Rere sudah siap dengan setelan kantornya. Hari ini dia bisa bernapas lega. Suster pengasuh untuk Kenan sudah ada di rumah. Rere juga tidak merasa khawatir lagi jika meninggalkan Kenan sendirian. Rere keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga. Kenan sudah sarapan dengan di temani suster Maya. "Selamat pagi Kenan," sapa Rere seraya mengecup kening sang putra. "Selamat pagi, Maya," sapa Rere."Pagi, Nona," balas Maya. Rere menarik kursi dan duduk. Dia langsung saja sarapan bersama Kenan dan suster Maya. Dering ponsel Anna berbunyi. Segera Anna mengambil ponselnya dari saku blazer yang dia kenakan. "Sayang ... Mommy angkat telepon sebentar." Rere beranjak dari kursinya dan mengangkat panggilan telepon itu."Halo ... dengan siapa ini?" ~ Rere."Selamat pagi, Nona Rere. Saya Septi kepala personalia dari perusahaan MCORP. Saya ingin memberitahu, besok Anda harus datang ke perusahaan untuk melakukan wawancara kerja." "Baik ... besok saya akan datang ke sana." ~ Rere. "Baiklah kalau
Rere masuk ke dalam lift. Dia menekan angka dimana lantai ruangannya berada. Ada rasa lega di dalam hatinya. Namun juga rasa nyeri saat melihat Aldo dan Celine. Aldo seenaknya saja menidurinya. Lalu pria itu juga menyentuh wanita lain. Sakit, rasa ingin marah bercampur aduk di dalam hatinya. Rere keluar dari dalam lift. Dia melangkah menuju ruang kantornya. Rere membuka pintu dan masuk ke dalam. Dia melihat Rudi masih berkutat dengan laptop dan berkas di hadapannya.Rere membereskan semua barang-barangnya. Dia memasukan barang penting di dalam tas. Rere duduk di kursi seraya menatap Rudi."Aku di pecat, Rudi," ucap Rere.Rudi menghentikan jari-jemarinya dari tuts keyboard dan menghadap Rere. "Pecat? Bukannya kamu ingin mengundurkan diri?" Rudi mengernyit karna tiba-tiba saja, Rere berkata seperti itu."Aku tidak sengaja melihat pak Aldo tengah bercinta dengan kekasihnya," terang Rere."Hahaha .... " Rudi tertawa. Rere mengerutkan dahi. "Kenapa kamu malah tertawa?"Rudi geleng-gelen
Aldo tersentak saat Kenan mengatakan dia tidak mengenal siapa dirinya. Putranya itu kelihatan sangat marah padanya. Pantas saja Kenan marah. Aldo sama sekali belum menemuinya. Aldo memegang tangan kecil Kenan. "Maafkan Daddy, Ken. Daddy janji tidak akan mengulanginya.""Mom ... ayo pulang dari sini. Om ini menganggu Ken," rengeknya.Rere bingung ingin berkata apa. Aldo memang keterlaluan. Dia berjanji tetapi ingkar. Lebih parahnya Kenan melihat Aldo bersama wanita lain."Maafkan Daddy, sayang. Jangan seperti itu," ucap Rere. Celine terlihat sudah kembali dari toilet. Dia mencari keberadaan Aldo yang tidak ada di mejanya. Celine mengedarkan pandangan matanya. Dia mengernyit melihat Aldo berjongkok dengan memegang tangan anak kecil. Namun dia sangat kaget saat melihat wanita yang duduk di sana. Wanita itu yang baru saja di pecat oleh Aldo.Celine lalu melangkah mendekati Aldo. "Sayang ... ngapain kamu di sini?"Aldo dan Rere kaget akan kedatangan Celine. Secepatnya Aldo melepas tang
Rere tidak memperdulikan keberadaan Aldo yang tengah duduk di ranjang. Dia langsung saja menuju kamar mandi. Rere berganti pakaian dengan piyama tidur panjang. Rere keluar dari kamar mandi. Dia membereskan pakaian kotor dan juga handuk yang habis di pakai oleh Aldo. Rere memasukkan semuanya ke dalam keranjang baju. Rere merangkak naik ke tempat tidur. Dia membelakangi Aldo yang masih setia duduk. Rere langsung memejamkan matanya. Dia malas untuk berdebat dengan Aldo malam ini.Entah apa yang ada di pikiran Aldo. Menurut Rere hubungan mereka sudah tidak ada apa-apa lagi. Namun Aldo masih saja seenaknya tidur di rumahnya dan dalam satu kamar. Aldo menatap Rere yang membelakanginya. Dia merebahkan dirinya di samping Rere. Aldo mendekat dan melingkarkan tangannya di perut rata Rere. Rere sadar apa yang di lakukan Aldo. Pria yang memeluknya itu, benar-benar tidak tahu malu. Dalam hati Rere merutuki Aldo. Aldo mengangkat rambut panjang Rere ke atas. Dia mendekatkan hidungnya di tengkuk
