Brams dan Jesselyn seakan membalas kerinduan mereka selama lebih dari dua minggu.Brams hampir tiga kali membuang lahar hangatnya demi memuaskan sang istri.
"Sayang,apa kamu sudah puas? Tanya Brams dengan begitu manja.
Jesselyn terlihat manggut-manggut dan malu melihat Brams.Jesselyn berbaring lemah seperti kehabisan tenaga.Brams yang melihat Jesselyn dengan kondisi seperti itu, malah duduk dan langsung ke kamar mandi.
Mendengar gemerincing air dari kamar mandi, Jesselyn berbalik dan melihat ke arah kamar mandi.Dia yang tadinya ingin tidur, sekarang malah ikut mandi karena takut kalau kedua orangtuanya datang.
"Eh..kamu sayang," ucap Brams.
"Apa kamu tidak capek?"
"Iya sih sayang,tapi aku takut dan kalau nantinya papa dan mama datang melihat kita berada di kamar siang-siang begini.
Jesselyn membuka handuk yang sengaja dia pakai dari kamarnya.Memang dasar Brams punya nafsu yang amat sangat, sehingga dia tidak tah
Mata Jesselyn terbelalak karena terkejut melihat Brams sudah ada di depannya.Dengan bicara terbatah-batah, Jesselyn melihat Brams."S_sayang,aku tidak apa-apa kok,T-Tadi aku terkejut karena yang datang orang gila."jawab Jesselyn dengan berbohong.Brams melihat Jesselyn sepertinya ketakutan.Dia melihat muka Jesselyn yang berubah jadi pucat."Ahh barangkali Jesselyn memang takut dan terkejut karena melihat orang gila." Bathin Brams."Sayang,sudahlah kamu enggak usah takut,"Akukan ada disini.Brams langsung memeluk Jesselyn yang ketakutan.Dia sama sekali tidak tahu kalau Jesselyn saat itu sedang berbohong padanya."Syukurlah,untung saja Brams bisa percaya dengan alasan yang aku katakan." Bathin Jesselyn.Keduanya kini duduk kembali di sofa ruang tamu.Jesselyn sampai saat itu juga belum bisa melupakan hala yang baru saja dilihatnya.Seiring dengan acara televisi yang diikuti oleh mereka tiba-tiba."Ting..Tong..," Suara bel
Pak Hadi dan istrinya masuk ke dalam kamar, sementara Brams dan Jesselyn masuk ke sebuah restauran mewah yang ada di Singapore."Sayang,kamu mau makan apa?""Terserah deh sayang,kali ini aku ingin makan makanan yang sesuai dengan pesanan kamu."Jawab Jesselyn.Brams tersenyum melihat istrinya,dia kelihatannya makin hari makin sayang pada Jesselyn."Kringgg..!"Handpone Brama tiba-tiba berbunyi.Brams langsung meraih handpone dari atas meja dan melihat siapa yang memanggil."Hahhhh..dia lagi..!"bathin Brams.Dengan sedikit kesal dia malah menolak panggilan tersebut."Siapa sayang?"Tanya Jesselyn."Akhhh orang yang salah sambung sayang,"kata Brams.Jesselyn meneteskan menikmati makanan yang sudah terhidang dimejanya.Sementara Brams sengaja menonaktifkan handponenya agar tidak bisa dihubungi oleh Shahnaz lagi.Mata Brams melihat Jesselyn sangat berselera dalam menikmati makanan.Brams juga perlahan mulai menikmati makana
Sepulang dari restaurant, Jesselyn kelihatannya kecapean.Dia tiba-tiba demam dan menggigil.Brams seketika itu jadi panik dan kasihan melihat muka Jesselyn yang berubah jadi pucat."Sayang,kamu kenapa?"tanya Brams.Jesselyn hanya diam,dia tidak menjawab pertanyaan suaminya."Mama..!"Brams keluar dari dalam kamar,dia melihat mama Jesselyn ke ruang tamu."Ada apa Brams?" Kamu kenapa kelihatannya seperti panik?""Mama,Jesselyn tiba-tiba demam dan menggigil.Aku tidak tahu apa penyebabnya ma.Tadi sepulang dari restauran,dia langsung lemas."Jesselyn...!" Ucap mamanya,dia langsung ke kamar Jesselyn untuk melihat keadaan putrinya."Jesselyn..kamu kenapa sayang?"Mamanya jadi ikut panik melihat keadaan Jesselyn."Mama, bagaimana kalau kita bawa Jesselyn ke Dokter aja?"Tanya Brams."Iya ..Ayo kamu sekarang bawa dia ke mobil,kita akan membawa dia ke Rumah Sakit terdekat."Pak Hadi yang baru saja datang,juga ikut bingu
