Share

Jalan taubat

Penulis: Silver Girl
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-13 22:48:34

***

Pagi ini udara terasa dingin daripada biasa. Mungkin akan turun hujan karena awan bergelayut manja di langit yang kelabu. Setelah membereskan piring yang bertumpuk dari pagi tadi, aku duduk sejenak melepas lelah, sementara hanya ada dua orang pembeli yang menikmati sarapan pagi mereka.

Sebuah motor besar berhenti di depan parkiran toko. Motor yang kukenal beserta orang yang beberapa hari mengganggu pikiranku.

"Pagi Dek Tantri, biasa, ya." Senyum Mas Nano merekah, hari ini lelaki itu berpakaian formal dinas pendidikan. Wajahnya nampak ceria, senyum terus terukir di bibir merahnya itu.

"Mendung ya, Dek. Tapi tidak dengan hatiku," guraunya saat kuletakkan sepiring nasi uduk yang masih panas di hadapannya. Kubalas gurauan itu dengan senyuman.

Mas Nano menikmati sarapannya cepat, sepertinya dia tak ingin berlama-lama.

"Dek Tantri ... ini ada sedikit uang untuk membantu Dek Tantri, harap diterima ya dek." Laki laki itu menyerahkan sebuah amplop dihadapanku. Dia sengaja berjalan ke m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
D'naya
makin seru nih
goodnovel comment avatar
D Lista
makin seru nih thor
goodnovel comment avatar
Ardhya Rahma
seru sekali
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Hutang suami membawa petaka   Berbohong

    ***Mereka berdua sudah duduk berhadapan di sebuah kafe kecil di dekat taman kota. Tama memesan jus jambu dan nasi goreng seafood kesukaan Alya. "Kamu yakin dengan keputusanmu ini Al? Sebaiknya kamu batalkan saja. Kak Tama susah bekerja harian di Toko Babah Lim, Cukuplah tuk bayar hutang dan bayar kos," ujar Tama mencoba menjernihkan pikiran Alya kembali. Alya hanya diam kemudian mengangguk lemah tanpa memandang wajah Tama, Alya merasa malu untuk mengungkap kan keinginan itu, tapi Alya sudah bulat dengan keputusannya."Al, kamu bisa menarik kembali keinginanmu itu sebelum kita ketempat Yanto. Kita cari pekerjaan lain, ya." Tama mencoba membujuk Alya untuk membatalkan keinginannya itu. Ini salahnya juga, dia yang menawarkan pekerjaan itu pada Alya. Sekarang Alya yang keras kepala tak mau membatalkan keinginannya. Sebenarnya Tama masih tak tega melakukan semua pada Alya, dari hati paling dalam Tama sangat menyayangi Alya. Hanya karena tuntutan hutang ini betul betul membelenggu batin

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-15
  • Hutang suami membawa petaka   Cobaan baru

    Part 10***Sekarang aku mulai rutin mengikuti pengajian setelah sholat ashar di mesjid samping pasar itu. "Ya Allah, Tan. Kamu berhijab sekarang!" pekik Lina saat dia main ke warungku bersama putri kecilnya yang semakin gemuk kulihat. Lina tersenyum lebar memamerkan gigi kawatnya sambil memelukku, sudah lama juga dia tak datang ke sini. "Kamu sih, sudah lama tak ke sini. Aku juga minta maaf saking sibuknya tak pernah ke tempatmu."Aku menggambil alih bayi perempuan--Rara dari gendongan Lina, bocah itu tersenyum senang. "Aku ikut pengajian bakda Asar, Lin. Di samping pasar, nambah ilmu dan iman, Lin. Ketuanya baik dan pesertanya sebaya kita rata-rata. Kamu mau ikut? Ayoklah, Lin. Kita yng lemah iman ini harus mencari hidayah, bukan menunggu hidayah yang datang," terangku. Lina yang mulanya dia, akhirnya mengangguk setuju. Aku bersyukur, Allah memudahkan jalanku mengajak Lina mendekat padanya. "Lin, apa kamu mendengar kabar, Mas Yadi?" tanyaku saat dia menikmati sepiring nasi uduk

