Pagi itu Shahnaz sengaja mengantar laporannya langsung ke ruangan Brams.
"Selamat siang pak Brams."
"Selamat siang Shahnaz," jawab Brams.
"Ini pak,aku mengantarkan laporan keuangannya."
"Ohhh silahkan masuk dan taruh di atas meja !"
Shahnaz melangkah sopan dan senyum manis menatap Brams.Shahnaz mulai salah tingkah di depan Brams.Pena Brams sengaja disenggol oleh Shahnaz.Secara bersamaan keduanya sama-sama meraih pena tersebut.Tangan Brams memegang tangan Shahnaz secara tidak sengaja."Maaf Shahnaz,"ucap Brams.
"He he enggak apa-apa pak,"jawab Shahnaz.
"Aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini," bathin Brams.
"Brams menarik tangan Shahnaz,sekaligus merangkul pinggangnya."
Muka Shahnaz saat itu juga berubah menjadi merah."Pak Brams?"
"Shahnaz,kamu tidak usah bohong.Kamu juga pasti suka kan?"Brams mengangkat dagu Shahnaz.
"Benarkan apa yang aku katakan?"
"Jawab Shahnaz! Kamu tidak usah malu."
"Iya pak Brams, semenjak jumpa pertama kali dengan pak Brams aku sudah menaruh hati. "
Tanpa melewati kesempatan, Brams mencium Shahnaz dengan sedikit hasrat."Pak Brams, sudah pak!" Nanti ada orang yang datang.
"Kamu tenang aja Shahnaz,"tidak akan ada yang berani datang tanpa permisi dulu.
Brams semakin menjadi-jadi. Kesunyiannya selama ini kini berganti semangat.Baju keduanya kerlihat kusut.Brams dan Shahnaz sama-sama merapikan kembali pakaian masing-masing."Pak Brams, aku kembali ke ruangan dulu." ucap Shahnaz.
"Iya Shahnaz," jawab Brams.
Saat di dalam ruang kerja, Shahnaz mengambil kaca dari dalam tasnya.Mata Shahnaz melotot,dia melihat ada cap merah di lehernya." Ya ampun, bagaimana ini?"
Shahnaz mengambil alas bedak dan mengoleskannya agar cap tersebut kelihatan seperti kulitnya.Shahnaz bahagia sekali,dia seperti ketiban bintang saat itu.Brams duduk kembali ke kursi kerjanya."Maaf Shahnaz, aku tidak seutuhnya cinta pada kamu," bathin Brams.
"Kringgg,"
Brams melihat ada panggilan dari Jesselyn."Bidadari cantikku" ucap Brams.
"Hallo,"
"Hallo Brams,"kamu lagi ngapain?
"Hai Jesselyn,"biasalah aku lagi kerja nih.
"Kapan kamu bisa datang lagi ke Singapore?"
"Memangnya aku boleh datang ke tempat kamu?"
"Brams, kapan saja kamu mau pintu rumahku akan terbuka untuk kamu."
"Bagaimana dengan pintu hatimu, apakah terbuka untukku?"
Jesselyn terkejut,dia tidak menyangka kalau Brams berkata demikian."Brams, kamu kenapa berkata begitu?"
"Ya enggak salah kan, lagian kamu juga belum jadi status istri orang lain."
"Brams, kalau kamu serius datanglah!"
"Kamu yakin berkata demikian Jesselyn?"
"Iya Brams, aku ingin lihat seberapa serius kamu bicara."
"Oke oke minggu depan aku akan datang membuktikan semuanya pada kamu."
"Yakin?"
"Pasti Jesselyn," jawab Brams.
"Ditunggu ya!"
"Oke, so pasti."
Setelah menutup telepon, Jesselyn terlihat bahagia. Dia yakin kalau Brams lelaki yang akan menjadi pilihannya."Sorry Peter, mulai saat ini kamu bukan lagi pilihanku," bathin Jesselyn.
"Aku lebih baik bilang sama papa agar aku menikah dengan Brams,"ucap Jesselyn.
Shahnaz yang merasa sudah seratus persen dicintai Brams dan curhat pada ibunya."Ibu, berkat saran ibu Brams sudah jadi pacar Shahnaz bu."
"Benarkah Shahnaz?"
"Iya bu, sebentar lagi kita akan menjadi bagian dari keluarga darah biru."
"Hebat, kamu hebat Shahnaz." Dengan mudahnya kamu bisa mendapatkan Brams.
