Tiga hari sudah Jesselyn selalu dipenuhi rasa mual dan muntah.Brams yang sudah dihubungi banyak relasinya,kini harus kembali ke Jakarta.Brams sangat sedih bila harus meninggalkan istrinya dalam kondisi seperti itu.Namun tuntutan pekerjaan akan memaksa Brams meninggalkan istrinya.
"Sàyang,aku hari ini terpaksa harus pulang ke Jakarta."Kamu tidak marah kan?
"Tidak sayang,aku malah telah bersalah karena harus memaksa kamu untuk lama disini.
"Jesselyn,kamu jangan berkata seperti itu,disaat seperti ini aku sebaiknya harus ada disamping kamu,dan menjaga kamu. Tapi. . !
"Sayang,kamu jangan khawatir,aku disini juga ada papa dan mama yang jaga.Kamu berangkatlah ke Jakarta!Bila nanti kamu punya waktu yang luang,kamu jangan lupa untuk datang kesini."
"Tentu saja sayang, aku akan datang.Aku juga tidak akan tahan bila harus lama-lama berpisah dengan kamu. Aku harap kamu bisa merawat Bayu kita yang sedang kamu kandung."
"Iya sayang,kamu jangan khaw
"Brams kamu darimana saja?"Ucap Shahnaz dengan nada keras.Dia yang kelihatan emosi,kini tidak ingat lagi kalau Brams adalah atasannya.Mata Brams langsung melihat pada Shahnaz,dia mengerutkan keningnya.Brams seketika itu berpikir."Ada apa dengan Shahnaz?memangnya dia itu siapa?berani sekali dia berucap kasar padaku."Shahnaz langsung duduk layaknya istri dari Brams.Dia tidak tahu kalau Brams sangat tidak suka bila dirinya diperlakukan seperti itu."Brams,katakan padaku!kamu darimana selama hampir seminggu ini?""Apa urusannya dengan kamu Shahnaz?memangnya kamu siapa?"Sontak Shahnaz jadi terdiam,dia merasa sedih lagi setelah Brams menjawab dengan nada kasar. Shahnaz melihat Brams dengan tajam.Dia seakan tidak suka dengan cara Brams bicara padanya."Shahnaz,aku itu tidak suka bila kamu bicara begitu padaku.Kamu itu bukan siapa-siapaku,jadi apa urusannya kamu harus tahu aku itu darimana.""Brams,aku itu adalah istri kamu,"
Sepulang dari kantor, Brams kelihatan semakin cemas.Dia tidak terima bila harus menikah dengan Shahnaz.Pikirannya saat itu selalu tertuju pada dua wanita yang sama-sama hamil."Kenapa keduanya sama-sama hamil dalam waktu yang sama?"Bathin Brams.Brams juga tidak ingin kalau Shahnaz nekat sehingga kabar itu terdengar hingga ke telinga Jesselyn."Aku harus menikah dengan Shahnaz segera."Aku tidak mau kalau Shahnaz akan nekat dan memberitahu tentang informasi ini."bathin Brams.******Shahnaz yang masih khawatir untuk mengatakan semuanya pada kedua orangtuanya,kini semakin bingung,dan berpikir darimana dia akan memulainya."Apa yang harus aku bilang,bila papa marah dengan kabar ini?"Bathin Shahnaz.Dia bersandar ke sofa yang berada di ruang tamu.Dia melihat kalau kedua orangtuanya masih berada di dalam kamar dan masih belum keluar untuk mengikuti siaran televisi."Shahnaz...!"Suara itu telah membuyarkan semua khayala
"Kamu bikin malu Shahnaz,"ucap ayahnya.Shahnaz yang menangis dengan tersedu-sedu kini berdiri dan menatap ayahnya."Ayah,maafkan aku!"Aku itu yakin kalau pak Brams akan menikah denganku.Ayah sekarang silahkan hubungi dia!Ayahnya jadi terdiam,dia merasa kalau ucapan Shahnaz ada benarnya juga.Dia langsung meminta nomor handpone dari Brams."Shahnaz,sekarang kamu berikan nomor itu pada ayah!"Ucap ayahnya."Iya Ayah"jawab Shahnaz dengan langsung memberikan nomor tersebut.Dengan lincah jari dari ayah Shahnaz sangat lihai mengetik nomor dari Brams."Hallo..!""Iya hallo,ini dengan siapa?""Brams kamu jangan banyak bicara, sekarang kamu harus datang kerumah kami.Brams jadi bingung,dia tidak tahu siapa dan nomor siapa yang telah menghubunginya."Maaf ya pak,ini dengan siapa?"Ucap Brams."Aku ini ayahnya Shahnaz,aku ingin kamu bertanggung jawab dengan semua yang kamu lakukan padanya.""Ohhh..jadi ini adala
Brams yang begitu tidak suka dengan Shahnaz,terpaksa ikut kerumah orangtua Shahnaz.Selama perjalanan,dia selalu teringat akan Jesselyn istrinya."Jesselyn,maafkan aku sayang."Ucap Brams.Dia menatap ke luar, begitu banyak keluarga bahagia yang terlihat bersama dengan anakndan istrinya.Dia menyesal kenapa bisa tergoda pada Shahnaz saat dulu pertama kali berjumpa.Brams melihat Shahnaz telah sampai di sebuah rumah yang berada di persimpangan jalan.Dia juga melihat dua orangtua yang keluar dari dalam rumah tersebut."Oh..ternyata itu dia orangtuanya Shahnaz,"bathin Brams.Dia kemudian berhenti dan keluar dari dalam mobil.Badan tegap dan langkah yang berwibawa datang mengarah pada orangtua Shahnaz.Ibu Shahnaz melihat seorang lelaki kekar dan juga dengan wajah rupawan keluar dan berjalan ke arah mereka."Wahh.....tampan sekali lelaki itu," Pantesan aja Shahnaz jadi buta melihat penampilannya.Dengan langkah yang berwibawa,dia
