"Kringgg,"
Bunyi telepon kantor terdengar."Hallo,"
"Iya Hallo, pak Brams !"
"Pak Brams aku mau tanya, apakah pak Brams jadi ikut ke pesta pak Hadi ?" Tanya Wanda.
"Oh, aku belum tahu pak Wanda."
"Kemungkinan besar sih aku ikut, tapi nanti sore aku akan beri tahu kepastian nya." Ucap Brams."Oke.. oke, ditunggu informasinya ya pak !"
"Sippp, pak Wanda enggak usah khawatir."
Brams pagi itu teringat dengan Shahnaz,Dia penasaran dengan cerita Shahnaz."Katanya dia kerja disini, Dimana ruang kerjanya ya ?" Bathin Brams.
Dengan penasaran Brams keluar dari ruangannya dan bertanya pada personalia kantor tersebut."Pak Jamil, tegur Brams."
"Eh iya pak," jawab Jamil.
"Pak, karyawan yang bernama Shahnaz kerja di ruangan mana ya ?"
" Shahnaz ?"
" Iya pak,dia baru juga sebulan bekerja disini."
" Ohhh iya," Dia ada di bagian pembukuan.
Ruangannya ada di lantai satu pak." Terimakasih untuk informasinya pak Jamil."
Brams turun ke lantai satu,dia penasaran dan ingin melihat langsung ke ruangan tersebut."Selamat pagi bu Shahnaz," ucap Brams.
Dengan jantung dag dig dug, Shahnaz terkejut.Dia tidak menyangka kalau Brams akan datang ke ruangannya.
"P_pagi pak Brams," jawab Shahnaz.
Sebagai bawahan, Shahnaz sudah selayaknya bersikap sopan dan hormat pada atasan."Ada yang bisa aku bantu pak ?" Tanya Shahnaz.
"Oh tidak, aku datang kesini hanya untuk jalan-jalan saja."
Sanu tertunduk malu, dia berpikir kalau dia sangat beruntung dikunjungi atasan yang sangat dicintainya."Baiklah bu Shahnaz, kalau begitu aku permisi dulu" ucap Brams.
"Kenapa begitu cepat sekali ?" Bathin Shahnaz.
"O_oh iya pak," jawab Shahnaz.
Brams keluar dari ruangan tersebut, dia tidak mau jadi bahan omongan para karyawannya bila terlalu lama di dalam ruangan Shahnaz. Shahnaz senyum sendiri, dia sudah yakin kalau Brams juga suka pada dia.Shahnaz melamun dengan bertopang dagu, dia menghayal tinggi di udara.
Shahnaz melihat kalau dia bahagia hidup bersama dengan Brams.Hingga dia tidak sadar kalau pena yang ada di tangannya telah mencoret lembaran kertas di mejanya."Ya tuhan, mati aku !" Ucap Shahnaz.
Dia terpaksa harus mengganti tabel keuangan kantor tersebut.Brams telah berpikir dan memutuskan kalau dia bisa ikut bersama Wanda ke pesta pak Hadi."Hallo !"
"Iya Hallo pak Wanda ?"
"Ada apa pak Brams ?"
"Pak Wanda, besok aku ikut ke pesta pak Hadi, jangan lupa tunggu aku di Bandara ya!"
"Oke oke Brams, kami akan menunggu di Bandara besok pagi."
Brams berjalan kembali ke kantornya.Dia menemui sekretarisnya dan berkata kalau besok dia tidak masuk kantor."Bu Nisa,"
"Iya pak, ada apa pak ?"
"Bu Nisa, besok aku tidak masuk karena mau ke pesta teman."
"Oh iya pak, jawab Nisa."
Secara tidak sengaja, Shahnaz mendengar percakapan Brams dengan Nisa.Roman penasaran dibalut rasa cemburu, Shahnaz memberanikan diri menemui Brams untuk menanyakannya."Pak Brams," tegur Shahnaz dari belakang Brams.
"Eh kamu Shahnaz,ada apa ?"
"Pak Brams,besok Bapak mau kemana ? Aku mendengar tadi kalau pak Brams mau keluar."
"Uhukkk Uhukkk,"
Brams tersedak batuk mendengar pertanyaan Shahnaz."Jelas sekali kelihatan kalau Shahnaz cemburu dan suka padaku," bathin Brams." Pak Brams?"
"Eh iya Shahnaz, besok aku mau ke pesta rekan kerja."
"Aku coba dulu apakah Shahnaz cemburu." Bathin Brams.
"Kata pak Wanda disana banyak cewek cantik,aku lihat dulu manatau ada yang cocok," kata Brams.
Muka Shahnaz langsung merah,rasa cemburunya tidak bisa di simpan."Maaf Shahnaz,aku buru-buru." Kata Brams.
