Kenan terlihat heran melihat ibunya yang tengah memegang bibir. Ia memperhatikan Rere yang geleng-geleng kepala lalu mengerutu sendiri. Kenan mengaruk kepalanya yang tidak gatal. "Mommy kenapa?"Rere terlonjak kaget mendengar suara Kenan. Ia terbata-bata menjawab pertanyaan putranya. "M-mommy gak kenapa-kenapa!"Rere berusaha untuk mengalihkan pembicaraan. "Kamu sudah makan?"Kenan mengangguk. "Sudah ... sekarang mau pergi tidur."Rere menghampiri putranya. "Kamu tidur yah! Ini sudah malam. Selamat malam, Sayang.""Selamat malam, Mom," ucap Kenan.Rere memberi kecupan di kening. Begitu juga Kenan, mengecup kedua pipi Rere, lalu masuk ke kamarnya sendiri. Rere tersenyum melihat putranya yang mandiri. Kenan tidak seperti anak kebanyakan. Putranya itu sudah terbiasa mengurus diri tanpa bantuan darinya. Rere masuk ke kamarnya. Ia membuka pakaian, mengambil handuk dalam lemari, lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.Dalam kamar mandi, ia teringat akan kecupan panas yang di la
Denting lift berbunyi, pintu telah terbuka. Aldo membantu Rere untuk bangkit berdiri. Ia memapah tubuh Rere masuk ke dalam ruangannya. Sekretaris Aldo dan juga assistennya memperhatikan itu semua. Mereka tidak berani menegur ataupun bertanya pada Aldo. Mereka hanya diam memperhatikan saja atasan membawa Rere masuk ke dalam ruangannya.Aldo mendudukkan tubuh Rere di atas sofa. Ia mengambil kotak obat di laci meja, lalu duduk di samping Rere. Terlihat Rere tengah mengelus bagian belakangnya. Kening Rere juga merah karena benturan dinding lift. Bagaimana tidak? Rere tengah bersiap untuk menyerang, lalu Aldo menyepak kakinya. Rere tersungkur ke depan membentur dinding lift lalu jatuh terduduk. Aldo membuka kotak obat. Ia mengambil gel untuk luka memar. "Maaf ... aku gak sengaja menyenggol kakimu," ucap Aldo yang dengan perlahan mengoleskan obat itu di kening Rere. Rere meringis. "Pelan-pelan sedikit mengolesnya.""Ini juga sudah pelan," jawab Aldo lalu meniup-niup kening Rere. "Ini
Pintu lift terbuka, Rere segera keluar dan menuju ruangannya. Di dalam perjalanan, karyawan lain berkasak-kusuk membicarakan dirinya. Mereka melihat saat Rere dibawa masuk ke dalam lift oleh Aldo.Rere terlihat heran karena teman-temannya terus memperhatikan ia lewat. Ia segera masuk ke ruang kantor, mengambil cermin kecil dan melihat wajahnya.Tidak ada hal apa pun yang mencurigakan. Semuanya baik-baik saja. Rere terlihat bingung jadinya. "Re ... kamu ada hubungan apa sama CEO Aldo?" tanya Rudi yang langsung menghampiri Rere saat wanita itu telah duduk di kursi mejanya."Tidak ada ... memangnya kenapa?" tanya Rere. "Kamu lagi banyak digosipkan sama karyawan lain. Mereka mengira kamu ada hubungan dengan beliau."Rere mengernyit. "Kenapa mereka bisa berpikiran seperti itu?"Rudi memutar mata malas. "Semuanya melihat saat kamu ditarik masuk ke lift oleh Pak Aldo."Rere terlonjak kaget mendengar penuturan Rudi. Dia baru teringat saat Aldo menariknya, memang ada banyak staf lain yang me
