Rere menganti pakaiannya yang telah dirobek Aldo dengan yang baru. Dia merapikan penampilannya lagi di depan kaca. Rere berputar ke kiri dan ke kanan. Pakaian itu sangat pas melekat di tubuh indahnya. "Pandai juga Ryan memilih baju," gumam Rere. Rere keluar dari kamar pribadi Aldo yang ada di ruangan kerjanya. Terlihat Aldo tengah menatap layar laptop di depannya. "Al ... aku kembali ke ruanganku," ucap Rere. "Hemm," jawab Aldo dengan deheman. Ryan masuk ke dalam ruangan Aldo tanpa mengetuk pintu. Rere tersenyum melihat Ryan. "Ryan ... kamu sangat pandai memilih baju untukku," ucap Rere. Ryan tersenyum. "Pakaiannya pas untukmu?"Rere mengangguk. "Terima kasih, warnanya aku juga suka.""Hei ... itu aku yang menyuruh Ryan untuk membeli. Ukuran dan warna baju itu, aku yang memberitahu Ryan," sahut Aldo.Rere memutar mata malas. "Tapi tetap saja, Ryan yang membelinya."Rere menarik pintu ruangan dan keluar dari dalam sana. Aldo berteriak memanggilnya agar kembali lagi. Namun Rere t
Mobil sampai di restoran favorit Kenan dan Rere. Aldo, Kenan dan Rere keluar dari dalam mobil dan masuk ke restoran. Kenan sudah menuju kursi meja dekat jendela kaca. Rere dan Aldo menyusul duduk di sana. Aldo memanggil pelayan untuk memesan makanan. Pelayan datang dengan buku menu lalu memberikannya kepada Aldo dan Rere. "Kenan mau makan apa?" tanya Aldo. "Spaghetti saja," jawab Kenan. "Kalau kamu?" tanya Aldo pada Rere. "Menu sehat saja," jawab Rere. Aldo memberitahu menu makanannya pada pelayan. Setelah menulis pesanan dari pelanggannya, pelayan itu pergi dari sana. Aldo mengeluarkan dompet dari saku celananya. Dia mengambil satu black card dari dalam dompet. Aldo menyodorkan kartu itu kepada Rere. "Ini untukmu dan juga Kenan," ucap Aldo. Rere mengernyit dan mendorong kembali kartu itu ke hadapan Aldo. "Tidak perlu ... aku masih sanggup memenuhi kebutuhan Kenan.""Ambil itu, Kenan juga anakku. Sudah seharusnya aku memenuhi kebutuhannya," sahut Aldo. "Mom ... ambil saja ka
Aldo melepas jas mahalnya. Dia juga menarik dasi yang melekat di leher kemejanya. Aldo meraih kedua tangan Rere dan mengikatnya. Dia melepas kemeja yang dia kenakan. "Jangan lakukan ini, Al," lirih Rere."Ini hukuman untukmu. Aku sudah bilang padamu. Jangan membantah setiap apa yang aku perintahkan." Aldo melepas tali sabuk serta celana panjangnya. "Tidak seharusnya kamu menghukumku begini. Ingat tunanganmu, kamu sudah menghianatinya," cecar Rere. Aldo terkekeh. "Saat dia sudah berada di sini. Aku tidak memerlukan dirimu lagi. Hanya malam ini saja. Layani aku sepuasnya."Malam ini saja, akan aku lakukan agar terbebas darimu, batin Rere. Aldo melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Rere. Dia tidak menolak ataupun memberontak. Rere membiarkan apapun yang ingin di lakukan Aldo. Aldo mengambil tali sabuknya. Dia membalik tubuh Rere ke belakang. Aldo memukul Rere dengan tali sabuknya. Rere mengigit bibirnya agar tidak bersuara. Aldo membuang tali sabuknya setelah puas memu
Aldo terbangun dari tidur lelapnya. Semalam dia pulang ke rumahnya dan tidak menginap di rumah Rere. Hari ini Aldo akan menjemput wanita yang dia cintai. Celine akan datang hari ini. Aldo sudah bersiap untuk menjemput sang pujaan hati. Dia menuruni anak tangga menuju ruang makan untuk sarapan. Pelayan sudah menyiapkan menu sarapan untuk majikannya itu. Aldo menarik kursi dan duduk. Dia mengambil roti panggang dan mengoleskan selai coklat. Dia memotong kecil-kecil dan menyuapkannya ke dalam mulut. Selesai sarapan, Aldo beranjak keluar dari rumahnya. Dia menuju mobil mewahnya. Aldo masuk dan menghidupkan mesin mobil. Dia melirik jam di pergelangan tangannya. "Aku harus segera sampai di bandara," gumamnya.Aldo mengendarai mobilnya keluar dari gerbang rumah menuju bandara. ******Pagi ini Rere izin lagi untuk masuk kantor. Hari ini adalah acara Kenan yang akan bercerita dengan tema ayah. Kenan sudah bersiap dari tadi. Dia tidak sabar untuk bertemu dengan Aldo. Rere juga sudah siap