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-16
  • Hutang suami membawa petaka   Kekuatan seorang teman

    ***POV AlyaKak Tama sudah menunggu di ujung ruko yang temaram dari cahaya lampu jalan yang jauh dari situ. Dengan stelan jeans dia tampak begitu tampan. Kak Tama memamerkan senyum manisnya, menyerahkan helm berwarna hitam padaku. Aku menaiki motornya dan mengikuti Kak Tama menuju sebuah rumah yang cukup mewah. Menurut kak Tama itu merupakan rumah Yanto-- sahabat kak Tama yang akan menjadi perantara aku dan calon pembeliku. Mengingat itu aku menjadi takut dan mulas kembali, ingin rasanya membatalkan semua ini. "Kenapa berhenti, Al?" tanya kak Tama melihat aku berhenti mengikuti langkahnya memasuki rumah itu. "Al-Alya takut kak!" cicitku. "Alya! Jangan buat kakak emosi. Kita sudah sampai di sini, kita tak bisa mundur lagi," bentak kak Tama sambil menarik ku. Nyaliku menjadi ciut, aku sudah pasrah pada nasib yang akan menimpaku. Dengan terpaksa aku mengikuti Kak Tama kembali, hingga akirnya kami sampai di depan pintu yang sudah terbuka. Siempunya rumah sudah menunggu kedatangan kam

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17
  • Hutang suami membawa petaka   kehilangan kehormatan

    ***Pov TantriKeadaan Bimo sudah mulai membaik, selepas subuh dia telah sadar dari komanya dan sudah dipindahkan ke ruang inap. Tika menelponku mengabari keadaan Bimo itu. Aku sangat bersyukur putraku telah melewati masa kritisnya. Selepas sholat subuh aku langsung bersedekah subuh dengan doa, Bimo segera pulih seperti sedia kala dan aku bisa membayar biaya rumah sakit Bimo. Aku sudah berusaha mengurus BPJS kesehatan untuk biaya perawatan Bimo, tapi dalam kondisi mendesak begini ada saja persyaratan kepengurusan yang membuat pelik. Semoga aku tak berhutang lagi untuk biaya perawatan Bimo ini, walau sebenarnya hatiku gamang dari mana biaya itu aku dapatkan, sementara hasil jualan untuk mencicil pada hutang yang lain. Setelah selesai mengantar pesanan kepada keluarga yang akan mengadakan syukuran khitanan, aku segera bergegas ke rumah sakit ingin melihat keadaan Bimo. Aku sudah mengantongi beberapa ratus ribu untuk membayar biaya perawatan lanjutan Bima, sedang biaya administrasi awa

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-18
  • Hutang suami membawa petaka   Nasi sudah menjadi bubur

    ***POV TamaKami memasuki sebuah club besar di kawasan Thamrin. Yanto menyuruh kami ke atas sedangkan dia akan menemui bosnya--pembeli Alya. Aku melirik Alya yang kugenggan tangannya. Tangan itu sedingin es, dapat ku rasakan ketakutan Alya karena sebentar lagi mahkota yang selama ini dijaganya akan diserahkan bukan pada suaminya nanti, tapi pada orang asing yang tidak dikenalnya. Beginikah hidup yang sebenarnya, ada harga untuk sebuah pengorbanan, lagi harga itu dinilai dengan nominal. Aku melihat Yanto yang sedang berbincang dengan seseorang, dia menerima sebuah kertas dan segera naik ke atas menuju tempat kami berdiri. "Alya akan kuantar ke tempat bos dulu, Tam. Kamu tunggu di sini." Yanto berteriak karena iringan music yang keras memekakan telinga. Alya memegang tanganku erat, dia tak mau melepaskan ketika Yanto mengajak pergi. "Alya takut kak," Dia mencicit lagi. Tubuh itu gemetar, nampak bulir keringat keluar dari dahi Alya. "Sudah pergi sana Al, Kak Tama tunggu di sini sa