"Siapa dulu dong,"itukan berkat saran ibu juga.
"Shahnaz, itu semua demi kebahagiaan kamu sayang," ucap Ibunya.
Malam sebelum tidur, ada banyak rencana yang ingin di jalankan oleh Shahnaz demi mendapatkan Brams."Aku akan nekat agar Brams lebih cepat untuk menikah denganku."bathin Shahnaz.
"Dengan demikian,harta kekayaan Brams akan jadi milikku juga." ucap Shahnaz.
Sebentar lagi aku tidak akan capek lagi untuk bekerja setiap hari.Dengan gepokan uang yang akan aku miliki,semuanya akan bisa didapatkan. Khayalan Shahnaz semakin tinggi."Ohhh sayangku, rasanya aku ingin cepat-cepat mendapatkan hari esok untuk kembali berjumpa denganmu."ucap Shahnaz.
"Oh Brams,"ucap Jesselyn sambil rebahan terbayang wajah Brams.
"Rasanya aku tidak sanggup menunggu waktu seminggu untuk berjumpa denganmu,"bathin Jesselyn.
"Kenapa aku baru sekarang bisa kenal dengan kamu Brams?" Coba dari dulu kita saling kenal, mungkin sekarang kamu sudah jadi suamiku."
Dalam waktu yang sama, Jesselyn dan Shahnaz sama-sama mengharapkan Brams untuk jadi pendamping mereka."Jesselyn," terdengar pak Hadi memanggil.
"Iya pa," jawab Jesselyn.
"Kamu kesini sebentar sayang!"
Jesselyn keluar dari kamar dan datang ke ruang tamu."Ada apa pa?" tanya Jesselyn.
"Jesselyn, apa kamu sudah yakin tidak ingin lagi menikah dengan Peter?"
"Iya pa,aku bahkan ingin cepat-cepat menikah dengan Brams."
"Apakah kamu yakin Brams mau sama kamu?"
"Yakin pa, bahkan minggu depan dia akan datang kesini."
"Papa,aku ingin Brams jadi suamiku."
"Iya Jesselyn,kalau memang Brams mau datang kemari papa akan bicara langsung pada dia."
"Papa, apa Brams masih punya orangtua?"
"Kedua orangtua Brams sudah meninggal setahun yang lalu. Sekarang semua harta orangtuanya jatuh pada Brams."jawab papanya.
"Apa mereka kaya raya pa?
"Iya Jesselyn, mereka turunan darah biru dan terkenal di Jakarta. "
"Wow,"
Jesselyn terpukau dengan ucapan papanya." Jesselyn, kalau memang benar Brams suka sama kamu, itu berarti kamu sangat beruntung." Kata papanya.Secara materi Brams jauh lebih unggul daripada Peter dalam segala hal.
"Tapi?"
"Tapi apa Jesselyn?"
"Tapi kalau Brams setuju, aku akan memilih untuk tetap tinggal di Singapore.""Kenapa Jesselyn?"
"Rasanya aku tidak mampu melepaskan pekerjaanku pa." Aku telah lama memegangnya.
"Jesselyn,itu adalah kesepakatan antara kamu dan Brams."Selagi dia ijin, apa salahnya kamu tinggal disini.
"Iya pa, Jesselyn akan berusaha nanti untuk merayunya."
"Ya sudah, papa mau istirahat dulu."
"Baiklah pa, Jesselyn juga seharian sudah capek dan ingin cepat istirahat."
Jesselyn kembali masuk ke dalam kamar"Kringgg,"
Suara handpone Jesselyn berbunyi, Jesselyn mengira kalau itu adalah Brams.Tanpa melihat panggilannya, Jesselyn langsung mengangkatnya."Hallo Tampan,"
"Hallo honey," jawab Peter.
Jesselyn terkejut dan sadar kalau yang menghubunginya adalah Peter."Akhhh ternyata Peter," bathin Jesselyn.
"Kamu apa kabar Jesselyn?"
"Baik Peter," jawab Jesselyn cuek.
"Jesselyn, kamu kenapa?" Sepertinya kamu terdengar cuek.
"Hahhhh, aku lagi tidak enak badan Peter."
"Kamu harus jaga kesehatan dong, sebulan lagi kita kan mau menikah."
"Peter, sepertinya kita akan batal menikah."
"Kamu kenapa berkata begitu Jesselyn?"
