Di beberapa hari berikutnya, terdengar lah perdebatan yang cukup sengit di ruang rapat para dewa-dewi. Perdebatan tersebut dilakukan oleh Zeus dan Hestia yang memiliki pendapat tak sejalan tentang perilaku Aphrodite selama menjalani masa hukuman.
"Kita semua sudah tahu jelas watak dari Aphrodite yang suka berganti pasangan itu. Tidak di sini atau di alam manusia, kelakuannya selalu seperti itu." Zeus menegaskan keputusannya untuk tidak memberi ijin terkait Aphrodite yang diminta untuk menemani Persephone bertugas di Bumi.Hestia yang mendengar fakta itu justru membelokkan dengan perihal perilaku dari Aphrodite yang sedikit demi sedikit berubah belakangan ini. "Maaf sebelumnya, Yang Mulia Dewa. Menurut observasi yang saya lakukan, Aphrodite sudah menunjukkan sedikit perubahan, terutama dalam hal bersikap," ucapnya sehalus mungkin.Zeus yang tak sejalan mengeram tangan kirimnya dan terdiam sejenak. Ia tak habis pikir jika Hestia dapat menyimpulkan kemajuan yang dimiliki dari seorang Aphrodite yang terkenal pandai merayu para dewa dan lelaki tampan. Sebab, yang ada dalam pikiran dewa tertinggi itu, watak dari Aphrodite tidak akan hilang begitu saja meski sudah dihukum atau dilarang keras."Coba jabarkan beberapa bukti konkretnya." Zeus mengunci tatapan pada wanita yang berusia lebih dari ratusan tahun namun memiliki rupa yang awet muda dan tak termakan usia.Hestia mulai membuka gulungan berwarna coklat muda dan membacakan hasil observasi yang ditulisnya dua malam lalu."Pertama, Aphrodite bersedia mengerjakan beberapa pekerjaan rumah tangga dan terlibat dalam urusan yang berkaitan dengan keindahan dan kerapian kastil. Berikutnya, sang dewi cinta tak pernah membawa lawan jenis ke dalam kastil dan menaati peraturan yang ku tetapkan. Selain itu, ia juga sering berbagi makanan pada rakyat setempat," ucap Hestia dengan tatapan bangga seraya menelisik setiap kata yang terpatri pada gulungan yang digenggamnya.Zeus pun terdiam sejenak. Dewa dengan rambut putih dan kumis berwarna senada itu mempertimbangkan dua keputusan yang berlawanan. Sebisa mungkin ia tak ingin namanya sebagai Raja Para Dewa-Dewi kembali tercoreng akibat ulah Aphrodite yang gemar menjalin cinta dengan sejumlah lawan jenis.Kemudian, Sang Dewa Tertinggi pun bersuara, "Baiklah kalau memang seperti itu laporannya. Aphrodite diijinkan untuk menemani Persephone bertugas."Ucapan yang meluncur dari bibir Sang Dewa itu membuat dua dewi yang menghadiri rapat Dewa-Dewi tersenyum puas. Baik Demeter maupun Persephone sejak awal mengharapkan jika ketidaksetujuan Zeus berubah seperti saat ini."Tapi, tidak untuk waktu yang lama atau panjang," jelas Zeus dengan sorot mata yang memancarkan ketegasan. Hal itu selalu membuat seluruh dewa-dewi yang berhadapan dengannya segan dan tak berani membantah."Tidak masalah, Yang Mulia Dewa. Tugas dari putriku juga tidak membutuhkan waktu panjang. Mungkin hanya sekitar tiga bulan, sesuai dengan waktu perhitungan di Bumi." Demeter menjabarkan dengan mimik wajah yang memancarkan kelegaan. Dewi yang merupakan ibu biologis dari Persephone itu tadinya terlihat sangat tegang saat menanti keputusan akhir dari Zeus yang terlihat kurang setuju untuk memberi ijin agar Aphrodite dapat menemani putrinya di Bumi."Hmm. Selain itu, aku juga punya kesepakatan jika Aphrodite kembali mengulangi kesalahan serupa," tambah Zeus dengan mimik wajah datar. Kali ini, ia tak bisa membiarkan sang dewi cinta bermain di Bumi tanpa ketentuan yang mengikat dan beresiko."Apa itu Yang Mulia Dewa?" tanya Demeter dengan sorot mata yang diliputi rasa penasaran."Ia tak mungkin bisa kembali jika kembali bermain hati dengan manusia di Bumi." Zeus memaparkan dengan nada tegang. Ia tak lagi main-main dengan ketetapan lain yang ditentukannya.