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-19
  • Hutang suami membawa petaka   Kenyataan yang menyakitkan

    Part 14***Taxi berwarna biru langit berlogokan burung terbang itu melaju meninggalkan depan rumah sakit yang telah ramai dipadati manusia. Setelah melepas Lisa dengan taxi itu, Aku bergegas masuk menuju ruang rawat Bimo. Kurogoh uang yang tersisa beberapa lembar lagi di saku, sebagian uang itu sudah ku berikan pada Lisa untuk ongkosnya pulang ke kampung halamannya. Rasa tak tega membuatku melakukannya, walau Lisa telah berkhianat padaku, tapi demi melihat keadaannya, rasa marah dan kecewa itu perlahan hilang berganti rasa iba. Aku kembali berbelok ke kantin membeli sarapan untuk anak-anak. "Bungkus lontongnya dua ya, Bu," pintaku pada pemilik kantin. Dia tersenyum, mengangguk seraya membuat pesananku. Kutatap dua gelas teh yang belum diangkat ibu kantin ini, mungkin dia sibuk membuat pesanan pelangga, hingga lupa mengemasi meja bekasku tadi. Beberapa saat lalu sebuah fakta kembali memaksaku mengatakan kalau aku ini bodoh! Ya, sangat bodoh. Aku yang terlalu percaya pada suamiku, beg

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-21
  • Hutang suami membawa petaka   Penolakan berujung hutang

    Part 15***Tama memasuki rumah tergesa-gesa. Sebelum sampai di pintu masuk, dia berpapasan dengan seorang laki-laki dewasa bercambang lebat dengan seorang gadis imut berseragam putih abu-abu. Tama memperhatikan mereka sampai hilang di ujung jalan. "Ehem! Emang ada yang aneh sampai kamu melihat sampai segitunya?"Deheman Yanto mengagetkannya, dia buru buru masuk kedalam menyusul Yanto yang sudah masuk duluan. "Mantap, ya, Tiap hari dapat barang baru," pujiku pada Yanto. Lelaki berpenampilan santai dengan kaos oblong serta celana training pendek tersenyum bangga. "Kita tu harus main cantik, Tam. Kalau nggak begitu bisnis ini akan gulung tikar. "Mereka suka padaku, Aku cuma mengambil persenan tak seberapa. Jadi mereka pada suka bekerjasama denganku," ujar Yanto sambil menyalakan rokoknya. "Ada apa datang? Kan belum malam?" Yanto menatap Tama yang nampak gelisah. "Alya nggak dibolehkan mamanya keluar malam ini, kami nggak punya alasan untuk mengelabui mama Alya. Kamu ada saran ng

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-22
  • Hutang suami membawa petaka   Penyakit Bimo

    Part 16***Hari ini Bimo sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, beberapa temannya yang bekerja di cucian motor beserta Bosnya datang menjemput. Tantri sangat bersyukur Bimo mempunyai Bos dan teman teman yang sangat peduli pada sesama. Dengan mobil pribadi Bos, Bimo dibawa pulang. Hari pertama Bimo di rumah dia sangat ceria, dia meminta dibuatkan semua makanan kesukaan pada Tantri. Dengan senang hati Tantri membuatkan disela sela waktu jualannya, demi kebahagiaan putra tersayangnya. Melihat Bimo makan dengan lahap menjadi obat tersendiri bagi Tantri disela masalah yang menimpanya. Tak sedikit pun Bimo menunjukkan tanda-tanda mengalami masalah pada dirinya. Sore ini adalah jadwal Tantri ikut pengajian bersama Lina sahabatnya yang barusan datang. Lina menyempatkan diri sebentar menjenguk Bimo sambil menunggu Tantri bersiap siap."Bagaimana perasaanya, Bim? Maaf ya tante nggak bisa jenguk kamu ke rumah sakit, soalnya om Toni keluar kota nggak ada yang jaga anak Tante," ucap Lina