Kenan mengintip Rere yang telah pergi dengan mobilnya. Ia lalu berlari masuk ke dalam kamar. Kenan mengambil celengan uang lalu menghancurkannya. Ia mengambil semua uang lalu memasukannya ke dalam kantong celana.Kenan mengambil jaket, topi dan ponsel. Rere memang meninggalkan satu ponsel untuk putranya agar Kenan dapat memberikan kabar jika terjadi apa-apa padanya. "Semua sudah siap, aku akan mencari Daddy. Mom bilang, Daddy itu seorang pengamen. Aku akan mencarinya di jalanan," gumam Kenan.Kenan keluar dari rumah dan tidak lupa mengunci pintu. Dia keluar dari gerbang rumah dengan celingak-celinguk ingin mencari taksi. "Taksi gak ada lewat, mau cari di mana, ya?" tanyanya pada diri sendiri. Kenan berjalan kaki menyusuri jalanan. Ia lalu singgah di warung dan menghampiri seorang wanita yang seumuran dengan ibunya. "Bu ... Kenan mau minta tolong," ucapnya."Tolong apa, Dek?" tanya wanita itu."Kenan minta tolong, pesankan taksi online," pintanya."Oh ... ponsel kamu ada?" tanya w
Aldo masih menatap wajah Kenan yang tengah makan itu. Dalam hati ia bertanya-tanya, apakah memang betul jika Kenan adalah anak darinya? Wajah mereka sangat mirip. "Al ... lebih baik kita test saja Kenan. Siapa tahu dia memang anakmu," ucap Ryan, memberi saran terhadap sahabatnya."Aku tidak ingat jelas wanita malam itu. Tapi, idemu boleh juga. Kita harus melakukan test pada Kenan," ucap Aldo."Kenan sayang, kamu boleh panggil Om dengan sebutan Daddy," ucap Aldo dengan mengusap rambut Kenan."Tapi, Om bukan Daddy Ken," ucapnya. "Om adalah Daddy Ken. Dulu Daddy seorang pengamen. Sekarang, Daddy sudah kaya," ucap Aldo.Ken terlihat senang. "Om beneran Daddy Ken?"Aldo mengangguk. "Iya ... tapi, Ken jangan bilang Mommy dulu. Kita kasih kejutan untuk Mommy."Ken mengangguk. "Iya ... Ken tidak akan bilang pada Mommy.""Anak pintar ... hari ini Daddy akan ajak kamu jalan-jalan," ucap Aldo."Yeah asyik!" ucap Kenan girang.Aldo mengambil beberapa helai rambut Kenan. Dia membungkusnya dengan
Aldo membuka kemeja bajunya. Dia kembali menindih tubuh Rere, lalu melanjutkan aksinya. Dia juga sudah membuka habis kain yang melekat di tubuh indah Rere. "Selain pria itu, siapa lagi yang pernah menidurimu?" tanya Aldo."Tidak ada ... hanya dia satu-satunya," ucap Rere. Aldo membuka sedikit kaki Rere. Dia membenamkan kepalanya di bawah sana dan Rere menahan bibirnya agar dia tidak bersuara. "Cukup Aldo! Kamu sudah keterlaluan berbuat seperti ini," pekik Rere. Aldo tidak menghiraukan teriakan Rere. Dia tetap menikmati keindahan di bawah sana. Rere berusaha untuk melepas ikatan tangannya. "Apa kamu tidak bisa diam? Biarkan aku melakukannya. Kamu harus menuruti keinginanku," kata Aldo yang sedikit kesal karna Rere terus bergerak. "Pria kurang ajar. Aku tidak terima diperlakukan seperti ini," teriak Rere. Aldo mengambil ponselnya. Dia memotret Rere dalam keadaan polos. Aldo sengaja melakukan itu agar Rere tidak lepas darinya. Dia akan menjerat Rere untuk selalu menuruti keinginan
Rere melajukan mobilnya menuju sekolah Kenan. Hari ini dia izin bekerja di kantor. Rere akan pergi ke tempat penyalur tenaga babysistter. Sekalian dia ingin mencari pekerjaan baru.Mobil telah sampai di sekolah. Kenan turun setelah berpamitan. Rere melajukan mobilnya menuju tempat penyalur babysistter. Sekitar tiga puluh menit, Rere sampai di tempat dulu dia mendapatkan pengasuh yang lama. Tempat itu sudah terpercaya. Mereka merekrut babysistter yang cakap dalam bekerja. "Permisi," ucap Rere. Seorang wanita paruh baya menghampiri Rere. "Ada yang bisa dibantu, Nona?""Saya Rere ... saya ingin mencari pengasuh untuk anak saya," ucap Rere."Oh ... mari silakan masuk," ucap wanita itu.Rere masuk ke dalam ruangan dan duduk di sofa setelah dipersilakan. Wanita paruh baya itu memberikan Rere air mineral dalam gelas. "Silakan di minum," ujarnya."Terima kasih, Bu," ucap Rere."Panggil saja Ibu Winda.""Saya langsung saja, saya ingin mencari babysistter baru secepatnya. Saya juga pernah