-**-Beberapa hari berikutnya, Aphrodite pun bersanding di depan tangga bersama dengan Persephone. Di saat itu juga, hadir lah para dewa-dewi lainnya untuk mengiringi kepergian mereka menuju Bumi untuk tugas penting."Akhirnya, aku bisa kembali ke Bumi," ucap Aphrodite dengan ulasan senyum merekah. Sangat tergambar jelas jika suasana hati sang dewi sedang gembira dan riang."Tapi cuman buat nemenin aku tugas, bukan yang lain, Aphrie." Persephone mengingatkan.Aphrodite masih membingkai senyum sumringah pada bibirnya dan membalas, "Ya, tetap aja, aku bisa bernapas lega dan bertemu lagi dengan para manusia. Sepertinya, aku harus memberikan banyak hadiah padamu dan Yang Mulia Dewi."Persephone yang paham akan maksud dari ucapan lawan bicaranya menyahut, "Engga perlu begitu. Kamu terlalu berlebihan, Aphrie.""Bukan berlebihan, tapi aku menghargai pertolongan yang diberikan oleh Yang Mulia Dewi dan dirimu," jelas Aphrodite dengan binar mata yang memancarkan rasa bahagia dan bebas.Di sela percakapan keduanya, Zeus selaku dewa yang bertanggung jawab untuk melakukan upacara pelepasan pada dewi-dewi tersebut muncul. Tanpa menunggu kehadiran dewa-dewi lain yang masih belum muncul, Sang Dewa Tertinggi membuka acara dengan berkata, "Dewa-dewi yang ku hormati, pada hari ini, kalian menjadi saksi dari turunnya Aphrodite dan Persephone ke Bumi. Maka dari itu, mari kita berkati mereka berdua, mengirimkan berkat dan harapan agar mereka dapat menyelesaikan tugas dari awal hingga akhir."Mendengar ucapan dari pemimpin mereka, para dewa-dewi pun merapalkan harapan dan doa terbaik. Dari setiap mereka, terpancar lah cahaya keemasan yang mengalir dan menyelimuti tubuh Aphrodite dan juga Persephone. Setiap harapan dan doa dari masing-masing dewa-dewi itu berisikan sesuatu yang baik dan berguna bagi dua dewi yang memiliki kecantikan paripurna tersebut.Kemudian, Aphrodite dan Persephone pun menuruni tangga perlahan, meninggalkan Gunung Olympus dan disaksikan oleh para dewa-dewi, termasuk Helios, sang dewa matahari. Dua dewi tersebut menapaki tangga yang menghubungkan bumi dengan asal tempat mereka bernaung dengan perlahan sembari menikmati mega yang bertebaran dan burung-burung yang menyapa.Di tengah perjalanan tersebut, mereka juga sesekali bertukar kata dan berkomentar tentang peristiwa-peristiwa yang pernah mereka alami di Bumi. Kedua mata mereka juga cukup awas dalam mengawasi beberapa anak tangga yang sedikit licin atau pun hancur. Sebisa mungkin, mereka berusaha untuk tidak terpeleset.Akan tetapi, saat Persephone nyaris tiba dan memijak tanah, Aphrodite yang mendampingi tidak sengaja tergelincir dan terjatuh di daerah yang cukup jauh. Hal itu pun membuat salah satu putri dari Dewa Zeus itu panik. Pasalnya, jika sampai nasib dari rekannya itu terancam, unsur cinta, seksualitas, dan estetika di Gunung Olympus dan Bumi akan terancam."APHRRIE!!" Persephone melangkah di atas padang rumput sembari mencari keberadaan sahabatnya dan berteriak.Namun, teriakan tersebut hanya bersambut semilir angin di padang rumput hijau yang luas dan ditumbuhi oleh beberapa pohon pinus. Hal serupa kembali dilakukan sembari berganti arah dan daerah untuk menemukan sang dewi cinta yang terjatuh di daerah lain daripada padang rerumputan itu.Beberapa saat kemudian, teriakan dan usaha dari Persephone pun membuahkan hasil. Aphrodite yang dicari sejak