"Peter, aku rasa diantara kita tidak ada kecocokan.Aku telah berpikir lebih baik mengatakannya sekarang daripada setelah menikah nanti."
Peter semakin bingung,dia merasa Jesselyn bercanda."Kamu enggak lagi bercanda kan Jesselyn?"
"Tidak Peter,"aku serius mengatakannya.
Peter terlihat semakin penasaran dengan ucapan Jesselyn, Peter tidak yakin kenapa secepat Itu Jesselyn bisa berubah.
"Paling tidak aku sudah lebih lega sekarang," bathin Jesselyn.
Jesselyn berencana akan menghubungi Peter lagi, Dia juga akan mengatakan kalau dia akan menikah dengan lelaki pilihannya.
"Apa yang terjadi pada Jesselyn ya? " Ucap Peter.
"Aku akan pergi ke Singapore hari Minggu depan untuk membuktikan kejelasannya." Kata Peter sambil menggelangkan kepalanya.
"Kringgg,"
Telepon kantor yang ada di meja Brams berbunyi."Hallo,"
"Iya Hallo," Brams ini aku pak Hadi.
"Oh pak Hadi," ada keperluan apa pak? "
"Kata putriku Jesselyn pak Brams mau datang ke Singapore ya?"
Brams sontak terkejut, dia seakan tidak percaya kalau Jesselyn sudah mengatakan semuanya pada Pak Hadi."Iya pak, rencananya nanti siang aku akan berangkat."
"Kalau memang demikian,kami akan menunggu bapak di Bandara."
"Tidak usah repot-repot pak Hadi,"Akukan bisa naik taxi.
"Pak Brams jangan berkata begitu,satu kehormatan bagi keluarga kami bila pak Brams bersedia datang."
"Akh pak Hadi terlalu berlebihan,bapak jangan berkata demikian."
"Ha..ha..ha,"kami akan menunggu kedatangan pak Brams di Bandara.
"Oke pak Hadi,nanti siang aku pasti berangkat."
Brams keluar ruangan untuk mencari pak Langkahnya sedikit lebih cepat karena ingin memburu waktu."Pak Budi!"
"Iya pak,"jawab pak Budi.
"Nanti siang bapak antar aku ke Bandara ya!"
"Oh iya,siap pak."
Shahnaz kebetulan lewat,dia mendengar ucapan Brams.Raut wajah jengkel dibalut cemburu sangat terlihat jelas di muka Shahnaz.Kaki Shahnaz melangkah ke ruangan Brams."Pak Brams,tadi aku dengar pak Brams mau diantar ke Bandara.Memangnya pak Brams mau kemana?"
"Shahnaz,aku mau ke Singapore."
"Kunjungan kerja pak?"
"Tidak, hanya kunjungan rekan kerja."
Muka kusut dari Shahnaz terlihat,dia kecewa dengan ucapan Brams."Pak Brams sendirian?"
"Iya Shahnaz,"memangnya kenapa?
"T_tidak apa-apa pak,"jawab Shahnaz kecut.
Brams melihat dan mengerti dengan Shahnaz.Tapi hati Brams lebih memilih Jesselyn dari pada Shahnaz."Oke Shahnaz aku mau pulang dulu, aku ingin berkemas dan berangkat ke Singapore."
"Iya pak,"jawab Shahnaz dengan kesal.
"Andai saja pak Brams mengajak aku kesana," bathin Shahnaz.
Shahnaz keluar dari ruangan Pak Budi dan kembali ke ruang kerjanya.Di rumah pak Hadi, ketiganya sedang bersiap-siap untuk berangkat ke Bandara menyambut kedatangan Brams."Jesselyn!"
"Iya pa," jawab Jesselyn.
"Kamu sudah siap?"
"Iya pa,aku sudah siap kok."
"Papa dan mama tunggu kamu diluar ya !"
"Oke pa," jawab Jesselyn.
Dengan balutan busana yang glamour, Jesselyn keluar laksana bidadari yang turun dari khayangan."Ayo pa kita berangkat!"
Jesselyn dan kedua orangtuanya berangkat ke Bandara."Jesselyn,papa harap nanti kamu bisa membuat Brams semakin suka pada kamu."
"Iya pa, Jesselyn paham dengan semuanya."
Mobil telah sampai ke Bandara, Jesselyn turun dan menunggu kedatangan Brams.Sebuah pesawat telah tiba dan mendarat."Pa, mungkin itu pesawat yang ditumpangi Brams."