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-23

Bab terbaru

  • Hutang suami membawa petaka   Kesedihan mendalam

    Bab 29***Rumah sakit itu begitu ramai hingga untuk parkir saja, Lina harus mengantri selama beberapa menit untuk mendapatkan tempat parkir mobilnya. "Apa sih yang terjadi dirumah sakit ini, kok rame nian?" Gerutu Lina sambil memukul stir mobilnya. Hilang sudah jiwa Lina yang dikenal sebagai ibu penyabar ini. Wajahnya yang selalu ceria berubah menjadi perasan jeruk nipis. "Sabar, Lin." Tantri menyentuh tangan sahabatnya karena Lina memencet klakson berkali-kali. "Lihat mobil di depan itu, harusnya parkir di ujung dulu, ini dia parkir lebih dekat. Tak punya adap!" Lina terus menggerutu. Tantri membiarkan Lina mencak-mencak setelah tak berhasil membujuknya untuk diam. Selang beberapa menit kemudian kami mendapatkan lahan parkir juga meski berebut dengan mobil lain. "Kok suasananya seperti hendak menonton konser, sih." Lina masih bersungut-sungut sambil melangkah menuju meja administrasi untuk menanyakan ruang rawat Tama. Setelah mendapat info mereka menuju ruangan yang dimaksud

  • Hutang suami membawa petaka   Berpulang

    Part 28***Tama yang kritis langsung dibawa ke ruang instalasi gawat darurat. Seorang laki-laki yang menolong Tama berusaha mencari informasi keluarga Tama dari HP Tama. Bersyukur ponsel itu tak dikunci sehingga dia dengan mudah membuka dan mencari orang yang bisa dihubungi. Dia mencoba membuka kontak dan mencari nomor yang sering dihubungi Tama. Dia menemukan sebuah nomor atas nama Yanto di kontak paling atas yang baru-baru ini dihubungi Tama. "Hallo, ini Yanto ya?""Iya, ini siapa?" tanya Yanto dari seberang telepon. "Teman saudara yang memiliki HP ini sekarang sedang di rumah sakit, karena kena tusuk orang." Tanpa basa basi lelaki itu langsung berucap. Yanto yang menerima telpon itu terkejut, dia bergeming beberapa saat lamanya, tidak tahu harus berbuat apa. Sinta yang melihat reaksi suaminya segera mendekat, takut terjadi apa-apa dengan gelagat suaminya. "Telpon dari siapa mas?" tanya Sintia penasaran sambil memperhatikan mimik muka Yanto yang datar serta pandangan kosong.

  • Hutang suami membawa petaka   perasaan seorang ayah

    Part 27***Yadi pulang ke rumah dengan lesu, seakan ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Yang pasti rasa bersalah yang menggunung atas kematian Alya. Dia melihat rumahnya ramai."Ngapain lagi sih, Siska?" Pikirnya Dia segera melangkah masuk dan mendapati Siska sedang berkumpul arisan bersama teman temannya. Yadi melengos memasang wajah masam sebentar sebelum masuk ke dalam menuju kamarnya. Siska tak menanggapi, dia tetap meneruskan kegiatannya. Begitulah Siska, dia tidak pernah lagi memperdulikan suaminya, dirinya sibuk dengan acara kumpul kumpul dengan teman arisan dan geng sosialitanya. Dikala senggang dia lebih suka menghabiskan waktu di salon ketimbang memasak atau menanyakan keadaan suaminya sudah makan atau belum. Yang penting baginya uang dari Yadi selalu lancar. Yadi pun begitu dari pada Siska membuat masalah lebih baik segala kebutuhan hidupnya terpenuhi. Usaha jualan toko bangunannya sedang berkembang pesat. "Kenapa laki lu, Sis?" tanya salah seorang temannya. "E