Rere terduduk di atas ranjang kasur. Dia begitu syok mengetahui fakta yang barusan terjadi. Pria yang selama ini dia cari, ternyata adalah atasannya sendiri. Lalu Kenan, yang berani keluar dari dalam rumah hanya untuk mencari ayahnya. Rere menatap wajah Aldo. "Kamu sudah tahu semua. Lalu, apa yang kamu inginkan?""Aku ingin Kenan. Berikan dia padaku," ucap Aldo.Rere bangkit dari ranjang kasur. Dia menghampiri Aldo dan melayangkan tangannya di pipi kiri sang kekasih.Plaakk ... !Rere menunjuk wajah Aldo. "Enak saja kamu ingin mengambil anakku. Memangnya kamu siapa, huh?" Rere berteriak pada Aldo. "Aku yang melahirkan dan membesarkannya. Lalu sekarang, kamu datang mengambil anakku. Jangan mimpi!" bentak Rere.Aldo mengepal geram. Selama ini tidak ada satu orang pun yang berani menampar wajahnya. Apa lagi seorang wanita. Aldo menarik rambut panjang Rere. "Berani sekali kamu menamparku. Apa kamu tidak tahu siapa aku, huh!" Aldo bicara dengan suara meninggi. Rere meringis kesakitan ak
"Pinggangku," rintihnya. Kenan meraih handycam yang tadi ia letakkan di kursi rotan di dalam kamar. Ia memutar isi dalam rekaman itu. Kenan bernapas lega karena Liora tidak sempat dilecehkan oleh keempat pria jahat itu. Kenan keluar dari dalam kamar kapal. Masih ada beberapa anak buah Aldo yang menunggu majikannya keluar. "Kalian siapkan mobil. Aku mau pulang," kata Kenan. "Siap, Tuan," ucap salah satu pria yang bertubuh kekar dan alisnya tebal. Pintu kamar diketuk oleh pengawal tadi. Kenan beranjak membuka pintu. "Sudah siap mobilnya?""Sudah, Tuan." "Tolong bawa istriku ke mobil," pinta Kenan dengan mempersilakan pria itu masuk ke dalam kamar. "Baik, Tuan." Pria itu masuk dan sedikit heran dengan kondisi Liora. Pria itu ingin tertawa namun ia menahannya. "Cepat bawa," kata Kenan kesal karena pengawal itu memperhatikan istrinya. "B-baik, Tuan." Mata tajam Kenan tidak lepas dari pengawal yang membawa istrinya. Takutnya pria itu mencuri kesempatan yang ada. Pintu mobil sudah
"Jangan mendekat," lirih Liora dengan memegang pecahan kaca di tangannya. Ia harus tetap sadar. Liora harus mempertahankan segala kehormatannya. "Cepat lakukan sebelum wanita ini ditemukan," perintah Angel. Dua pria lain sudah membuka celana yang mereka kenakan. Keduanya menunggu giliran. Liora bergeser untuk menjauh dari dua pria itu. Namun dua pria itu semakin mendekat. "Ayo, Sayang. Kita bermain-main," ucap keduanya. Pria yang mempunyai gambar bintang di lehernya mendekat. Ia hendak meraih rambut Liora namun dengan cepat Liora melayangkan pecahan kaca ke tangan pria itu. "Ish ... kurang ajar. Berani sekali wanita ini. Sudah terluka masih bisa melukai lengan tanganku," berangnya. Liora mengacungkan pecahan kaca yang ia pegang. "Jangan ada yang mendekat.""Hei ... kenapa kalian lamban sekali," kesal Angel. "Cepat lakukan." Dua pria itu menendang tangan Liora yang mengacungkan pecahan gelas kaca. Pecahan itu terlempar dan keduanya memegang lengan Liora. "Lepaskan." Liora mero