beberapa menit lalu muncul dengan penampilan modern, layaknya manusia di negara tempat mereka mendarat.Dewi cinta itu membuat rambut bergelombangnya sebatas bahu. Sementara, untuk tampilan busana, Aphrodite memilih untuk mengenakan setelan formal berwarna abu-abu dengan paduan tank top hitam di dalamnya. Selain itu, ia juga mengenakan kalung dan anting yang melengkapi kecantikannya."Perssie, kamu engga ganti baju? Kita di kota yang cukup modern lho." Aphrodite membuka percakapan sembari mengulum senyum lembut nan hangat.Tampilan modis dan elegan dari rekannya itu sukses membuat Persephone terpanah dan tak dapat berkomentar. Memang, sebelumnya, ia pernah bertandang ke Bumi dengan pakaian khas manusia. Akan tetapi, apa yang dikenakan oleh Aphrodite melebihi apa yang pernah dilakukannya sebelumnya."Aphrie? Apa ini tidak terlalu berlebihan?" Persephone mengerutkan kening, merasa ragu dengan tindakan yang diambil oleh rekannya itu.TO BE CONTINUED.."Maksudnya?" Aphrodite yang mendengar respon dari Persephone menaikan sebelah alis, berusaha mencerna perkataan dari lawan bicaranya namun gagal.Persephone pun mengulurkan tangannya ke kanan dan muncul lah cermin berukuran besar dalam sekejap mata. Melalui cermin itu, Aphrodite dapat melihat jelas tampilan dirinya yang elegan dan manis layaknya seorang wanita yang fashionable."Engga, Perssie. Ini baju yang pantas 'kan, sesuai dengan tempat kita mendarat," ujar Aphrodite dengan penuh percaya diri sembari bergaya layaknya model professional."Aku tahu itu, Aphrie, tapi aku akan bertugas di area pedesaan." Persephone menjabarkan detail tugasnya yang berkaitan dengan kesuburan lahan dan hal-hal yang berkaitan dengan dunia kematian.Aphrodite yang mendengar hal itu terlihat tenang dan biasa saja. Ia masih fokus memandangi kecantikan dirinya yang terpantul pada cermin seraya tersenyum, bagai disanjung oleh sejumlah lelaki berparas tampan dan gagah.Akan tetapi, hal itu tak menyurutkan Per
Keesokan paginya, sesuai dengan apa yang sudah ditentukan oleh Dimitri, Persephone dan Aphrodite bangun lebih awal, sekitar pukul 03.30. Hal tersebut membuat salah satu dari mereka berlaku cukup kontras.Persephone yang terbiasa bangun di waktu dini hari langsung bergegas membersihkan diri dan berganti pakaian sederhana sehingga dirinya tidak begitu tampak seperti seorang dewi. Sementara, Aphrodite melakukan kegiatan membersihkan diri dengan malas sembari menggerutu dalam hati. "Hmm, kayanya aku salah strategi deh, udah bilang setuju buat nemenin Persephone untuk bertugas kaya gini," ujarnya dalam hati sembari menggosok giginya dan menatap pantulan dirinya di cermin dengan mimik wajah masam seperti jeruk lemon. Setelah selesai berganti pakaian dan merapikan rambut coklatnya, Aphrodite melangkah keluar kamar dan menatap sosok Persephone yang sedang menikmati kentang rebus sebagai menu sarapan pagi. "Engga ada olahan daging ya?" Kedua manik mata cantik Aphrodite menelisik pemandangan
Jika Aphrodite sedang merasa senang setelah kabur, lain halnya dengan yang dirasakan oleh Persephone, selaku teman dekatnya. Dewi kesuburan yang menjadi incaran Dewa Hades itu kini sedang panik dan khawatir akan hilangnya Aphrodite. "Bagaimana ini, Pak? Aphrie itu cuman menemaniku bertugas. Dia malah hilang seperti ini," ucap Persephone sembari menyisir pandang ke segala arah, berharap jika temannya itu masih berada di sekitar pedesaan atau di area sawah tempat dirinya mengadakan ritual. Dimitri pun berusaha menenangkan Persephone, "Tenang dulu, Persephone. Aku yakin Aphrodite masih ada di sekitar sini.""Tapi kalau misalnya dia sudah jauh, bagaimana, Pak?" Persephone semakin tak yakin jika Aphrodite masih berada di area pedesaan. Kedua kakinya terus melangkah, menelusuri rumah-rumah warga dengan kedua pandangan mata yang menyisir ke segala sudut, mencari keberadaan Aphrodite yang memang sudah jauh dari Desa Woodstock. "Mau tidak mau, kita susul dia di Kota Woodstock." Dimitri meny
