Saat dua dewi tersebut baru saja tiba di sudut lain dari Gunung Olympus, tangan kanan lain dari Dewa Zeus yang bernama Gregory menyambut, "Yang Mulia Dewa sudah menanti di istana."
Athena dan Aphrodite hanya mengangguk pelan, menandakan jika mereka segera menghadap Dewa Zeus. Mereka pun melangkah lurus, melewati jalan yang di sisi kiri dan kanannya tertutup awan petang. Di saat yang sama, mereka juga berpapasan dengan dewa-dewi yang lain, termasuk, Artemis yang sedang siap-siap bertugas.Setibanya di istana, Athena dan Aphrodite memberi salam hormat pada Zeus yang duduk di singgasana dengan tatapan tajam. Rupanya, Raja dari segala dewa-dewi itu sedang menahan amarah yang meletup-letup dalam dada."Sebelumnya, ada perihal apa yang membuat Yang Mulia memanggil saya untuk menghadap?" Aphrodite memberanikan diri untuk bertanya usai memberikan salam hormat.Zeus menatap lurus pada sang dewi dan menanggapi, "Aku memanggilmu karena masalah yang sudah terjadi. Surat peringatan atas namamu sudah berulang kali tercatat di Mahkamah Agung Olympus!"Mendengar nama Mahkamah Agung Olympus disebut tak membuat Aphrodite takut atau pun terkejut. Mimik wajah dari dewi berparas anggun dan kalem itu justru terlihat tenang, seakan dirinya tak pernah menyebabkan masalah. Ia tidak terprovokasi dengan surat-surat peringatan atas dirinya yang tak sekali beredar di salah satu organisasi pemerintahan di Gunung Olympus itu."Bukannya dewa-dewi yang lain juga bermasalah? Kenapa cuman aku yang dipanggil?" Aphrodite melayangkan beberapa pertanyaan, merasa terpojok meski merasa tak perlu bereaksi berlebihan atas pertanyaan yang dilayangkan oleh Zeus, Sang Dewa Tertinggi."Tapi, apa yang sudah kamu lakukan adalah perkara yang fatal, Aphrodite!" Zeus menyatakan pendapatnya dengan nada tinggi. Amarah yang mengintip dalam hatinya mulai tergambar pada sorot mata yang menatap tajam pada lawan bicaranya."Fatal?! Yang Mulia lupa posisi saya sebagai Dewi di Gunung Olympus ini?" Aphrodite tetap tak mau kalah. Meski dirinya tahu akan masalah yang ada, ia tetap bertahan dan membela diri."Aku tahu tugasmu, tapi kali ini, kamu sudah melebihi batas. Apa kamu tidak sadar kalau surat peringatan atas namamu sudah berulang kali menghampiri ruang Mahkamah Agung??" Zeus memahami maksud dari lawan bicaranya sekaligus mengingatkan sang dewi dengan tatapannya yang dingin. Secara tidak langsung, Raja dari segala dewa-dewi itu berharap jika Aphrodite bisa menjaga batas usai dirinya menegur seperti saat ini."Lalu, aku harus melewatkan kesempatan ketika ada seorang pria yang mendekati?" Aphrodite masih bertahan dengan pendiriannya.Di saat itu juga Athena merasa bahwa sahabatnya itu sedikit keterlaluan. Ia pun menyikut lengan Aphrodite dan berbisik pelan, "Sudah lah. Berhenti mengeraskan hatimu!""Para makhluk fana itu tak akan pernah paham tentang cinta dan ketulusan. Percuma saja jika kamu memberikan hati pada mereka!" Zeus turut tak mau kalah. Ia sengaja melontarkan fakta yang memang benar adanya.Aphrodite yang sudah tahu akan fakta itu menatap tajam. Ia sungguh tidak suka jika keinginannya terlalu ditentang atau dicampuri. Namun, kali ini, agar dirinya bisa lolos dari omelan Dewa Tertinggi, ia berpura-pura mengalah."Lalu, apa yang Yang Mulia Dewa lakukan sekarang?" Aphrodite bertanya dengan nada datar. Meski dirinya diliputi rasa penasaran secara tiba-tiba, ia tetap tak ingin menarik kesimpulan di awal di balik omelan-omelan Zeus yang baginya cukup mengganggu dan tak penting.Zeus