Kenan dan Aldo telah sampai di perusahaan. Keduanya langsung saja masuk ke dalam lift menuju lantai paling teratas gedung perusahaan. Di atas sana Doni dan beberapa anak buah Aldo sudah menunggu. Pintu lift terbuka. Kenan dan Aldo keluar. Keduanya menuju pintu darurat. Kenan bersama Aldo menaiki anak tangga hingga tibalah mereka di atas atap gedung. Angin berhembus kencang meniup rambut para pria yang berada di atap. Itu disebabkan karena baling-baling helikopter tengah berputar. "Semuanya sudah siap?" tanya Aldo. "Sudah, Tuan," jawab Doni. "Kapan bantuan datang?""Bantuan sudah dalam perjalanan.""Kita berangkat sekarang. Aku takut istriku terluka."Kenan, Aldo, serta Doni serta satu anak buah mereka naik ke dalam helikopter yang bermuatan enam orang. Setelah semuanya naik dan bersiap. Helikopter pun lepas landas. *****Angel duduk di pangkuan Ardi. Ia memegang segelas minuman berwarna coklat. Tangannya menjelajahi tubuh bidang Ardi yang polos. "Malam ini aku tidak mau bermain
"Mau kalian bawa ke mana aku?" tanya Liora. "Diam saja. Nanti kamu juga akan tahu," kata pria yang duduk di kursi depan mobil. Liora terdiam namun jantungnya berdegup kencang saat ini. Rasa takut tentu saja ada dalam benaknya. Liora paham maksud dari arti penuturan Kenan tadi. Suaminya itu menyiratkan kata-kata dalam sebuah adegan film action. Meski Kenan mengajak keempat pria tadi berkelahi. Tentu saja Kenan akan kalah dan pasti tubuhnya akan babak belur. Pada akhirnya pun Liora akan tertangkap juga. Kenan memberinya kode agar menyerahkan diri saja. Liora menuruti perintah suaminya dan percaya jika Kenan akan secepatnya menyelamatkan dirinya. Mobil sampai ke sebuah pelabuhan. Keempat pria itu turun begitu juga dengan Liora. Ia digiring menuju kapal. Sepertinya Ardi memang memiliki kapal itu. "Ayo naik," perintah pria yang sudah membuka topeng wajahnya. Liora dapat melihat jika pria itu memiliki lukisan tubuh bintang di lehernya. Liora naik ke kapal bersama keempat pria itu. Se
Kenan membawa tubuh Liora yang kelelahan. Keduanya keluar dari kamar mandi. Telapak jari Liora berkerut karena kedinginan. Kenan seakan tidak ada hari esok untuk mengempur sang istri. Bibir Liora bergetar karena kedinginan. Kenan membungkus tubuh istrinya dengan selimut tebal. Rambut Liora yang basah juga ia bungkus dengan handuk."Kamu mau makan apa? Biar aku pesankan," ucap Kenan. "Terserah!""Kamu masih marah?" tanya Kenan. Bagaimana Liora tidak marah. Kenan tidak membiarkannya istirahat. Pinggangnya saja terasa sakit. Belum lagi air dingin yang menguyur tubuhnya. Perutnya juga terasa sangat lapar. Namun Kenan malah menunda-nunda keinginannya untuk makan. Suaminya itu semakin mengila saja menghujam dirinya. Kenan memeluk Liora yang terbungkus oleh selimut tebal. "Maaf, Sayang. Namanya juga pengantin baru."Liora mendengus. "Biarkan aku istirahat dulu dan makan. Semua tubuhku sakit, perutku lapar dan aku mengantuk ingin tidur."Kenan terkekeh. "Iya, Sayang."*****Ardi mengge
Kenan menoel-noel lengan Liora. Istrinya tengah tertidur pulas. Liora sempat membersihkan dirinya sebelum tidur. Kenan juga meminta kepada pelayan hotel untuk menganti seprai mereka yang sudah kotor."Sayang ... ayo bangun. Kita main lagi," bisik Kenan di telinga sang istri.Liora tidak bergeming. Ia tertidur pulas dengan memeluk guling dalam dekapannya. Kenan kembali menoel-noel pipi Liora. Berharap istri tercintanya itu mau bangun dan melayani hasratnya."Sayang ... ayo," ajak Kenan dengan kata lirih.Kenan mendusel wajahnya di tengkuk belakang Liora. Ia memberi gigitan kecil supaya istrinya itu terbangun. Liora mengeliat karena merasa terganggu."Ayo tidur, Ken. Aku sudah lelah." Liora menarik selimut tebalnya dan meringkuk dengan memeluk bantal guling."Jangan tidur. Aku masih ingin bermain," rengek Kenan bagai anak kecil."Besok masih bisa. Malam ini tidur dulu. Kamu tidak capek apa?" tanya Liora dengan mata terpejam."Sayang ... ayo," rayu Kenan.Liora membalik tubuhnya menghada