  • Hutang suami membawa petaka   Pemakaman Alya

    ***Kabut duka bergelatut di langit rumah Tantri, mendung hitam berarak menemani kesedihan Tantri sekeluarga. Sedari tadi pelayat terus berdatangan, memberikan ucapan duka cita dan bela sungkawa dan juga ada beberapa sahabat yang berusaha menguatkan Tantri yang tak berhenti menangis meratapi dirinya. Di tengah suasana duka keluarga Tantri, duduk seorang laki laki kurus dengan baju lusuh diantara para pelayat. Lelaki tersebut tak lain adalah Yadi--ayah Alya. Dia mengetahui berita kematian Alya lewat istri nya yang menelepon ibunya dan mengatakan berita itu. Yadi langsung mendatangi kediaman Tantri karena dia yakin tak ada yang mengenalinya lagi dengan keadaannya yang sekarang. Kurus, dekil tak terurus. Air mata tak henti keluar, sebentar sebentar di lap nya ingus dan air mata yang meleleh bersamaan. Dia terus memandangi foto Alya yang ada digenggaman tangannya sembari meratap pilu. Untuk mendatangi langsung jasad anaknya dia belum berani mengingat hutang yang begitu banyak ditinggalk

  • Hutang suami membawa petaka   DIA SUDAH TENANG

    Part 25***"Siapa, Tik?" tanya Tantri ketika melihat Tika tertegun setelah menerima telepon dari nomor tak dikenal itu. "Kak Alya ada di rumah sakit, Ma. Begitu kata sipenelepon.""Apa? Ke-kenapa Alya bisa di rumah sakit, Tik?""Entahlah, Ma, orang itu tak menjelaskan secara detail. Sebaiknya kita segera ke sana saja, perasaan Tika nggak enak."Tantri dan Tika bergegas menuju rumah sakit tersebut. Tantri gugup dan cemas, perasaannya tidak enak tadi semakin jelas kentara. "Apakah gelas tadi merupakan firasat tak baik? Apa itu merupakan pertanda buruk?" Berbagai pikiran buruk hadir dibenak Tantri. Setelah menempuh perjalanan setengah jam lamanya mereka sampai di rumah sakit yang dimaksud. Tantri bergegas menuju resepsionis untuk menanyakan pasien Alya, tapi belum sampai dia ke meja resepsionis itu, Tika mengamit bahu Tantri menghentikan langkah mamanya dan menunjuk ke arah lobi. Tantri tercenung ketika melihat Tama ada disitu, apa gerangan Tama di sini? dia mengurungkan niatnya ke

  • Hutang suami membawa petaka   Rip Alya

    ***Hanya butuh sepuluh menit mereka sampai di Rumah sakit Asih Jaya. Beberapa perawat segera membawa Alya ke ruang pemeriksaan untuk mengecek kondisi Alya dan golongan darahnya. "Cek darah di palang merah, sepertinya wanita ini habis aborsi dan mengalami pendarahan hebat," ujar dokter jaga malam itu. Perawat wanita yang masih setengah mengantuk itu mengangguk, kantuknya seketika lenyap mendengar kata 'pendarahan'. Setelah menghubungi palang merah rumah sakit, ternyata stok darah mereka habis. Perawat itu menginformasikan pada dokter jaga. "Maaf Pak, stok darah di rumah sakit ini sedang habis, jadi bapak bapak ini bisa membawa pasien kerumah sakit lain secepatnya, karena pasien sudah kehilangan darah cukup banyak." Pegawai administrasi memberitahu Yanto dan Tama yang sedari tadi menunggu dengan harap cemas. Tama dan Yanto semakin panik. "Alya bisa kehilangan banyak darah kalau dioper ke rumah sakit lain, karena jarak yang sangat jauh, Nto," ujar Tama. "Tak ada pilihan lain Tam,