"Mungkin saja Jesselyn," jawab papanya.
"Aku sudah tidak sabaran pa," ucap Jesselyn.
"Iya sayang, sebentar lagi Brams bakal sampai kok."
Jesselyn melihat para penumpang yang baru datang.Matanya melihat orang yang keluar satu persatu."Pa,itukan Brams?"
"Oh iya benar-benar,"ucap Pak Hadi.
"Ayo kita sambut dia pa !"
Jesselyn dan kedua orangtuanya menyambut kedatangan Brams."Hai Brams," tegur Jesselyn.
"Hai Jesselyn,jawab Brams.
Brams berpelukan dengan Jesselyn dan kedua orangtuanya."Ayo pak Brams,kita langsung ke mobil aja!"
"Iya pak," jawab Brams.
Selama diperjalanan pak Hadi dan Brams terlihat kompak dalam bicara bisnis.Sesekali Jesselyn mengikuti alur pembicaraan keduanya.Tidak berapa lama mobilpun telah sampai di rumah."Oke pak Brams,kita sudah sampai.Ayo kita masuk!" Semuanya melangkah masuk kedalam rumah Hadi.
"Silahkan pak Brams,anggap saja seperti rumah sendiri."
"Iya pak Hadi,jawab Brams.
Semua duduk di sofa ruang tamu,Jesselyn langsung mengambil minuman untuk mereka."Pak Brams, bagaimana kondisi perusahaan bapak saat ini ?"
"Perusahaan sampai saat ini masih lancar dan aman pak," jawab Brams.
"Syukurlah,"ucap Pak Hadi.
"Apa pak Brams sudah berkeluarga ?" Tanya bu Rebecca pura-pura tidak tahu.
"Belum bu,sampai saat ini aku masih sendiri."
"Kapan lagi pak Brams, apalagi yang mau ditunggu ?"
"Calonnya belum ada bu," jawab Brams.
Pak Hadi dan Rebecca saling berpandangan.Keduanya yakin kalau rencana Jesselyn akan berhasil."Ayo silahkan diminum," kata Jesselyn datang membawa minuman.
"Ayo pak Brams!"
"Iya pak Hadi," jawab Brams.
Setengah jam kemudian Rebecca melihat jam tangannya."Jesselyn, kamu temani Brams dulu."
"Pak Hadi mau kemana?" Tanya Brams.
"Kami mau keluar sebentar kerumah teman, sebentar aja kok."
"Oh baiklah pak," jawab Brams.
Keduanya meninggalkan Brams dan Jesselyn berdua.Satu kesempatan yang bagus bagi Jesselyn bisa berdua dengan lelaki pujaannya."Jesselyn, bagaimana dengan rencana pernikahan kamu?"
"Apakah kamu sudah menyusun acaranya?"
Hahhhh, Jesselyn menghela napas yang panjang."Brams kemungkinan pernikahan kami akan batal."
"Kenapa?" tanya Brams.
"Aku rasa kecocokan diantara kami sudah tidak ada Brams." Menurutku lebih baik dibatalkan sekarang daripada menyesal setelah menikah.
"Wahh, berarti rencanaku tepat sasaran," bathin Brams.
"Lantas, bagaimana rencana kamu kedepannya ?"
"Itulah sekarang yang jadi masalah dalam pikiranku," ucap Jesselyn.
" Masalah apa Jesselyn ?"
"Masalah siapa yang jadi penggantinya Brams,"
"Ini kesempatan buat kamu Brams,"bathin Brams.
"Jesselyn, seandainya aku yang jadi penggantinya apa kamu mau Jesselyn?"