mengeraskan rahang dan menatap dingin sambil berujar, "Aku mau kamu dikurung di kastil yang sudah ku sediakan!"Dalam sekejap, Aphrodite yang awalnya terlihat tenang tampak sedikit khawatir. Ia tak menyangka jika Sang Dewa Tertinggi akan membuat dirinya terkungkung dalam kastil."Apa?! Dikurung??" Aphrodite menekan nada bicaranya dengan kening berkerut."Ya, kamu harus melaksanakan hukuman yang ku berikan!" Zeus mempertegas nada bicaranya dengan tatapan dingin. Kali ini, Sang Dewa sudah tidak dapat menoleransi kesalahan yang dilakukan oleh dewi yang juga berperan dalam perihal seksualitas di kalangan manusia itu. Keputusan itu diambil bukan untuk merenggut kebebasan sang dewi, melainkan agar Aphrodite bisa lebih membatasi dirinya di lain waktu jika dirinya sudah bebas dari hukuman.Tak lama kemudian, Zeus berujar pada tangan kanannya, "Cletus, bawa Aphrpfite menuju Kastil Hestia sekarang juga!"Cletus pun mengangguk patuh dan menjawab, "Siap Yang Mulia Dewa!"Di saat yang sama, beberapa pengawal dengan pakaian chlamis putih gading dan sabuk senjata yang melingkar pada pinggang mereka muncul. Perlahan, mereka menyeret Dewi Aphrodite agar menyingkir dari hadapan Zeus."Sungguh tidak menyenangkan! Akan ku pastikan, aku bebas tanpa sepengetahuanmu, Yang Mulia Dewa!" Aphrodite berteriak dengan sorot mata yang memancarkan kekecewaan sembari berusaha melepaskan cengkraman dua pengawal yang membawanya secara paksa.Zeus yang mendengar hal itu hanya terdiam. Ia justru merasa puas jika sang dewi cinta dikurung untuk saat ini. Meski di dalam hati kecilnya, ia takut jika sang dewi menghapuskan seluruh rasa cinta di Gunung Olympus dan dunia, ia yakin jika Aphrodite lebih terobsesi untuk mencari jalan keluar agar bisa menghirup udara di luar kastil."Semoga saja tabiatnya berubah. Aku tak bisa membayangkan jika kasus kencannya dengan para makhluk fana terus berlanjut." Zeus merapalkan harapan dalam hati sembari menatap kepergian Aphrodite bersama dengan para pengawal.Di saat yang sama, Dewi Hera muncul dan memahami perasaan suaminya. Perlahan, sang dewi pernikahan itu menghampiri dan berujar, "Apa yang kamu lakukan sudah tepat, Zeus. Aphrodite bisa saja membuat kasus yang sama ketika dirinya berkencan dengan Adonis, seperti dahulu kala."Melalui netranya yang berwarna keemasan, Zeus menatap istri sekaligus kakak perempuannya itu lekat dan menanggapi, "Sungguh membuat kita semua terheran-heran kala itu. Ia begitu rela bersaing dengan Persephone hanya demi seorang pria fana yang secara fisik tampan.""Yah, kamu tahu 'kan Aphrodite memang sangat memuja keindahan dan kecantikan, termasuk pria tampan. Itu sebabnya pernikahannya dengan Hephaestus tidak bertahan lama, dan ia tertangkap basah berselingkuh dengan Ares." Dewi Hera mereka ulang kejadian tentang karakter Aphrodite yang memang senang bermain cinta dengan dewa dan manusia."Namun, terlepas dari itu semua, aku tidak pernah menyangka jika dia akan nekad menyamar sebagai manusia. Lebih parahnya, dia juga tidur dengan laki-laki yang bernama Bastian. Ia tak berpikir dampak ke depannya jika terus berkamuflase dan menutupi identitas yang sebenarnya." Zeus menjabarkan detail hal yang dilakukan Aphrodite selama turun ke bumi.Dewi Hera pun mengulas senyum dan mengusap lengan suaminya lembut seraya menanggapi, "Tenang saja, Zeus. Selama kamu bertindak tegas dan berkuasa sebagai Raja dari segala dewa-dewi, tak ada yang bisa melawan dan mengungguli kekusaanmu. Ingat, kamu Dewa Langit.""Tapi, gelarku itu yang