Rere berdecak kesal karna sambungan teleponnya di putus sepihak oleh Aldo. Dia melirik jam beker di atas nakas meja lampu. Masih belum terlalu larut. Rere mengambil pakaian ganti di dalam lemari. Dia memakainya lalu meraih kunci mobil serta ponsel. Rere keluar dari kamar dan menuruni anak tangga. Di depan ruang TV masih ada Maya yang masih menonton. "Maya ... aku akan keluar. Kamu kunci pintu rumah saja. Aku akan membawa kunci rumah sendiri," ucap Rere.Maya mengangguk. "Baik, Nona."Rere berjalan keluar. Tidak lupa dia mengunci pintu rumah. Rere masuk ke dalam mobil. Dia menghidupkan mesin dan menjalankannya menuju jalanan. Rere melihat ponselnya. Dia melihat alamat rumah yang di kirim oleh Aldo. Rere melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia ingin segera sampai menemui Kenan di sana. *****Kenan masih saja terus menangis. Sudah dengan beberapa cara, Aldo membujuk agar putranya itu terdiam. Biasanya Kenan tidak bertingkah seperti ini. Kenan adalah anak yang mandiri. Dia
Kenan terlihat beberapa kali menguap. Dia sudah sangat mengantuk sekali. Rere mengusap rambut putranya. Rere ingin sekali membawa Kenan tidur. Tapi dia tidak tahu harus ke kamar yang mana."Kenan sudah mengantuk?" tanya Rina yang memang melihat Kenan beberapa kali menguap. "Iya, Nek. Kenan ingin tidur sekarang," jawabnya. Mama Aldo memanggil pelayan. Dia menyuruh pelayan di rumahnya mengantar Kenan dan Rere ke kamar tamu."Sayang ... ucapkan selamat malam dulu sama Kakek dan Nenek," ucap Rere. Kenan menganguk dan mendekat kepada kakek dan neneknya. "Selamat malam Kakek, Nenek."Sepasang suami istri itu tersenyum. "Selamat malam juga, Kenan." Rina dan Wijaya mengecup kedua pipi gembul cucunya. "Selamat malam Ma, Pa," ucap Rere."Selamat malam juga dan selamat beristirahat," ucap Rina.Rere dan Kenan mengikuti langkah kaki pelayan yang akan membawa mereka ke kamar tamu. Pelayan membuka pintu dan mempersilakan Rere untuk masuk. Pelayan itu pergi setelah Rere mengucapkan terima kasih
Rere terbangun dari tidur lelapnya. Dia menutup bibirnya yang menguap. Aldo dan Kenan masih tertidur dengan pulas. Rere turun dari ranjang kasur. Dia berjalan menuju kamar mandi. Rere membuka kemeja yang melekat di tubuhnya. Dia memutar kran shower dan menguyur dirinya dengan air dingin. Rere mengambil handuk yang terletak di gantungan dekat cermin wastafel. Namun matanya membulat melihat tanda-tanda merah di sekitar kaki bagian atas dan bagian yang tertutup dalaman. "Apa ini? Apa ini di gigit nyamuk?" Rere memperhatikan dengan seksama tanda-tanda merah itu.Rere mengumpat kesal saat mengetahui tanda apa yang berada di sekitar kaki bagian atasnya. Itu adalah tanda cinta yang berikan Aldo padanya. "Awas saja kamu, Aldo," gerutu Rere.Rere keluar dari dalam kamar mandi. Dia mendekati Aldo yang masih tidur. Rere mengambil bantal kepala. Dia membekap wajah Aldo dengan bantal.Hal itu membuat Aldo kesulitan untuk bernapas. Rere membuang bantal itu saat Aldo sudah hampir kehilangan napa
Selesai sarapan bersama, orang tua Kenan mengajak Rere untuk berbincang di ruang keluarga. Di situ juga ada Aldo dan Celine yang duduk berdampingan. "Rere, apa kamu sudah punya pasangan?" tanya Rina. Rere mengeleng. "Belum, saya tidak punya pasangan. Ada seseorang yang melarang saya untuk punya kekasih."Rina mengernyit. "Siapa?" "Aldo," jawab Rere.Aldo terlonjak kaget mendengarnya. Rere telah mengadu kepada mamanya. Rere memang berniat untuk mengatakan yang sebenarnya. Itu Rere lakukan agar Aldo tidak menganggunya lagi. Rina beralih menatap Aldo. "Apa benar yang di katakan oleh Rere?" "Nggak koq, Ma. Aldo tidak bermaksud begitu. Hanya Aldo ingin Rere mencari pasangan yang sayang pada Kenan," jawabnya. Aldo mengumpat di dalam hati. Dia kesal karna Rere mengadu kepada orang tuanya. Rere menampilkan senyum tipis dari bibirnya. "Kamu akan menikah dengan Celine. Biarkan saja Rere mencari pasangannya sendiri," ucap Wijaya."Atau kita jodohkan saja Ryan dengan Rere," sahut Rina.Ald
