Kenan. "Terserah!""Kamu masih marah?" tanya Kenan. Bagaimana Liora tidak marah. Kenan tidak membiarkannya istirahat. Pinggangnya saja terasa sakit. Belum lagi air dingin yang menguyur tubuhnya. Perutnya juga terasa sangat lapar. Namun Kenan malah menunda-nunda keinginannya untuk makan. Suaminya itu semakin mengila saja menghujam dirinya. Kenan memeluk Liora yang terbungkus oleh selimut tebal. "Maaf, Sayang. Namanya juga pengantin baru."Liora mendengus. "Biarkan aku istirahat dulu dan makan. Semua tubuhku sakit, perutku lapar dan aku mengantuk ingin tidur."Kenan terkekeh. "Iya, Sayang."*****Ardi mengge
Kenan menoel-noel lengan Liora. Istrinya tengah tertidur pulas. Liora sempat membersihkan dirinya sebelum tidur. Kenan juga meminta kepada pelayan hotel untuk menganti seprai mereka yang sudah kotor."Sayang ... ayo bangun. Kita main lagi," bisik Kenan di telinga sang istri.Liora tidak bergeming. Ia tertidur pulas dengan memeluk guling dalam dekapannya. Kenan kembali menoel-noel pipi Liora. Berharap istri tercintanya itu mau bangun dan melayani hasratnya."Sayang ... ayo," ajak Kenan dengan kata lirih.Kenan mendusel wajahnya di tengkuk belakang Liora. Ia memberi gigitan kecil supaya istrinya itu terbangun. Liora mengeliat karena merasa terganggu."Ayo tidur, Ken. Aku sudah lelah." Liora menarik selimut tebalnya dan meringkuk dengan memeluk bantal guling."Jangan tidur. Aku masih ingin bermain," rengek Kenan bagai anak kecil."Besok masih bisa. Malam ini tidur dulu. Kamu tidak capek apa?" tanya Liora dengan mata terpejam."Sayang ... ayo," rayu Kenan.Liora membalik tubuhnya menghada
Liora membersihkan wajahnya dari segala make up yang menempel. Sedang Kenan sudah berada di dalam kamar mandi membersihkan diri. Pintu kamar mandi terdengar dibuka. Kenan keluar dengan rambutnya yang basah. Ia melirik Liora yang masih berkutat membersihkan wajahnya. Sanggul di rambutnya saja belum ia buka. "Belum selesai juga bersihin wajahnya?" Liora menyengir. "Riasannya banyak ditimpa, Ken. Jadi agak susah bersihinnya."Kenan mendekat kemudian membantu melepas jepitan sanggul yang masih belum Liora buka. Ia melepas jepitan hitam dari rambut Liora dengan pelan. "Rambutnya sudah selesai. Kamu cepetan mandi.""Terima kasih, Sayang ... udah bantuin buka jepitan rambutku," ucap Liora seraya bangkit dari duduknya.Kenan memejamkan matanya seraya menunggu Liora dari kamar mandi. Tidak lama Liora keluar. Ia mengosok-gosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil. "Sudah tidur rupanya," gumam Liora tak kala melihat Kenan sudah memejamkan matanya. Liora berjalan menuju jendela kamar ho
Gaun pengantin berwarna putih dipakaikan ke tubuh indah Liora. Rambut yang panjang itu juga sudah ditata. Riasan tipis di wajahnya membuat Liora semakin mempesona. Sepatu high heel berwarna putih dengan taburan batu permata terpasang di kaki Liora. Sebuket bunga juga sudah ia pegang. Liora tinggal menunggu datangnya seseorang yang akan menjemputnya untuk dibawa ke Altar pernikahan. Hari ini Liora dan Kenan akan mengikat janji sehidup semati. Karena masalah video itu. Pernikahan Kenan malah ditunggu-tunggu oleh khalayak ramai. Mereka penasaran dan ingin menyaksikan sepasang kekasih itu saling mengikat janji.Kenan dijuluki sebagai pangeran yang telah menolong seorang gadis miskin bernama Liora. Kisah cinderella terjadi dalam kehidupan nyata. Tiba-tiba saja pasangan Liora dan Kenan menjadi idola. Permen lolipop yang menjadi saksi bisu kedekatan Kenan dan Liora banyak dijual oleh para pedagang dan laris manis. Mereka menamainya permen Kenli. Dalam waktu yang singkat semuanya beruba
"Sayang ... apa kamu yakin?" tanya Kenan.Liora mengangguk. "Iya. Kita adakan saja klarifikasi dan juga umumkan tentang tanggal pernikahan.""Kita pulang saja dulu ke rumah. Kita bicarakan ini bersama daddy dan mommy," ucap Kenan."Iya ... kita pulang saja dulu." Liora meraih tasnya dan Kenan memasukkan kembali laptop ke dalam tas kerja. Keduanya keluar dari dalam ruangan. Kenan mengengam erat jemari tangan calon istrinya itu. Para pengawal yang berada di luar, tetap berjaga-jaga. Kenan dan Liora keluar dari dalam cafe. Para pengunjung sudah dibubarkan oleh pengawal yang Kenan perintahkan. Liora bergegas masuk ke dalam mobil. Begitu juga dengan Kenan.Di dunia maya sosok Kenan kembali diungkap. Angel diseret-seret dan menjadikan namanya dikenal kembali. Skandal Aldo juga sempat disinggung. Namun berita itu segera ditutup oleh Kenan dan orang suruhan Aldo. Kenan mengendarai mobilnya menuju kediaman Aldo. Di sana keluarganya sudah menunggu kedatangannya bersama dengan Liora. Di sepa