terkadang membuat ragu. Sesekali, aku takut, dewa-dewi di Gunung Olympus ini bukannya membantu para manusia di bumi, tapi menyusahkan atau menyesatkan," jelas Zeus dengan tatapan lesu.Hera masih tetap tersenyum sembari mengunci tatapan pada suaminya dan berucap, "Meski status mereka adalah dewa-dewi di Gunung Olympus, mereka juga memiliki ketidaksempurnaan. Ingat, kamu sendiri juga cukup sering membuat masalah."Seketika itu juga, Zeus terdiam dan melangkah menuju kamarnya. Ia mulai berpikir tentang masalah-masalah yang pernah dibuatnya sebagai dewa tertinggi.TO BE CONTINUED..Sementara itu, Aphrodite yang dikawal paksa oleh dua orang pengawal telah tiba di Kastil Hestia. "Lepaskan aku!" bentak Aphrodite sembari meloloskan pegangan dari dua pengawal di sampingnya.Namun, bentakan tersebut tak membuat dua pengawal Zeus luluh. Kedua pria bertubuh kekar dan tinggi itu masih menggiring sang dewi cinta masuk ke dalam kastil yang megah dengan interior mewah.Di saat yang hampir bersamaan, sang pemilik kastil turun dan menyambut kedatangan Aphrodite dengan senyum simpul. "Rupanya dewi cinta dan kecantikan yang dimaksud oleh dewa tertinggi," ujar Hestia dengan tatapan tenangnya."Lepaskan!" Aphrodite pun merasa malu dan berusaha melepaskan kedua tangannya saat mendengar suara dan kemunculan Hestia di depan matanya. Ia cukup segan dengan dewi yang bertanggung jawab atas perapian dan keluarga tersebut.Dua pengawal yang menjaga dirinya itu langsung melepaskan pegangan tangan daripada Aphrodite. Kini, salah satunya meminta persetujuan pada Hestia, "Dewi Hestia, boleh
Di beberapa hari berikutnya, terdengar lah perdebatan yang cukup sengit di ruang rapat para dewa-dewi. Perdebatan tersebut dilakukan oleh Zeus dan Hestia yang memiliki pendapat tak sejalan tentang perilaku Aphrodite selama menjalani masa hukuman."Kita semua sudah tahu jelas watak dari Aphrodite yang suka berganti pasangan itu. Tidak di sini atau di alam manusia, kelakuannya selalu seperti itu." Zeus menegaskan keputusannya untuk tidak memberi ijin terkait Aphrodite yang diminta untuk menemani Persephone bertugas di Bumi.Hestia yang mendengar fakta itu justru membelokkan dengan perihal perilaku dari Aphrodite yang sedikit demi sedikit berubah belakangan ini. "Maaf sebelumnya, Yang Mulia Dewa. Menurut observasi yang saya lakukan, Aphrodite sudah menunjukkan sedikit perubahan, terutama dalam hal bersikap," ucapnya sehalus mungkin.Zeus yang tak sejalan mengeram tangan kirimnya dan terdiam sejenak. Ia tak habis pikir jika Hestia dapat menyimpulkan kemajuan yang dimiliki dari seorang Aph
"Maksudnya?" Aphrodite yang mendengar respon dari Persephone menaikan sebelah alis, berusaha mencerna perkataan dari lawan bicaranya namun gagal.Persephone pun mengulurkan tangannya ke kanan dan muncul lah cermin berukuran besar dalam sekejap mata. Melalui cermin itu, Aphrodite dapat melihat jelas tampilan dirinya yang elegan dan manis layaknya seorang wanita yang fashionable."Engga, Perssie. Ini baju yang pantas 'kan, sesuai dengan tempat kita mendarat," ujar Aphrodite dengan penuh percaya diri sembari bergaya layaknya model professional."Aku tahu itu, Aphrie, tapi aku akan bertugas di area pedesaan." Persephone menjabarkan detail tugasnya yang berkaitan dengan kesuburan lahan dan hal-hal yang berkaitan dengan dunia kematian.Aphrodite yang mendengar hal itu terlihat tenang dan biasa saja. Ia masih fokus memandangi kecantikan dirinya yang terpantul pada cermin seraya tersenyum, bagai disanjung oleh sejumlah lelaki berparas tampan dan gagah.Akan tetapi, hal itu tak menyurutkan Per