Aldo menghampiri Rere dan Kenan yang tengah bersama dengan Dimas. Aldo tidak peduli jika Celine merasa kesal karna tingkahnya. Aldo tidak menyukai Rere yang dekat dengan pria lain. Aldo memberi tatapan tajam kepada Dimas. "Rere, Kenan ... ayo pulang," ajak Aldo.Rere merasa tidak enak hati kepada Dimas. "Aku pulang dulu."Dimas tersenyum. "Iya ... hati-hati di jalan. Sampai ketemu malam nanti."Rere menganguk dan membawa Kenan dalam gendongannya. Dia berjalan terlebih dahulu di depan. Aldo dan Celine menyusul dengan berjalan di belakang. Dimas menatap kepergian Rere dengan nanar. Dia belum puas bicara kepada wanita yang membuatnya jatuh hati. Dimas juga merasa heran dengan kehadiran sosok wanita yang mengapit lengan Aldo. "Siapa wanita di samping ayah Kenan?" gumam Dimas.Dimas menepuk jidatnya. Dia terlupa jika Aldo adalah kekasih Rere. Waktu di dalam mobil, Rere pernah berkata jika Aldo hanya kekasihnya bukan suaminya. "Sebenarnya hubungan Rere dan pria itu seperti apa sih? Aku jad
Dari kejauhan Aldo melihat Rere dan Dimas yang sedang makan malam bersama. Celine juga memperhatikan keduanya. Memang Celine dan Aldo makan malam di restoran itu. Mereka duduk tepat di belakang meja Rere. Hanya ada dua buah meja yang menghalanginya. "Itu pacar Rere?" tanya Celine."Mana aku tahu," jawab Aldo. "Aku rasa itu pacarnya. Dia sempat bilang jika akan segera menikah," ucap Celine. "Sudahlah, buat apa bahas dia. Kita lanjutkan makan malamnya," sahut Aldo.Dalam hati Aldo mengumpat melihat kebersamaan Rere dan Dimas. Kedua tangannya mengepal erat di bawah meja. Aldo merasakan hawa panas di dalam dirinya. Dia cemburu, seakan tidak rela jika Rere berdekatan dengan pria lain. "Celine ... cepat makannya. Kita harus pulang sekarang," ucap Aldo.Celine mengerutkan dahi. "Kenapa memangnya?""Ada urusan dengan Ryan. Kamu menginap di rumah orang tuaku saja lagi."Celine cemberut. "Baiklah."Celine menyelesaikan makan malamnya. Sedang Aldo sudah tidak lagi bernapsu untuk makan. Dia s
Rere selesai membersihkan dirinya. Dia keluar dari dalam kamar mandi dengan bathrobe yang melekat di tubuhnya. Rambutnya yang basah juga di bungkus dengan handuk kecil.Aldo masih duduk di tepi ranjang. Dia bangkit mendekati Rere. Aldo mendudukkan Rere di kursi meja rias.Dia membuka handuk yang membungkus kepala Rere. Aldo membantu mengeringkan rambut basah itu dengan hair dryer. Dia menyisir rambut Rere dengan lembut. Rere hanya membiarkan perlakuan Aldo kepadanya. Dalam hati dia juga sempat kaget. Jika Aldo bisa berbuat hal seperti ini. Aldo meletakan sisir di meja rias. Rambut Rere selesai di keringkan. Aldo menghirup aroma shampoo yang menguar dari rambut Rere. Dia mengecupnya seraya memejamkan mata. Menikmati betapa harumnya rambut Rere. "Kamu milikku, sayang. Aku akan menghancurkan siapa pun yang mendekati kamu," lirih Aldo. "Aku memang milikmu. Tapi itu hanya sampai 5 bulan lagi," sahut Rere. Aldo tidak menjawabnya. Dia membawa tubuh Rere bangkit berdiri. Keduanya saling
Rere mengeliat dari tidurnya. Dia bangkit dan meregangkan otot-otot tangan dan tubuhnya. Di sampingnya masih ada Aldo yang tertidur pulas. Rere turun dari ranjang dan masuk ke dalam kamar mandi membersihkan diri. Selesai membersihkan diri, Rere mengambil pakaiannya di dalam lemari.Rere juga mengambil botol obat berisi pil pencegah kehamilan. Dia memakai pakaiannya lalu keluar dari dalam kamar. Rere langsung saja menuju arah dapur. Dia mengambil air putih. Rere mengeluarkan satu butir pil dari botol. Dia memang membawa pil itu dari dalam kamar. Rere memasukkan pil itu ke dalam mulutnya. Dia lalu menegak air putih agar pil tersebut tertelan dan masuk ke dalam sistem percernaanya. Seperti biasa, setiap pagi hari Rere akan melakukan kewajibannya. Dia membuat sarapan untuk semuanya. Kenan turun dari anak tangga bersama Suster Maya. Dia sudah siap dengan pakaian seragam di tubuhnya. Maya menarik kursi untuk Kenan duduk. Rere menata makanan yang telah selesai dia masak ke atas meja