  • Hutang suami membawa petaka   Aborsi

    Pov alyaPart 23***Malam itu aku berangkat bekerja seperti biasanya. Sekarang aku betul-betul sudah bekerja sebagai waiters di sebuah club Internasional. Sejak kejadian Pak Bos melihat foto aku dan Pak Nano check in di hotel, dia mulai jarang menemuiku dan mengajakku kemana-mana. Paling sesekali saja bila dia butuh. Untuk itulah Kak Yanto mencarikan pekerjaan untukku. Seperti yang sering dilihat mama dan adik adik, aku berangkat menggunakan taxi onlen. Biasanya Kak Tama mau mengantar dan menjemput, tapi sejak dia bekerja paruh waktu di toko Aliong, dia selalu beralasan capek. Entahlah, dia mulai berubah sejak aku jarang memberinya uang karena separoh gajiku digunakan untuk membayar cicilan hutang pada Pak Bos untuk operasi Bimo waktu itu. Awalnya Pak Bos mau menerima berapapun cicilan yang ku berikan, tapi kali ini tidak, dia mematok berapa cicilan yang harus kubayar tiap bulannya. Dia sudah menemukan gadis baru, begitu info yang kuterima dari salah seorang teman kerjaku sebagai w

  • Hutang suami membawa petaka   Tika

    Part 22***Namaku Tika Trihapsari, anak kedua dari mama yang kuat dan tangguh bernama Tantri. Aku termasuk anak yang berprestasi di sekolah. Aku selalu unggul di mata pelajaran bahasa Inggris, sehingga aku bisa mengajar les bahasa Inggris untuk anak SMP dan sekolah dasar. Lumayan lah bisa membantu mama mencicil hutang yang ditinggalkan Ayah. Kalau mengingat ayah, aku jadi sedih karena aku paling dekat dengan beliau. aku sangat tidak percaya dengan telah apa yang beliau perbuat terhadap mama. Ayah memang pernah bercerita kalau hubungannya dengan mama tanpa ada landasan cinta. Tapi untuk meninggalkan mama, kurasa tak akan dilakukannya. Namun apa? Beliau meninggalkan kami tanpa kabar dan jejak malah menambah penderitaan kami sekeluarga dengan hutang yang menumpuk. Aku begitu mengidolakan ayah, bila aku mengagumi seorang lelaki atau ada lelaki yang ingin mendekatiku maka ayahlah yang menjadi acuanku. Penyayang nya kepada kelurga, tak pernah marah, lembut tapi tegas dan memperlakukan is

  • Hutang suami membawa petaka   Dua garis merah

    Part 21***Kicauan dua ekor burung yang bertengger di pagar ruko pagi ini menambah suasana menjadi riang dan bersemangat. Tantri melayani beberapa pembeli pagi ini dengan semangat menggebu. Sudah tiga hari ini Tantri kembali jualan setelah libur karena operasi Bimo di rumah sakit. Dia tak bisa berlama-lama libur mengingat cicilan hutang yang harus dibayar setiap harinya. Ditambah dia harus mencari biaya untuk kuliah Alya yang sudah mendekati jadwalnya. "Ma, Mas Bimo mau makan nasi uduk buatan Mama," pinta Fatih yang turun setengah berlari. Dengan senang hati membuatkannya untuk Bimo, kebetulan tak ada pembeli. Pasca operasi itu Bimo jadi semakin pendiam, dia mengatakan bahwa matanya sebelah kiri sudah tidak melihat lagi dan yang sebelah kanan hanya samar samar saja.Hati Tantri teriris, begitu berat cobaan yang dihadapi Bimo diusia nya yang masih sangat muda. Namun, Bimo tidak mau dikasihani. Dia mengerjakan aktivitas sendiri tanpa bantuan siapapun, hanya sesekali dia meminta bantu

DMCA.com Protection Status