Keesokan paginya, sesuai dengan apa yang sudah ditentukan oleh Dimitri, Persephone dan Aphrodite bangun lebih awal, sekitar pukul 03.30. Hal tersebut membuat salah satu dari mereka berlaku cukup kontras.Persephone yang terbiasa bangun di waktu dini hari langsung bergegas membersihkan diri dan berganti pakaian sederhana sehingga dirinya tidak begitu tampak seperti seorang dewi. Sementara, Aphrodite melakukan kegiatan membersihkan diri dengan malas sembari menggerutu dalam hati. "Hmm, kayanya aku salah strategi deh, udah bilang setuju buat nemenin Persephone untuk bertugas kaya gini," ujarnya dalam hati sembari menggosok giginya dan menatap pantulan dirinya di cermin dengan mimik wajah masam seperti jeruk lemon. Setelah selesai berganti pakaian dan merapikan rambut coklatnya, Aphrodite melangkah keluar kamar dan menatap sosok Persephone yang sedang menikmati kentang rebus sebagai menu sarapan pagi. "Engga ada olahan daging ya?" Kedua manik mata cantik Aphrodite menelisik pemandangan
Jika Aphrodite sedang merasa senang setelah kabur, lain halnya dengan yang dirasakan oleh Persephone, selaku teman dekatnya. Dewi kesuburan yang menjadi incaran Dewa Hades itu kini sedang panik dan khawatir akan hilangnya Aphrodite. "Bagaimana ini, Pak? Aphrie itu cuman menemaniku bertugas. Dia malah hilang seperti ini," ucap Persephone sembari menyisir pandang ke segala arah, berharap jika temannya itu masih berada di sekitar pedesaan atau di area sawah tempat dirinya mengadakan ritual. Dimitri pun berusaha menenangkan Persephone, "Tenang dulu, Persephone. Aku yakin Aphrodite masih ada di sekitar sini.""Tapi kalau misalnya dia sudah jauh, bagaimana, Pak?" Persephone semakin tak yakin jika Aphrodite masih berada di area pedesaan. Kedua kakinya terus melangkah, menelusuri rumah-rumah warga dengan kedua pandangan mata yang menyisir ke segala sudut, mencari keberadaan Aphrodite yang memang sudah jauh dari Desa Woodstock. "Mau tidak mau, kita susul dia di Kota Woodstock." Dimitri meny
"Semua totalnya tiga ratus lima puluh dollar, Tuan." Petugas kasir wanita dengan rambut bergelombang berwarna coklat muda berujar sembari menyerahkan dua kantung kertas berisi pakaian yang telah dipilih oleh Aphrodite. Lalu, pria yang berprofesi sebagai manajer keuangan itu mengeluarkan kartu kredit berwarna hitam dan menyerahkan pada petugas kasir. Dengan segera, petugas kasir mulai menggesekkan kartu kredit pada mesin dan menyerahkannya pada pria itu untuk menekan pin yang diminta. "TIITT..CESHHH.." Bunyi mesin kredit beserta keluarnya kertas struk bukti pembayaran terdengar. Sang kasir pun segera menarik kertas itu dan mengembalikan kartu kredit pada pemiliknya dan tersenyum ramah. "Terima kasih sudah berbelanja di butik kami," ujarnya hangat dan dibalas oleh sang pria dengan senyum tipis sembari menerima struk bukti pembayaran dan kartu kredit hitam mengkilap yang kerap digunakannya sebagai media pembayaran saat berbelanja kebutuhan sehari-hari atau pun buku-buku tebal yang d