Kulit wajah Jesselyn terlihat memerah.Jantungnya dag dig dug mendengar ucapan Brams.Brams merasa ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya.Dia begitu risih bila harus berlama-lama di dalam rumah Jesselyn."Jesselyn,kita keluar aja yok!""Kemana Brams?" Tanya Jesselyn."Bagaimana kalau kita cari tempat yang aman dan cocok untuk kita berdua?"Tanpa menunggu jawaban dari Jesselyn,Brams langsung menarik tangan Jesselyn untuk keluar dari rumah tersebut."Ayo Jesselyn,"ucap Brams sambil membuka pintu mobil.Dalam perjalanan, Brams merasa ingin terlihat romantis pada Jesselyn. Dengan memarkirkan mobilnya di pinggir jalan,tangan Brams begitu cepat meraih jemari Jesselyn."Jesselyn, dari pertama kali berjumpa aku sudah merasa jatuh cinta dengan kamu."Apakah kamu mau jadi kekasihku?Jesselyn merasa jantungnya makin berdetak kencang.Dia tidak menyangka kalau Brams juga merasakan perasaan yang sama selama ini."Brams,aku mau jadi kekasih kamu.Bahkan aku juga mau kalau kamu jadikan aku sebagai istri k
Pesawat yang ditumpangi Brams telah mendarat di Bandara Sukarno Harta.Brams berjalan keluar dan menaiki taxi untuk pulang ke rumahnya."Kemana ya pak?"Tanya sopir taxi."Ke Jalan Suropati pak,"jawab Brams.Sopir taxi mengendalikan setir mobil dan melaju ke alamat rumah Brams.Sepanjang perjalanan,Brams bersandar di kursi mobil.Pikirannya masih tetap tertuju pada Jesselyn.."Darimana aku akan menata perjalanan untuk menikahi Jesselyn?"bathin Brams.Waktu terus berjalan seiring dengan lajunya taxi yang membawa Brams untuk pulang.Karena kepikiran pada Jesselyn,Brams tidak sadar kalau mereka telah sampai di depan rumahnya."Kita sudah sampai pak," kata sopir taxi."Saat itu juga Brams terkejut.Dia tidak yakin kalau dia sudah sampai dalam waktu yang begitu cepat."Sembari turun dari dalam mobil,Brams memberikan ongkos untuk sopir taxi."Ini pak,"kata Brams."Oh iya, terimakasih ya pak." Jawab sopir taxi kemudian berlalu meningg
"Ibu..!"Bu Hanna terkejut dengan teriakan Shahnaz.Dia begitu cepat berjalan keluar melihat kenapa Shahnaz berteriak memanggilnya."Ada apa Shahnaz?" Tanya bu Hanna sambil membuka pintu."Bu sini deh!aku mau beri kabar gembira untuk ibu ketahui."Tangan Shahnaz langsung menarik ibunya untuk duduk ke ruang tamu.Dengan penasaran ibu Hannah malah bingung dan bertanya pada Sanu."Sanu,kamu ada ada kabar apa sih?" Cepat beritahu ibu!"Bu,aku tadi di telpon oleh Brams.Dia malah ingin secepatnya lebih dekat dengan aku.""Maksud kamu?""Kata Brams,aku akan jadi pendampingnya tidak lama lagi.""Oh..sayang,kamu sangat beruntung,harapanku terkabul agar kamu dapat pendamping yang kaya raya dan akan bisa membuat kamu bahagia.""Iya bu,Shahnaz juga sangat bahagia dengan keadaan ini."Brams yang tadi terbaring di tempat tidur,kini jadi bangun dan berdiri.Dia duduk di dekat kaca jendela kamarnya seraya berpik
Tepat di hari Sabtu,Brams diam-diam berangkat ke Singapore.Kedua rekan kerjanya Wanda dan Jamil ikut serta turut menghadiri acara pernikahan sahabat mereka.Jesselyn yang begitu tidak sabar kini telah berada di Bandara untuk menyambut kedatangan kekasihnya.Jesselyn melihat Brams keluar bersama dua orang rekan kerjanya.Mata berbinar dan hati yang sangat bergelora seiring dengan rasa rindu pada Brams, kini jelas terlihat dari tingkah Jesselyn menyambut Brams."Hai Brams," ucap Jesselyn dengan memeluk calon suaminya."Hai sayang," jawab Brams yang juga membalas pelukan Jesselyn."Waduhh..baru juga beberapa hari kelihatannya kedua calon pengantin sudah saling merindukan," ucap Wanda."Ya sudah, sekarang kita lebih baik secepatnya berangkat ke rumah pak Hadi.Disana tentu saja masih banyak hal yang harus di kerjakan untuk semua persiapan pernikahan besok hari."Jesselyn dan ketiganya masuk mendalam mobil kemudian berangkat ke rumah pak Hadi.