Brams kembali ke ruangannya.Dia senyum sendiri melihat reaksi Shahnaz.
"Ketahuan dengan jelas kalau dia suka padaku," bathin Brams.
Shahnaz berbalik ke ruangannya, perasaannya semakin kacau balau mendengar perkataan Brams."Brams pasti akan menemukan banyak cewek cantik disana, bagaimana denganku?" Bathin Shahnaz.
"Ya Tuhan,aku tidak bisa melihat Brams jatuh ke tangan orang lain." Kata itulah yang selalu menari di hati Shahnaz.
"Ting Tong,"Bell rumah Shahnaz terdengar berbunyi.Ibunya datang dan langsung membuka pintu."Shahnaz,kamu sudah pulang sayang,"
Muka Shahnaz terlihat kusam dan kesal."Iya bu," jawab Shahnaz sambil masuk ke dalam kamarnya.
"Ada apa dengan Shahnaz ?" Bathin ibunya.
Sang ibu mengikuti Shahnaz masuk dan duduk di samping Shahnaz."Kamu kenapa sayang ?" Sepertinya kamu sedang ada masalah.
"Bu,Besok Brams akan pergi."
"Pergi kemana Shahnaz ?" Tanya ibunya.
"Bu,Brams berkata kalau besok dia akan pergi ke pesta rekan kerjanya."
"Lantas,apa masalahnya sehingga kamu jadi begini ?"
"Shahnaz kan takut bu, disana pasti banyak cewek lain yang lebih cantik."
Ibunya menggelengkan kepalanya,dia senyum dan mendekati Shahnaz." Shahnaz,Brams itu tidak salah." Wajar aja kalau dia pergi menghadiri pesta rekan kerjanya.
"Tapi kenapa Brams tidak mengajakku bu ?"
"Shahnaz ..Shahnaz,atas dasar apa Brams mau mengajak kamu sayang."
"Kamu itukan belum jadi pacarnya Brams."
Shahnaz tertunduk,dia sadar kalau yang dikatakan oleh ibunya adalah benar."Benar juga apa yang ibu bilang,"kata Shahnaz.
"Shahnaz , sekarang kamu berusaha dulu bagaimana caranya agar Brams itu jadi pacar kamu."Dengan demikian, sedikit banyaknya dia sudah terikat pada kamu nak.
" Shahnaz, sebagai wanita kita harus bisa membuat lawan jenis kita selalu merasa tertarik pada kita."
"Bagaimana caranya bu ?"
" Shahnaz,kamu harus berpenampilan menarik,berbahasa yang sopan dan sesekali memujinya."
Shahnaz tersenyum, dia semakin yakin dengan apa yang dikatakan oleh ibunya.
"Terimakasih ibu,ucap Shahnaz."
"Iya sayang,balas ibunya."
Shahnaz masuk kedalam kamar,dia semakin semangat dengan rencana yang akan dicobanya."Itu dia Brams sudah datang,kata Wanda."
" Baguslah,aku takut kita akan ketinggalan pesawat,jawab Arya.
"Ayo kita masuk ! pesawat akan berangkat." Ucap Wanda.
"Oke..oke,ayo kita ke dalam !"
Semuanya masuk dan naik ke dalam pesawat.Hiruk pikuk suara banyak tamu yang datang ke pesta pak Hadi.
Terlihat para tamu naik ke panggung mengucapkan selamat pada pengantin.Demikian halnya dengan rombongan Brams,Mereka mendapatkan sambutan hangat dari keluarga Hadi.Mata Brams melihat banyak cewek cantik disana, Wanda melihat kalau Brams lagi melihat wanita cantik.
"Pak Brams,benarkan apa yang aku bilang,bapak pasti tidak akan kecewa bila datang kesini."
"Benar juga apa kata pak Wanda,aku kagum dengan banyak cewek yang cantik disini."
."Pak Brams,itu belum seberapa."Coba bapak bandingkan lagi nanti dengan putri pak Hadi.
" Hmmm,memangnya secantik apa sih putri pak Hadi ?"
" Lihat aja deh,dijamin pasti suka."ucap Wanda.
"Tak Tak Tak,"
Langkah higgles Jesselyn terdengar, warna merah sangat sesuai dengan kulit kaki Jesselyn yang putih mulus."Pak Brams,coba bapak lihat wanita yang naik ke panggung."
Brams mengarahkan pandangannya ke panggung tersebut.Mata Brams terbelalak merasa kagum akan kecantikan Jesselyn."Pak Wanda,apakah wanita itu manusia atau bidadari ?" Tanya Brams.