Dua hari kemudian,Brams dan Shahnaz menikah secara sembunyi.Keduanya kini telah sah sebagai pasangan suami istri.Shahnaz tersenyum bahagia karena apa yang diinginkannya selama ini telah terlaksana."Sayang,sekarang kita sudah sah jadi pasangan suami istri.Kemana kita bulan madu?Aku itu sudah tidak tahan untuk merasakan sentuhanmu."Brams tidak perduli dengan apa yang diucapkan Shahnaz.Dia hanya diam dan mengalihkan pandangannya.Baginya kata-kata Shahnaz hanyalah sampai belaka."Brams,apa kamu tidak mendengar apa yang aku katakan?"Ucap Shahnaz.Brams melihat kearah Shahnaz.Dia geram dengan tingkah Shahnaz yang terlalu bersemangat dalam bertanya.Apalagi tingkah manja dengan sedikit nafsu yang jelas kelihatan oleh Brams."Shahnaz,maaf ya aku tidak ingin bulan madu kemana-mana."Kamu boleh tinggal di rumah kontrakan yang sengaja aku sewa untuk kamu tinggal."" Brams, kenapa kamu tega sekali?bukankah kita baru saja menikah?""Maaf Shahnaz,a
Hari sudah semakin siang.Brams hari itu tidak tahu mau kemana.Dia mengambil remote televisi dan melihat acara yang sesuai untuk dia ikuti.Secara kebetulan,Brams menemukan acara dengan adegan dewasa.Entah datang darimana,Brams saat itu jadi bernafsu dan menginginkan seperti halnya yang dia lihat di televisi."Waduhh.. bagaimana ini?Aku tidak bisa lagi menahan keinginan ini."bathin Brams.Dengan cepat dia terpikir pada Shahnaz,dia yakin kalau saat itu hanya Shahnaz yang bisa memenuhi keinginan Brams tersebut."Aku harus menghubungi Shahnaz agar datang kesini," cemooh Brams.Dia meraih handpone yang ada di atas meja.Dia mencari dan menghubungi nomor dari Shahnaz.********Shahnaz kebetulan saat itu jadi sendiri.Ibunya baru saja pergi karena ada pekerjaan lain yang harus disiapkan.Shahnaz kelihatannya melamun.Dia juga melihat ke arah pintu dan berharap Brams datang menemuinya."Kringgg..,"Shahnaz terkejut mendengar suara handponen
"Akh..Akh..,"jeritan Shahnaz terdengar manja. Brams yang sudah ada di puncak yang paling tinggi,kini bertubi-tubi dan semangat mengeluarkan lahar panasnya."Brams..,lagi dong!"Ucap Shahnaz.Shahnaz sangat puas dengan semua gaya yang telah dilakukan Brams untuk memuaskannya.Desahan demi desahan terdengar sering keluar dari dalam mulut Shahnaz."Oh.. Brams,kamu sangat perkasa sayang," aku tidak salah kalau telah memilih kamu jadi pasanganku.Brams tidak begitu perduli dengan apa yang dikatakan Shahnaz.Dia hanya tetap berusaha agar dirinya bisa puas pada saat itu."Kamu yang lihai dong Shahnaz,aku sudah tidak tahan lagi.Aku ingin keluar secepatnya." Cemooh Brams."Iya sayang,kamu jangan khawatir.Aku akan membuat kamu puas agar kamu tidak mudah lupa dengan acara kita ini."jawab Shahnaz.Brams semakin mengeliat karena tidak tahan lagi.Kini sesuatu yang telah ditahannya dari tadi telah keluar dengan sangat memuaskan Brams.Brams yang
"Pagi pak Brams,"ucap para karyawan yang bekerja di perusahaan.Brams menjawab dengan sangat ramah namun tetap berwibawa.Brams perlahan berjalan menuju ruang kerjanya.Saat itu dia melihat Shahnaz ada dalam ruang kerjanya."Kenapa Shahnaz masih saja masuk kerja,"bathin Brams.Dia tidak melihat kearah Shahnaz lagi.Dia berjalan kembali menuju ruangannya.Shahnaz sangat mengetahui kalau Brams sudah datang.Dia kemudian melihat ke arah luar dari ruangannya."Semuanya Aman,"ujar Shahnaz.Shahnaz berjalan perlahan dengan hati-hati.Dia tidak mau kalau ada orang yang melihat dia masuk ke ruangan Brams.Bu Nisa dengan tidak sengaja melihat kalau Shahnaz sepertinya mencurigakan.Dia mengikuti langkah Shahnaz dari belakang."Ada apa dengan Shahnaz?"Kelihatannya dia sedang menyembunyikan sesuatu.Pintu ruangan pak Brams mulai terbuka, kaki Shahnaz melangkah masuk kedalam. Brams sangat kaget melihat kedatangan Shahnaz. Selain tidak suka, dia juga takut