"Semua totalnya tiga ratus lima puluh dollar, Tuan." Petugas kasir wanita dengan rambut bergelombang berwarna coklat muda berujar sembari menyerahkan dua kantung kertas berisi pakaian yang telah dipilih oleh Aphrodite. Lalu, pria yang berprofesi sebagai manajer keuangan itu mengeluarkan kartu kredit berwarna hitam dan menyerahkan pada petugas kasir. Dengan segera, petugas kasir mulai menggesekkan kartu kredit pada mesin dan menyerahkannya pada pria itu untuk menekan pin yang diminta. "TIITT..CESHHH.." Bunyi mesin kredit beserta keluarnya kertas struk bukti pembayaran terdengar. Sang kasir pun segera menarik kertas itu dan mengembalikan kartu kredit pada pemiliknya dan tersenyum ramah. "Terima kasih sudah berbelanja di butik kami," ujarnya hangat dan dibalas oleh sang pria dengan senyum tipis sembari menerima struk bukti pembayaran dan kartu kredit hitam mengkilap yang kerap digunakannya sebagai media pembayaran saat berbelanja kebutuhan sehari-hari atau pun buku-buku tebal yang d
Aphrodite PovAkhirnya, apa yang ku harapkan tercapai. Meski hanya singgah di rumah kontrakan kecil, setidaknya, aku masih bisa beristirahat dan memiliki tempat pulang setelah bekerja. Kemudian, setelahnya, aku akan kembali bersenang-senang dengan kaum adam yang ku inginkan, seperti biasa, saat diriku masih bebas untuk menetap di bumi. Ya, aku tahu bahwa apa yang ku lakukan sekarang sudah tergolong melanggar untuk kesekian kalinya. Akan tetapi, hal itu tak jadi soal, dan aku tidak terlalu memikirkan resikonya. Toh, jika memang aku melakukan kesalahan seperti ini, aku akan dihukum seperti sebelumnya dan tak boleh bertandang lagi di bumi manusia. Kini, aku melangkah dan menghampiri dua pria asing yang kini menatap lekat pada diriku dengan binar kekaguman dari sorot mata masing-masing. Rasanya sungguh menyenangkan jika mendapati kaum adam terkagum-kagum pada paras diriku yang terbilang menawan dan berkharisma. "Dia.." Ku dengar jelas suara bass dari pria berambut coklat yang diikat ke
Di lain situasi, Zeus yang baru selesai memantau kegiatan Aphrodite memijat pelipis pelan. Dewa tertinggi di Gunung Olympus itu sedang memikirkan waktu terbaik untuk menyatakan bahwa Aphrodite sudah tak dapat kembali sebelum benar-benar berubah dan menuaikan tugasnya sebagai dewi cinta di muka Bumi. Di saat sang dewa sedang duduk di ruang kerja, Dewi Hera datang menghampiri dengan secangkir teh hangat dan memecah keheningan, "Yang Mulia Dewa sedang memikirkan sesuatu? Apa ini berkaitan dengan Aphrodite lagi?""Begitulah. Dia sungguh keras kepala. Padahal, aku sudah menghukum dan mengancamnya. Namun, semua itu bagai angin lalu untuknya. Maka dari itu, aku berencana untuk membuatnya tidak dapat kembali ke Olympus." Zeus menjabarkan isi kepalanya secara detail. Hera yang mendengar usulan suaminya itu mengulas senyum lembut. Ia merasa bahwa apa yang diucapkan oleh suaminya kali ini cukup bijaksana. Pasalnya, ia jarang melihat sisi lain dari Zeus yang terkenal mata keranjang dan suka men