Wanda tersenyum,dia melihat Brams suka pada Jesselyn.Karena rasa kagum Brama pada Jesselyn, Brams melangkah maju mendekati Jesselyn."Hai, ucap Brams sambil tersenyum manis pada Jesselyn.""Hai, maaf ini dengan siapa ?""Sebelum kenalan ada baiknya kita duduk dulu yok ! Ajak Brams"Ayo kita duduk !"Jesselyn mau mengikuti ajakan Brams, keduanya sekarang duduk berdua di satu meja pesta."Oh iya, kenalkan namaku Brams.""Baiklah Brams, kenalin juga namaku Jesselyn.""Kamu darimana ?" Tanya Jesselyn. Sepertinya baru kali ini aku melihat kamu."Aku dari Jakarta," aku dan teman-teman yang lain adalah undangan rekan kerja dari Pak Hadi."Oh jadi kalian adalah rekan kerjanya papa?""Iya Jesselyn," jawab Brams."Kamu sendiri sekarang masih kuliah atau sudah kerja ? ""Ohhh aku kebetulan sudah kerja di perusahaan papa yang ada di Singapore ini.""Wahh, berarti kamu juga rekan kerja kami dong? ""Iya pak Brams. ""Kamu pangg
Pagi itu Shahnaz sengaja mengantar laporannya langsung ke ruangan Brams."Selamat siang pak Brams.""Selamat siang Shahnaz," jawab Brams."Ini pak,aku mengantarkan laporan keuangannya.""Ohhh silahkan masuk dan taruh di atas meja !"Shahnaz melangkah sopan dan senyum manis menatap Brams.Shahnaz mulai salah tingkah di depan Brams.Pena Brams sengaja disenggol oleh Shahnaz.Secara bersamaan keduanya sama-sama meraih pena tersebut.Tangan Brams memegang tangan Shahnaz secara tidak sengaja."Maaf Shahnaz,"ucap Brams."He he enggak apa-apa pak,"jawab Shahnaz."Aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini," bathin Brams."Brams menarik tangan Shahnaz,sekaligus merangkul pinggangnya."Muka Shahnaz saat itu juga berubah menjadi merah."Pak Brams?""Shahnaz,kamu tidak usah bohong.Kamu juga pasti suka kan?"Brams mengangkat dagu Shahnaz."Benarkan apa yang aku katakan?"
Brams merasa ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya.Dia begitu risih bila harus berlama-lama di dalam rumah Jesselyn."Jesselyn,kita keluar aja yok!""Kemana Brams?" Tanya Jesselyn."Bagaimana kalau kita cari tempat yang aman dan cocok untuk kita berdua?"Tanpa menunggu jawaban dari Jesselyn,Brams langsung menarik tangan Jesselyn untuk keluar dari rumah tersebut."Ayo Jesselyn,"ucap Brams sambil membuka pintu mobil.Dalam perjalanan, Brams merasa ingin terlihat romantis pada Jesselyn. Dengan memarkirkan mobilnya di pinggir jalan,tangan Brams begitu cepat meraih jemari Jesselyn."Jesselyn, dari pertama kali berjumpa aku sudah merasa jatuh cinta dengan kamu."Apakah kamu mau jadi kekasihku?Jesselyn merasa jantungnya makin berdetak kencang.Dia tidak menyangka kalau Brams juga merasakan perasaan yang sama selama ini."Brams,aku mau jadi kekasih kamu.Bahkan aku juga mau kalau kamu jadikan aku sebagai istri k
Pesawat yang ditumpangi Brams telah mendarat di Bandara Sukarno Harta.Brams berjalan keluar dan menaiki taxi untuk pulang ke rumahnya."Kemana ya pak?"Tanya sopir taxi."Ke Jalan Suropati pak,"jawab Brams.Sopir taxi mengendalikan setir mobil dan melaju ke alamat rumah Brams.Sepanjang perjalanan,Brams bersandar di kursi mobil.Pikirannya masih tetap tertuju pada Jesselyn.."Darimana aku akan menata perjalanan untuk menikahi Jesselyn?"bathin Brams.Waktu terus berjalan seiring dengan lajunya taxi yang membawa Brams untuk pulang.Karena kepikiran pada Jesselyn,Brams tidak sadar kalau mereka telah sampai di depan rumahnya."Kita sudah sampai pak," kata sopir taxi."Saat itu juga Brams terkejut.Dia tidak yakin kalau dia sudah sampai dalam waktu yang begitu cepat."Sembari turun dari dalam mobil,Brams memberikan ongkos untuk sopir taxi."Ini pak,"kata Brams."Oh iya, terimakasih ya pak." Jawab sopir taxi kemudian berlalu meningg