Aphrodite PovAkhirnya, apa yang ku harapkan tercapai. Meski hanya singgah di rumah kontrakan kecil, setidaknya, aku masih bisa beristirahat dan memiliki tempat pulang setelah bekerja. Kemudian, setelahnya, aku akan kembali bersenang-senang dengan kaum adam yang ku inginkan, seperti biasa, saat diriku masih bebas untuk menetap di bumi. Ya, aku tahu bahwa apa yang ku lakukan sekarang sudah tergolong melanggar untuk kesekian kalinya. Akan tetapi, hal itu tak jadi soal, dan aku tidak terlalu memikirkan resikonya. Toh, jika memang aku melakukan kesalahan seperti ini, aku akan dihukum seperti sebelumnya dan tak boleh bertandang lagi di bumi manusia. Kini, aku melangkah dan menghampiri dua pria asing yang kini menatap lekat pada diriku dengan binar kekaguman dari sorot mata masing-masing. Rasanya sungguh menyenangkan jika mendapati kaum adam terkagum-kagum pada paras diriku yang terbilang menawan dan berkharisma. "Dia.." Ku dengar jelas suara bass dari pria berambut coklat yang diikat ke
Di lain situasi, Zeus yang baru selesai memantau kegiatan Aphrodite memijat pelipis pelan. Dewa tertinggi di Gunung Olympus itu sedang memikirkan waktu terbaik untuk menyatakan bahwa Aphrodite sudah tak dapat kembali sebelum benar-benar berubah dan menuaikan tugasnya sebagai dewi cinta di muka Bumi. Di saat sang dewa sedang duduk di ruang kerja, Dewi Hera datang menghampiri dengan secangkir teh hangat dan memecah keheningan, "Yang Mulia Dewa sedang memikirkan sesuatu? Apa ini berkaitan dengan Aphrodite lagi?""Begitulah. Dia sungguh keras kepala. Padahal, aku sudah menghukum dan mengancamnya. Namun, semua itu bagai angin lalu untuknya. Maka dari itu, aku berencana untuk membuatnya tidak dapat kembali ke Olympus." Zeus menjabarkan isi kepalanya secara detail. Hera yang mendengar usulan suaminya itu mengulas senyum lembut. Ia merasa bahwa apa yang diucapkan oleh suaminya kali ini cukup bijaksana. Pasalnya, ia jarang melihat sisi lain dari Zeus yang terkenal mata keranjang dan suka men
Mia PovSaat pagi-pagi buta menyapa, aku mulai menyibukkan diri di dapur dengan bahan-bahan makanan yang sudah ku beli dua hari sebelumnya. Bayang-bayang akan kedekatanku dengan Marcel yang kembali menghangat membuatku bersemangat dalam meracik bumbu dan mengolah aneka menu sarapan dan bekal untuk suamiku. Hingga di pukul 06.10, beberapa menu sederhana yang ku masak tersaji dengan rapi di atas meja makan. Pemandangan tersebut membuat Marcel yang sudah rapi dengan jas abu-abu dan kemeja putih yang berhiaskan dasi hitam menatap heran padaku. "Tumben kamu masak buat sarapan? Biasanya, kamu minta aku buat beli." Marcel bertanya padaku dengan sorot mata menuntut penjelasan atas tindakan yang sudah ku lakukan. "Ada beberapa hal yang mau aku obrolin, terkait hubungan kita," jelasku to-the-point pada pria yang memiliki iris netra berwarna hijau muda itu. "Maksudmu? Hubungan kita baik-baik aja, Mia. Memang ada masalah apa?" Marcel mengerutkan kening sembari bertanya. Sepertinya, ia sengaja
Di kala waktu makan siang tiba, Jacob melangkah keluar dari ruangan menuju elevator. Dengan perasaan tak sabar bercampur gembira, ia memasuki elevator dan menekan tombol lantai tempat ruangan April berada. Seperti di hari sebelumnya, ia akan mengajak April untuk menemaninya makan siang di restoran yang memang ingin dikunjunginya sejak lama. Ketika dirinya sudah tiba di lantai tujuan, Jacob melangkah tanpa ragu dan menghampiri ruang kerja April yang memang tak begitu jauh dari elevator. Mujurnya, ia mendapati wanita incarannya itu sedang melayani telepon dari client. "Baik, nanti saya tanyakan dulu pada Pak Direktur. Terima kasih atas informasinya. Selamat siang." April menyudahi obrolan dari telepon, menatap Jacob dan mengulas senyum lembut. "Udah selesai?" Jacob bertanya dan membalas senyuman dari lawan bicaranya dengan hal serupa yang tak kalah manis. "Udah. Ayo cari makan." April segera bangkit dari tempat duduk dan menghampiri Jacob. Ia menatap lekat pada pria yang dikaguminya