Di hari berikutnya, dengan cahaya fajar yang menyingsing di Kota New York, April yang terlelap sedikit terganggu dengan cahaya matahari yang menerobos masuk melalui korden tipis yang menutupi jendela kamarnya. Ia yang belum sepenuhnya sadar dari alam mimpi mencoba untuk membuka mata. Baru kali ini, ia merasakan terkena cahaya sang fajar yang biasa dipancarkan oleh rekannya di Gunung Olympus, Dewa Helios. "Ehmm," gumam April sembari mengumpulkan seluruh kesadarannya dan mengusap kelopak mata dengan dua tangan. Lalu, saat ia benar-benar tersadar, ia mulai membuka lemari pakaian dan menatap beberapa helai pakaian tergantung rapi. Di saat itu juga, ia mengingat pakaian-pakaian yang dibayar oleh Jacob dan masih berada di paper bag yang ada di lanfai kamar. Dengan mimik wajah sumringah, ia meraih dua potong pakaian dengan warna merah jambu dan coklat muda. Dari kedua pakaian dengan gaya yang berbeda itu, April mulai bercermin dan mencocokkan dua pakaian tersebut pada tubuhnya. "Duh, ja
"A-ah, be-benarkah?" April tergagap usai mendengar pernyataan yang diluncurkan oleh Jacob. "Benar, April, tapi kalau kamu merasa kurang berkenan dengan lowongan yang dianjurkan, kamu bisa memilih yang lain." Jacob mengangguk dan meneguk teh hangat dari gelas kertas melalui sedotan. April yang kembali melahap sisa roti isi mengunyah perlahan dan menanggapi, "Aku lihat dan ketahui terlebih dahulu apa saja tugas untuk lowongan yang tadi kamu bilang."Sekali lagi, Jacob mengulas senyum kecil. Ia terkesima dengan pribadi dari April yang baginya terbilang suka mencoba hal baru meski bukan berasal dari kota. Hatinya yang semula mendingin bagai Gunung Everest perlahan menghangat akibat terpesona dengan paras dan kepribadian yang dimiliki oleh April. "Perasaan apa ini? Kenapa hanya dengan melihat caranya berpikir dan memandang sesuatu membuatku semakin terkesan? Wanita ini sungguh berbeda meski terlihat remeh di luar." Jacob berusaha memastikan jika dirinya sedang merasakan perasaan yang ber
Hari berganti hari, April dengan pekerjaan dan kesibukannya dalam menangani client yang memiliki masalah asmara dan hubungan awalnya berpikir jika saran dan solusi darinya tak membuahkan hasil apa pun. Bahkan, di kala blog tempat curhat miliknya mulai sepi dan tak begitu banyak pengunjung, ia berminat untuk menutup blog tersebut. Namun, di bulan keenam, saat April kembali membuka blog website miliknya, kedua matanya melebar dengan sorot tak yakin. Pasalnya, aneka ucapan terima kasih serta review positif yang dituliskan oleh para client berderet rapi di kolom komentar. Selain itu, kedua manik indahnya juga menangkap jumlah tips yang nilainya hampir mendekati dua ribu dollar. "Apa aku sedang bermimpi? atau jumlah tips yang tertera ini hanya sebatas halusinasi, mengingat aku sangat terobsesi untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari jasa dadakan yang sedikit memakan tabunganku ini?" April bertanya-tanya sambil memeriksa cara penarikan uang tips melalui bank. Setelah memakan wak
April pov "Selamat sore. Selamat datang di Lockey Brewery. Dengan April, ada yang bisa dibantu?" Aku menyapa pelanggan laki-laki dengan rambut hitam bergaya potongan fox hawk. Di saat yang sama, aku meneliti alis tebal yang melengkapi kedua mata hitamnya, dari wajah orientalnya yang terbilang memikat. Sepertinya, laki-laki ini baru pertama kali kemari. "Pesan ice espresso shaken ukuran medium ya." Laki-laki dengan kaos polo putih yang membalut tubuh tegap dan tinggi itu berujar. "Gula dan esnya normal?" Aku kembali memastikan. "Gulanya sedikit, tapi esnya normal ya," ucapnya seraya mengeluarkan kartu kredit dari dalam dompet kulitnya yang berwarna hitam. "Baik," tandasku sambil mendata pesanan pada mesin kasir. Kemudian, aku bertanya untuk kesekian kalinya, "Atas nama?" "Dave," ujarnya singkat. Nama tersebut segera aku tuliskan dengan pena pada cup plastik yang berada di genggaman tangan kiriku. "Pembayaran dengan credit card bisa?" suara tenor yang terbilang kon