Rere beranjak dari kursi setelah sarapan. Begitu juga dengan Aldo dan Kenan. Semuanya telah selesai untuk sarapan. Kenan di iringi oleh pengasuhnya keluar dari dalam rumah. Mereka berdua sudah menunggu di depan mobil. Tinggal Aldo dan Rere yang melangkah bersama. "Naik mobilku saja, Re," ucap Aldo. "Tidak perlu, aku mau pergi selepas mengantar Kenan," jawab Rere. Aldo mencekal tangan Rere. "Aku ingin Kenan menginap di rumahku malam ini."Rere menatap Aldo. "Kamu ingin Kenan, artinya kamu setuju dengan kesepakatan yang aku katakan.""Tidak ... aku tidak setuju. Kamu harus tetap menjadi kekasihku."Rere melepas dengan kasar tangan Aldo. Dia tidak mengerti akan pikiran dari mantan atasannya itu. "Terserah kamu ... aku malas untuk berdebat." Rere melangkah keluar dari rumah. Begitu juga dengan Aldo. "Kenan ... nanti siang, Daddy akan menjemputmu," ucap Aldo. "Daddy tidak bohong lagi, kan?" ucap Kenan.Aldo mengacak-acak rambut Kenan. "Tentu saja tidak. Daddy akan datang menjemput
Jam makan siang sudah tiba. Aldo membereskan file-file yang ada di meja kerjanya. Dia bergegas keluar dengan membawa kunci mobil di tangannya. Aldo sudah berjanji akan menjemput Kenan dari sekolahnya. Aldo masuk ke dalam lift menuju lantai dasar. Dering ponselnya berbunyi. Aldo meraih ponsel dan melihat nama orang yang tengah meneleponnya. Aldo mengeser tombol hijau dan menempelkan ponsel ke telinga. "Halo ... Re." ~ Aldo."Kamu sudah dimana? Jangan lupa untuk menjemput Kenan. Aku sudah di rumah dan tidak menjemputnya. Kamu bilang tadi pagi ingin menjemput Kenan." ~ Rere. Aldo menjauhkan telepon gengamnya dari telinga. Rere terus saja bicara tanpa jeda. Aldo mendekatkan lagi ponsel ke telinganya. "Halo Re, ini aku mau jalan." ~ Aldo. "Aku tunggu di rumah." ~ Rere.Aldo berdecak saat Rere mematikan teleponnya secara sepihak. Dia memasukan kembali ponselnya ke saku celana. Aldo keluar setelah pintu lift terbuka. Dia keluar gedung kantor menuju mobilnya di parkiran. Aldo membuka p
Kedua orang tua Aldo menatap intens putranya itu. Mereka seolah meminta penjelasan lebih dari Aldo. Celine juga seperti itu. Dia kesal dan juga sudah marah kepada Aldo. Aldo mengerti akan tatapan dari orang-orang terdekatnya. Aldo menarik napas lalu mengembuskannya. "Waktu Aldo ke kota B, di sana Aldo bertemu Rere dan menghabiskan malam bersama. Aldo juga tidak tahu jika Rere ternyata hamil. Aldo tahu saat Kenan mencari siapa ayahnya," ungkap Aldo."Kamu yakin, jika anak kecil ini adalah anak kandungmu?" tanya Celine. "Betul, Al. Bisa saja itu anak orang lain," sahut Rina. Aldo mengeleng. "Kenan memang anak kandungku. Aldo sudah melakukan test DNA. Lagi pula waktu itu Rere masih perawan saat Aldo menidurinya."Wijaya dan Rina memperhatikan wajah Kenan yang sangat tampan. Mereka mendekati Kenan yang tengah duduk di samping Aldo. Rina mengusap puncak kepala Kenan. "Tampan sekali kamu, Nak.""Ibunya pasti sangat cantik," sahut Wijaya. "Benar, wajahnya sangat tampan," ucap Rina. "
Celine semakin kesal akan tingkah nakal dari Kenan. Semua gelas pecah beserta cemilan kue berantakan. Ingin sekali dia memarahi Kenan. Tapi niat itu dia urungkan. Orang tua Aldo sudah berada di hadapannya.Rina mendekati sang cucu. Dia mengendong dan membawanya menjauh dari serpihan gelas kaca itu. Celine memanggil pelayan untuk membersihkan barang yang pecah. Tangannya sedikit merah karna terkena tumpahan air panas. Dia kesal dan ingin sekali memukul Kenan. Aldo turun dari atas dan segera menghampiri Kenan. Celine semakin kesal saja. Sebab Aldo lebih perhatian terhadap putranya dari pada dia sendiri yang sedang terluka. "Apa ada yang luka dengan Kenan?" tanya Aldo kepada mamanya. "Tidak ada sayang, Kenan baik-baik saja," jawab Rina. "Kenan ... jangan lari-lari begitu. Untung saja serpihan kaca itu tidak melukai kamu," ucap Aldo."Maaf Dad," ucap Kenan.Rina dan suaminya semakin suka dengan Kenan. Cucunya itu begitu pintar dan lucu. Wijaya sang kakek mengusap puncak kepala Kenan.