"Ibu..!"Bu Hanna terkejut dengan teriakan Shahnaz.Dia begitu cepat berjalan keluar melihat kenapa Shahnaz berteriak memanggilnya."Ada apa Shahnaz?" Tanya bu Hanna sambil membuka pintu."Bu sini deh!aku mau beri kabar gembira untuk ibu ketahui."Tangan Shahnaz langsung menarik ibunya untuk duduk ke ruang tamu.Dengan penasaran ibu Hannah malah bingung dan bertanya pada Sanu."Sanu,kamu ada ada kabar apa sih?" Cepat beritahu ibu!"Bu,aku tadi di telpon oleh Brams.Dia malah ingin secepatnya lebih dekat dengan aku.""Maksud kamu?""Kata Brams,aku akan jadi pendampingnya tidak lama lagi.""Oh..sayang,kamu sangat beruntung,harapanku terkabul agar kamu dapat pendamping yang kaya raya dan akan bisa membuat kamu bahagia.""Iya bu,Shahnaz juga sangat bahagia dengan keadaan ini."Brams yang tadi terbaring di tempat tidur,kini jadi bangun dan berdiri.Dia duduk di dekat kaca jendela kamarnya seraya berpik
Tepat di hari Sabtu,Brams diam-diam berangkat ke Singapore.Kedua rekan kerjanya Wanda dan Jamil ikut serta turut menghadiri acara pernikahan sahabat mereka.Jesselyn yang begitu tidak sabar kini telah berada di Bandara untuk menyambut kedatangan kekasihnya.Jesselyn melihat Brams keluar bersama dua orang rekan kerjanya.Mata berbinar dan hati yang sangat bergelora seiring dengan rasa rindu pada Brams, kini jelas terlihat dari tingkah Jesselyn menyambut Brams."Hai Brams," ucap Jesselyn dengan memeluk calon suaminya."Hai sayang," jawab Brams yang juga membalas pelukan Jesselyn."Waduhh..baru juga beberapa hari kelihatannya kedua calon pengantin sudah saling merindukan," ucap Wanda."Ya sudah, sekarang kita lebih baik secepatnya berangkat ke rumah pak Hadi.Disana tentu saja masih banyak hal yang harus di kerjakan untuk semua persiapan pernikahan besok hari."Jesselyn dan ketiganya masuk mendalam mobil kemudian berangkat ke rumah pak Hadi.
Tepatnya pada malam hari,Shahnaz masih saja tidak bisa membuang pikirannya dari Brams.Dia dengan yakin akan menghubungi Brams saat itu juga."Kringgg,"Suara handpone milik Brams berbunyi, Jesselyn melihat kalau Brams masih ada di kamar mandi.Dia langsung berdiri dan mengambil handpone tersebut."Hallo,"ucap Jesselyn menyapa seseorang yang menghubungi handpone suaminya."Ini siapa ya?"Tanya Shahnaz yang bingung dengan suara wanita yang mengangkatnya.."Hallo," kata Jesselyn lagi pada Shahnaz."Maaf ya ini siapa?"tanya Jesselyn."Shahnaz yang begitu percaya diri kalau Brams hanyalah miliknya seorang,kini menjawab dengan berbohong."Maaf ya ini aku Shahnaz,istri dari mas Brams.""Enggak salah orang ya?"yang sebenarnya istri Brams itu aku atau kamu?jawab Jesselyn.Shahnaz jadi ciut,Dia sedih dengan ucapan Jesselyn.Shahnaz yang selama ini tidak pernah tahu kalau Brams sudah punya istri,kini jadi bertanya-t
Tibalah saatnya malam hari yang ditunggu-tunggu oleh Shahnaz.Dengan busana menarik juga make up yang menawan,Shahnaz keluar dari dalam kamar."Ibu...!""Iya Shahnaz,ada apa?""Ibu,aku mau keluar sebentar ya!""Kamu mau kemana sayang?"Tanya ibunya."Aku mau ketempat Brams." Jawab Shahnaz.Ibunya senyum melihat Shahnaz,dia begitu senang bila Shahnaz bahagia.Sambil menggelengkan kepala, ibunya melihat Shahnaz berjalan keluar dengan anggun dan cantik sekali.Beberapa menit menyetir mobil,Shahnaz akhirnya tiba di depan rumah Brams.Tanpa rasa sungkan, Shahnaz masuk ke dalam dengan santainya."Tak..Tak..Tak..,"Langkah sepatu Shahnaz terdengar oleh Brams mendekati kamarnya.Brams tidak yakin kalau Shahnaz akan datang seperti yang dikatakannya."Pak Dika,"kata Shahnaz sambil masuk kedalam kamar."Eh kamu Shahnaz,dia mengerutkan keningnya.Aku tidak yakin kalau kamu datang kesini."Ucap