Aphrodite PovRasanya lelah jika harus berhadapan dengan Dewa tua yang juga gemar selingkuh itu. Memang jabatan dan kekuatannya sangat berpengaruh di Gunung Olympus. Akan tetapi, kelakuannya di belakang Dewi Hera, juga tak ada bedanya denganku. Ia mudah tergoda dengan kaum hawa, baik dari kalangan manusia maupun Dewa-Dewi. Yang lebih mengesalkan lagi, Dewa tua bangka itu berani melancarkan hukuman yang membuatku gelisah. Hukumannya berupa menyatukan seribu pasangan suami-istri yang rumah tangganya bermasalah. Hal itu tidak lah mudah jika dilakukan tanpa kekuatan yang ku miliki. Setelah menyatakan hukuman padaku, Dewa hidung belang itu turut lenyap di bawah sinar putih yang turun dari langit. Huft! betapa arogannya sosok menyebalkan dan sok bijak itu!Dengan rasa gelisah dan sedih yang bercampur, ku paksakan diriku masuk ke dalam rumah Jacob dengan langkah pelan. "Pril, kok lesu gitu wajahnya? Kenapa?" Jacob menghampiriku dengan tatapan panik sel
Jacob yang juga melihat keberadaan Persephone menatap bingung dan menghampiri April. "Apa dia temanmu, April?" tanya laki-laki bertubuh tegap dengan pakaian kantor formal berwarna biru navy itu. April melirik pada Jacob sekilas dan menyunggingkan senyum miring. "Ehm, Jac, dia temanku. Perssie, perkenalkan, ini Jacob." April berujar dengan canggung. Mau tidak mau, ia harus berkata jujur dan memperkenalkan Jacob pada Persephone meski sebenarnya tidak perlu. Persephone yang merasa gemas dengan mimik wajah Aphrodite menyunggingkan senyum kecil. Lalu, ia menatap Jacob yang mulai memperkenalkan diri padanya. "Hai, aku Jacob. Senang berkenalan denganmu, Nona ..." Jacob berkata seraya mengulurkan tangannya dan menaruh rasa penasaran pada wanita asing yang merupakan teman dari April itu. "Halo, Jac. Namaku Perssie." Persephone menjabat tangan laki-laki yang baru hari itu dijumpainya. "Senang bertemu denganmu, Nona Perssie." Jacob mengulas senyum kilat
Persephone yang mendengar ucapan Ares merasa kesal dan geram. Rahangnya mengeras bersama dengan tatapan yang menyiratkan rasa tidak terima. "Dasar dewa urakan!" umpatnya sembari mengeram kedua tangan gemas. Demeter yang sadar jika putrinya sedang kesal segera menenangkan, "Perssie, bukan saatnya berperang dengan dewa yang suka menebar genderang perselisihan. Ayahmu mungkin akan semakin stress kalau kamu berkelahi dengan Ares."Dalam sekejap, Persephone menahan amarah yang membuncah di hatinya. Sebagai gantinya, ia bangkit dari sofa dan melangkah keluar dari ruang tengah dan menaiki tangga dengan rasa kesal yang masih mengusai pikiran dan hatinya. "Aku tak habis pikir dengan pola pikir Ares yang dipenuhi dengan nafsu. Apalagi, setelah apa yang sudah dikorbankan oleh Aphrie untuk bersama dengannya." Persephone berkata dalam hatinya seraya menaiki anak tangga dengan hati-hati. -**-Sementara itu, fajar menyingsing di langit pagi membuat April bersiap dengan setelan kantor formal berwa