Liora membersihkan wajahnya dari segala make up yang menempel. Sedang Kenan sudah berada di dalam kamar mandi membersihkan diri. Pintu kamar mandi terdengar dibuka. Kenan keluar dengan rambutnya yang basah. Ia melirik Liora yang masih berkutat membersihkan wajahnya. Sanggul di rambutnya saja belum ia buka. "Belum selesai juga bersihin wajahnya?" Liora menyengir. "Riasannya banyak ditimpa, Ken. Jadi agak susah bersihinnya."Kenan mendekat kemudian membantu melepas jepitan sanggul yang masih belum Liora buka. Ia melepas jepitan hitam dari rambut Liora dengan pelan. "Rambutnya sudah selesai. Kamu cepetan mandi.""Terima kasih, Sayang ... udah bantuin buka jepitan rambutku," ucap Liora seraya bangkit dari duduknya.Kenan memejamkan matanya seraya menunggu Liora dari kamar mandi. Tidak lama Liora keluar. Ia mengosok-gosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil. "Sudah tidur rupanya," gumam Liora tak kala melihat Kenan sudah memejamkan matanya. Liora berjalan menuju jendela kamar ho
Gaun pengantin berwarna putih dipakaikan ke tubuh indah Liora. Rambut yang panjang itu juga sudah ditata. Riasan tipis di wajahnya membuat Liora semakin mempesona. Sepatu high heel berwarna putih dengan taburan batu permata terpasang di kaki Liora. Sebuket bunga juga sudah ia pegang. Liora tinggal menunggu datangnya seseorang yang akan menjemputnya untuk dibawa ke Altar pernikahan. Hari ini Liora dan Kenan akan mengikat janji sehidup semati. Karena masalah video itu. Pernikahan Kenan malah ditunggu-tunggu oleh khalayak ramai. Mereka penasaran dan ingin menyaksikan sepasang kekasih itu saling mengikat janji.Kenan dijuluki sebagai pangeran yang telah menolong seorang gadis miskin bernama Liora. Kisah cinderella terjadi dalam kehidupan nyata. Tiba-tiba saja pasangan Liora dan Kenan menjadi idola. Permen lolipop yang menjadi saksi bisu kedekatan Kenan dan Liora banyak dijual oleh para pedagang dan laris manis. Mereka menamainya permen Kenli. Dalam waktu yang singkat semuanya beruba
"Sayang ... apa kamu yakin?" tanya Kenan.Liora mengangguk. "Iya. Kita adakan saja klarifikasi dan juga umumkan tentang tanggal pernikahan.""Kita pulang saja dulu ke rumah. Kita bicarakan ini bersama daddy dan mommy," ucap Kenan."Iya ... kita pulang saja dulu." Liora meraih tasnya dan Kenan memasukkan kembali laptop ke dalam tas kerja. Keduanya keluar dari dalam ruangan. Kenan mengengam erat jemari tangan calon istrinya itu. Para pengawal yang berada di luar, tetap berjaga-jaga. Kenan dan Liora keluar dari dalam cafe. Para pengunjung sudah dibubarkan oleh pengawal yang Kenan perintahkan. Liora bergegas masuk ke dalam mobil. Begitu juga dengan Kenan.Di dunia maya sosok Kenan kembali diungkap. Angel diseret-seret dan menjadikan namanya dikenal kembali. Skandal Aldo juga sempat disinggung. Namun berita itu segera ditutup oleh Kenan dan orang suruhan Aldo. Kenan mengendarai mobilnya menuju kediaman Aldo. Di sana keluarganya sudah menunggu kedatangannya bersama dengan Liora. Di sepa