Tepatnya pada malam hari,Shahnaz masih saja tidak bisa membuang pikirannya dari Brams.Dia dengan yakin akan menghubungi Brams saat itu juga."Kringgg,"Suara handpone milik Brams berbunyi, Jesselyn melihat kalau Brams masih ada di kamar mandi.Dia langsung berdiri dan mengambil handpone tersebut."Hallo,"ucap Jesselyn menyapa seseorang yang menghubungi handpone suaminya."Ini siapa ya?"Tanya Shahnaz yang bingung dengan suara wanita yang mengangkatnya.."Hallo," kata Jesselyn lagi pada Shahnaz."Maaf ya ini siapa?"tanya Jesselyn."Shahnaz yang begitu percaya diri kalau Brams hanyalah miliknya seorang,kini menjawab dengan berbohong."Maaf ya ini aku Shahnaz,istri dari mas Brams.""Enggak salah orang ya?"yang sebenarnya istri Brams itu aku atau kamu?jawab Jesselyn.Shahnaz jadi ciut,Dia sedih dengan ucapan Jesselyn.Shahnaz yang selama ini tidak pernah tahu kalau Brams sudah punya istri,kini jadi bertanya-t
Tibalah saatnya malam hari yang ditunggu-tunggu oleh Shahnaz.Dengan busana menarik juga make up yang menawan,Shahnaz keluar dari dalam kamar."Ibu...!""Iya Shahnaz,ada apa?""Ibu,aku mau keluar sebentar ya!""Kamu mau kemana sayang?"Tanya ibunya."Aku mau ketempat Brams." Jawab Shahnaz.Ibunya senyum melihat Shahnaz,dia begitu senang bila Shahnaz bahagia.Sambil menggelengkan kepala, ibunya melihat Shahnaz berjalan keluar dengan anggun dan cantik sekali.Beberapa menit menyetir mobil,Shahnaz akhirnya tiba di depan rumah Brams.Tanpa rasa sungkan, Shahnaz masuk ke dalam dengan santainya."Tak..Tak..Tak..,"Langkah sepatu Shahnaz terdengar oleh Brams mendekati kamarnya.Brams tidak yakin kalau Shahnaz akan datang seperti yang dikatakannya."Pak Dika,"kata Shahnaz sambil masuk kedalam kamar."Eh kamu Shahnaz,dia mengerutkan keningnya.Aku tidak yakin kalau kamu datang kesini."Ucap
"Uhuakkk..Uhuakkk,"Shahnaz pagi itu terlihat mual dan muntah.Mukanya pucat dan kedinginan.Shahnaz tidak selera makan bahkan bicara juga dia jadi malas."Kamu sakit Shahnaz?" Tanya ibunya.Ibunya memegang kening Shahnaz, Badannya tersa dingin dan mukanya semakin pucat.Ibunya yang sangat menyayangi Shahnaz sangat khawatir dengan keadaan anaknya."Kita berobat ya sayang!"Kata ibunya.Shahnaz hanya diam saja.Dia tidak mau menjawab ucapan ibunya."Shahnaz,apa kamu sudah makan?"Shahnaz terlihat hanya menggelekan kepalanya.Dia tidak mau kalau ibunya banyak bicara saat itu."Kenapa aku jadi merasa mual begini ya?" Bathin Shahnaz.Saat itu juga dia terpikir kalau orang yang biasanya mual muntah itu adalah orang yang masuk angin dan orang..."Tidak...apakah aku sekarang hamil?" Bathin Shahnaz.Dia kelihatannya begitu tidak yakin dengan apa yang dipikirkannya.Tapi karena dia ingin segera memiliki Brams, tentun
Brams dan Jesselyn seakan membalas kerinduan mereka selama lebih dari dua minggu.Brams hampir tiga kali membuang lahar hangatnya demi memuaskan sang istri."Sayang,apa kamu sudah puas? Tanya Brams dengan begitu manja.Jesselyn terlihat manggut-manggut dan malu melihat Brams.Jesselyn berbaring lemah seperti kehabisan tenaga.Brams yang melihat Jesselyn dengan kondisi seperti itu, malah duduk dan langsung ke kamar mandi.Mendengar gemerincing air dari kamar mandi, Jesselyn berbalik dan melihat ke arah kamar mandi.Dia yang tadinya ingin tidur, sekarang malah ikut mandi karena takut kalau kedua orangtuanya datang."Eh..kamu sayang," ucap Brams."Apa kamu tidak capek?""Iya sih sayang,tapi aku takut dan kalau nantinya papa dan mama datang melihat kita berada di kamar siang-siang begini.Jesselyn membuka handuk yang sengaja dia pakai dari kamarnya.Memang dasar Brams punya nafsu yang amat sangat, sehingga dia tidak tah