Di lain tempat, tepatnya di Gunung Olympus, Zeus menyunggingkan senyum mengejek. Kedua netranya menatap lurus ke arah layar yang menampilkan adegan dimana April sedang memeluk Jacob dalam keadaan takut. Pada layar tersebut juga menampilkan sosok Noah yang sedang merapikan pakaian dan mengomel dengan tatapan kesal."Rasakan itu, Aphrodite!" cecar Zeus dengan tatapan menghina. Cletus yang berdiri di sebelah kiri Sang Maha Dewa berkomentar, "Sebenci itu kah Yang Mulia pada Dewi Aphrodite?""Benci bercampur kesal. Tanpa aku jelaskan ulang penyebabnya, kamu pasti paham, Cletus. Dia sungguh menjengkelkan, dan sekarang dia sudah mulai merasakan akibatnya." Zeus menatap Cletus dengan rahang mengeras sembari mengeram salah satu tangannya. Ia merasa jika sang dewi cinta menerima akibat yang pantas karena sudah berani melanggar perintahnya. "Semoga sang dewi segera menyadari tindakannya, Yang Mulia Dewa." Cletus membalas dengan tatapan ragu. Meski ia hanya lah tangan kanan Zeus, tapi ia paham
Di saat malam hari tiba, April yang baru saja menuntaskan kegiatan mandinya dikejutkan oleh keberadaan Noah yang dengan lancang masuk ke dalam kamarnya. Tubuh April yang tertutup oleh handuk putih sebatas dada semakin mengundang nafsu birahi pria berambut gondrong itu. "Sudah selesai mandinya, sayang?" tanya Noah dengan senyum menggoda sembari menyisir pandang pada tubuh sintal yang dimiliki oleh April. April yang tidak terlalu tertraik pada sosok pria di hadapannya itu berbalik badan dan menutup pintu kamar mandi dengan jantung berdegup tak karuan. Sebagai dewi cinta dan seksualitas, memang ia menikmati kegiatan ranjang yang panas dan liar. Namun, ia juga memperhatikan laki-laki yang akan menjadi temannya di ranjang, terutama dari segi sopan-santun dan bagaimana sang pria menyentuh dirinya. "April, mau sampai kapan kamu ada di dalam sana? Aku tahu kamu sedang menghindariku." Noah berujar sembari berjalan mendekat ke arah pintu kamar mandi. Rupanya, ia sudah tidak sabar untuk menci
"A-ah, be-benarkah?" April tergagap usai mendengar pernyataan yang diluncurkan oleh Jacob. "Benar, April, tapi kalau kamu merasa kurang berkenan dengan lowongan yang dianjurkan, kamu bisa memilih yang lain." Jacob mengangguk dan meneguk teh hangat dari gelas kertas melalui sedotan. April yang kembali melahap sisa roti isi mengunyah perlahan dan menanggapi, "Aku lihat dan ketahui terlebih dahulu apa saja tugas untuk lowongan yang tadi kamu bilang."Sekali lagi, Jacob mengulas senyum kecil. Ia terkesima dengan pribadi dari April yang baginya terbilang suka mencoba hal baru meski bukan berasal dari kota. Hatinya yang semula mendingin bagai Gunung Everest perlahan menghangat akibat terpesona dengan paras dan kepribadian yang dimiliki oleh April. "Perasaan apa ini? Kenapa hanya dengan melihat caranya berpikir dan memandang sesuatu membuatku semakin terkesan? Wanita ini sungguh berbeda meski terlihat remeh di luar." Jacob berusaha memastikan jika dirinya sedang merasakan perasaan yang ber
Di hari berikutnya, dengan cahaya fajar yang menyingsing di Kota New York, April yang terlelap sedikit terganggu dengan cahaya matahari yang menerobos masuk melalui korden tipis yang menutupi jendela kamarnya. Ia yang belum sepenuhnya sadar dari alam mimpi mencoba untuk membuka mata. Baru kali ini, ia merasakan terkena cahaya sang fajar yang biasa dipancarkan oleh rekannya di Gunung Olympus, Dewa Helios. "Ehmm," gumam April sembari mengumpulkan seluruh kesadarannya dan mengusap kelopak mata dengan dua tangan. Lalu, saat ia benar-benar tersadar, ia mulai membuka lemari pakaian dan menatap beberapa helai pakaian tergantung rapi. Di saat itu juga, ia mengingat pakaian-pakaian yang dibayar oleh Jacob dan masih berada di paper bag yang ada di lanfai kamar. Dengan mimik wajah sumringah, ia meraih dua potong pakaian dengan warna merah jambu dan coklat muda. Dari kedua pakaian dengan gaya yang berbeda itu, April mulai bercermin dan mencocokkan dua pakaian tersebut pada tubuhnya. "Duh, ja