Rere sudah siap dengan setelan kantornya. Hari ini dia bisa bernapas lega. Suster pengasuh untuk Kenan sudah ada di rumah. Rere juga tidak merasa khawatir lagi jika meninggalkan Kenan sendirian. Rere keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga. Kenan sudah sarapan dengan di temani suster Maya. "Selamat pagi Kenan," sapa Rere seraya mengecup kening sang putra. "Selamat pagi, Maya," sapa Rere."Pagi, Nona," balas Maya. Rere menarik kursi dan duduk. Dia langsung saja sarapan bersama Kenan dan suster Maya. Dering ponsel Anna berbunyi. Segera Anna mengambil ponselnya dari saku blazer yang dia kenakan. "Sayang ... Mommy angkat telepon sebentar." Rere beranjak dari kursinya dan mengangkat panggilan telepon itu."Halo ... dengan siapa ini?" ~ Rere."Selamat pagi, Nona Rere. Saya Septi kepala personalia dari perusahaan MCORP. Saya ingin memberitahu, besok Anda harus datang ke perusahaan untuk melakukan wawancara kerja." "Baik ... besok saya akan datang ke sana." ~ Rere. "Baiklah kalau
Rere masuk ke dalam lift. Dia menekan angka dimana lantai ruangannya berada. Ada rasa lega di dalam hatinya. Namun juga rasa nyeri saat melihat Aldo dan Celine. Aldo seenaknya saja menidurinya. Lalu pria itu juga menyentuh wanita lain. Sakit, rasa ingin marah bercampur aduk di dalam hatinya. Rere keluar dari dalam lift. Dia melangkah menuju ruang kantornya. Rere membuka pintu dan masuk ke dalam. Dia melihat Rudi masih berkutat dengan laptop dan berkas di hadapannya.Rere membereskan semua barang-barangnya. Dia memasukan barang penting di dalam tas. Rere duduk di kursi seraya menatap Rudi."Aku di pecat, Rudi," ucap Rere.Rudi menghentikan jari-jemarinya dari tuts keyboard dan menghadap Rere. "Pecat? Bukannya kamu ingin mengundurkan diri?" Rudi mengernyit karna tiba-tiba saja, Rere berkata seperti itu."Aku tidak sengaja melihat pak Aldo tengah bercinta dengan kekasihnya," terang Rere."Hahaha .... " Rudi tertawa. Rere mengerutkan dahi. "Kenapa kamu malah tertawa?"Rudi geleng-gelen
Aldo tersentak saat Kenan mengatakan dia tidak mengenal siapa dirinya. Putranya itu kelihatan sangat marah padanya. Pantas saja Kenan marah. Aldo sama sekali belum menemuinya. Aldo memegang tangan kecil Kenan. "Maafkan Daddy, Ken. Daddy janji tidak akan mengulanginya.""Mom ... ayo pulang dari sini. Om ini menganggu Ken," rengeknya.Rere bingung ingin berkata apa. Aldo memang keterlaluan. Dia berjanji tetapi ingkar. Lebih parahnya Kenan melihat Aldo bersama wanita lain."Maafkan Daddy, sayang. Jangan seperti itu," ucap Rere. Celine terlihat sudah kembali dari toilet. Dia mencari keberadaan Aldo yang tidak ada di mejanya. Celine mengedarkan pandangan matanya. Dia mengernyit melihat Aldo berjongkok dengan memegang tangan anak kecil. Namun dia sangat kaget saat melihat wanita yang duduk di sana. Wanita itu yang baru saja di pecat oleh Aldo.Celine lalu melangkah mendekati Aldo. "Sayang ... ngapain kamu di sini?"Aldo dan Rere kaget akan kedatangan Celine. Secepatnya Aldo melepas tang
Rere tidak memperdulikan keberadaan Aldo yang tengah duduk di ranjang. Dia langsung saja menuju kamar mandi. Rere berganti pakaian dengan piyama tidur panjang. Rere keluar dari kamar mandi. Dia membereskan pakaian kotor dan juga handuk yang habis di pakai oleh Aldo. Rere memasukkan semuanya ke dalam keranjang baju. Rere merangkak naik ke tempat tidur. Dia membelakangi Aldo yang masih setia duduk. Rere langsung memejamkan matanya. Dia malas untuk berdebat dengan Aldo malam ini.Entah apa yang ada di pikiran Aldo. Menurut Rere hubungan mereka sudah tidak ada apa-apa lagi. Namun Aldo masih saja seenaknya tidur di rumahnya dan dalam satu kamar. Aldo menatap Rere yang membelakanginya. Dia merebahkan dirinya di samping Rere. Aldo mendekat dan melingkarkan tangannya di perut rata Rere. Rere sadar apa yang di lakukan Aldo. Pria yang memeluknya itu, benar-benar tidak tahu malu. Dalam hati Rere merutuki Aldo. Aldo mengangkat rambut panjang Rere ke atas. Dia mendekatkan hidungnya di tengkuk