Tiga hari sudah Jesselyn selalu dipenuhi rasa mual dan muntah.Brams yang sudah dihubungi banyak relasinya,kini harus kembali ke Jakarta.Brams sangat sedih bila harus meninggalkan istrinya dalam kondisi seperti itu.Namun tuntutan pekerjaan akan memaksa Brams meninggalkan istrinya."Sàyang,aku hari ini terpaksa harus pulang ke Jakarta."Kamu tidak marah kan?"Tidak sayang,aku malah telah bersalah karena harus memaksa kamu untuk lama disini."Jesselyn,kamu jangan berkata seperti itu,disaat seperti ini aku sebaiknya harus ada disamping kamu,dan menjaga kamu. Tapi. . !"Sayang,kamu jangan khawatir,aku disini juga ada papa dan mama yang jaga.Kamu berangkatlah ke Jakarta!Bila nanti kamu punya waktu yang luang,kamu jangan lupa untuk datang kesini.""Tentu saja sayang, aku akan datang.Aku juga tidak akan tahan bila harus lama-lama berpisah dengan kamu. Aku harap kamu bisa merawat Bayu kita yang sedang kamu kandung.""Iya sayang,kamu jangan khaw
"Brams kamu darimana saja?"Ucap Shahnaz dengan nada keras.Dia yang kelihatan emosi,kini tidak ingat lagi kalau Brams adalah atasannya.Mata Brams langsung melihat pada Shahnaz,dia mengerutkan keningnya.Brams seketika itu berpikir."Ada apa dengan Shahnaz?memangnya dia itu siapa?berani sekali dia berucap kasar padaku."Shahnaz langsung duduk layaknya istri dari Brams.Dia tidak tahu kalau Brams sangat tidak suka bila dirinya diperlakukan seperti itu."Brams,katakan padaku!kamu darimana selama hampir seminggu ini?""Apa urusannya dengan kamu Shahnaz?memangnya kamu siapa?"Sontak Shahnaz jadi terdiam,dia merasa sedih lagi setelah Brams menjawab dengan nada kasar. Shahnaz melihat Brams dengan tajam.Dia seakan tidak suka dengan cara Brams bicara padanya."Shahnaz,aku itu tidak suka bila kamu bicara begitu padaku.Kamu itu bukan siapa-siapaku,jadi apa urusannya kamu harus tahu aku itu darimana.""Brams,aku itu adalah istri kamu,"
Sepulang dari kantor, Brams kelihatan semakin cemas.Dia tidak terima bila harus menikah dengan Shahnaz.Pikirannya saat itu selalu tertuju pada dua wanita yang sama-sama hamil."Kenapa keduanya sama-sama hamil dalam waktu yang sama?"Bathin Brams.Brams juga tidak ingin kalau Shahnaz nekat sehingga kabar itu terdengar hingga ke telinga Jesselyn."Aku harus menikah dengan Shahnaz segera."Aku tidak mau kalau Shahnaz akan nekat dan memberitahu tentang informasi ini."bathin Brams.******Shahnaz yang masih khawatir untuk mengatakan semuanya pada kedua orangtuanya,kini semakin bingung,dan berpikir darimana dia akan memulainya."Apa yang harus aku bilang,bila papa marah dengan kabar ini?"Bathin Shahnaz.Dia bersandar ke sofa yang berada di ruang tamu.Dia melihat kalau kedua orangtuanya masih berada di dalam kamar dan masih belum keluar untuk mengikuti siaran televisi."Shahnaz...!"Suara itu telah membuyarkan semua khayala
"Kamu bikin malu Shahnaz,"ucap ayahnya.Shahnaz yang menangis dengan tersedu-sedu kini berdiri dan menatap ayahnya."Ayah,maafkan aku!"Aku itu yakin kalau pak Brams akan menikah denganku.Ayah sekarang silahkan hubungi dia!Ayahnya jadi terdiam,dia merasa kalau ucapan Shahnaz ada benarnya juga.Dia langsung meminta nomor handpone dari Brams."Shahnaz,sekarang kamu berikan nomor itu pada ayah!"Ucap ayahnya."Iya Ayah"jawab Shahnaz dengan langsung memberikan nomor tersebut.Dengan lincah jari dari ayah Shahnaz sangat lihai mengetik nomor dari Brams."Hallo..!""Iya hallo,ini dengan siapa?""Brams kamu jangan banyak bicara, sekarang kamu harus datang kerumah kami.Brams jadi bingung,dia tidak tahu siapa dan nomor siapa yang telah menghubunginya."Maaf ya pak,ini dengan siapa?"Ucap Brams."Aku ini ayahnya Shahnaz,aku ingin kamu bertanggung jawab dengan semua yang kamu lakukan padanya.""Ohhh..jadi ini adala
Brams yang begitu tidak suka dengan Shahnaz,terpaksa ikut kerumah orangtua Shahnaz.Selama perjalanan,dia selalu teringat akan Jesselyn istrinya."Jesselyn,maafkan aku sayang."Ucap Brams.Dia menatap ke luar, begitu banyak keluarga bahagia yang terlihat bersama dengan anakndan istrinya.Dia menyesal kenapa bisa tergoda pada Shahnaz saat dulu pertama kali berjumpa.Brams melihat Shahnaz telah sampai di sebuah rumah yang berada di persimpangan jalan.Dia juga melihat dua orangtua yang keluar dari dalam rumah tersebut."Oh..ternyata itu dia orangtuanya Shahnaz,"bathin Brams.Dia kemudian berhenti dan keluar dari dalam mobil.Badan tegap dan langkah yang berwibawa datang mengarah pada orangtua Shahnaz.Ibu Shahnaz melihat seorang lelaki kekar dan juga dengan wajah rupawan keluar dan berjalan ke arah mereka."Wahh.....tampan sekali lelaki itu," Pantesan aja Shahnaz jadi buta melihat penampilannya.Dengan langkah yang berwibawa,dia