Jacob pov Sepintas, aku pernah membayangkan bagaimana bila suatu hari April tak lagi merasa nyaman denganku. Penyebabnya adalah sifatku yang cemburuan dan sangat posesif padanya. Namun, bayangan tersebut hanya melintas sekilas di pikiran. Selebihnya, aku tak pernah berharap jika hal itu menjadi kenyataan. Akan tetapi, di malam ini, waktu yang paling aku harapkan untuk meminta maaf dan mencari solusi dengan orang yang sangat aku pentingkan berubah menjadi malam yang kelabu. Kata-kata bermakna tak menyenangkan itu terlontar dari bibir wanita yang selalu aku dambakan kehadirannya. Di saat yang sama, aku dapat merasakan rasa perih di hati ini. Rasa tak terima juga turut muncul, seakan aku telah melakukan kesalahan fatal terhadap dirinya. Maka dari itu, aku melayangkan protes, "Tapi kenapa? apa karena masalah-masalah yang datang silih berganti?" Wanita dengan rambut cokelat keemasan itu menatapku dingin dan menanggapi, "Bukan tentang masalahnya, Jac, tapi sifat posesif dan cembur
Sementara itu, di Gunung Olympus, Zeus sebagai dewa tertinggi mengawasi pergerakan April alias Aphrodite melalui monitor yang terinstal di ruang kerjanya. Monitor itu menampilkan setiap kejadian yang dialami oleh sang dewi cinta. Di saat yang sama, dewa Dyonisus turut hadir sembari membawa beberapa botol anggur untuk dinikmati oleh Yang Mulia Dewa Zeus. Sembari mengecap rasa asam dari anggur merah yang baru saja diteguknya, Dyonisus berkomentar setelah melihat adegan yang menampilkan Aphrodite di monitor, "Sepertinya, dia memang tak ingin pulang. Lihat lah, dia terlihat senang membaur dengan makhluk fana, khususnya laki-laki." Lalu, Zeus mengusap kumis putih yang menyelimuti dagu serta rahangnya perlahan dan berkata, "Apa pun itu. Kalau memamg dia tak ingin pulang kemari, dia akan tetap berada di bumi, tanpa kekuatannya sebagai seorang dewi." Dyonisus mengulum senyum simpul dan menanggapi, "Tapi dia tahu sendiri 'kan bahwa hidup di bumi sangat berbeda dengan di sini. Harusnya A
April pov Seminggu kemudian, aku dan Jacob sudah mulai berinteraksi seperti biasa. Bahkan, kami berdua terlihat bersenda-gurau saat istirahat makan siang tiba. Hal itu tentunya mengundang sejumlah pasang mata dari orang-orang yang berlalu lalang. "Lebih baik, kita tuntaskan makanan di piring masing-masing, Jac," pintaku seraya menyikut lengan Jacob perlahan. Jacob pun menanggapi seraya berbisik, "Santai saja, April. Masih ada dua puluh menit lagi kok." Bersama dengan ucapannya itu, laki-laki dengan rahang tegas ini melahap sisa sup macaroni di mangkuknya dengan lahap. Lalu, aku menjelaskan, "Kamu engga takut kalau kita disangka memiliki hubungan?" "Kenapa harus takut? ditambah lagi, hal yang biasa bagi seorang atasan memiliki hubungan dengan sekretarisnya. Bukan sesuatu yang mengherankan, April." Jacob memaparkan. Meski aku adalah seorang dewi, tak berarti aku mudah dikelabuhi. Selain itu, aku sudah cukup membaur dengan manusia, khususnya dengan sejumlah pekerja di per
Di ruang meeting, pukul 08.10 AM Dengan suasana serius dan terarah, seluruh karyawan dari J Company mendengarkan penjelasan dari Louis selaku perwakilan dari Benoit Enterprise. Setiap kata dan lafal yang diujarkan oleh laki-laki berusia dua puluh enam tahun itu menambah daya tarik dan kharismanya. Hal itu lah yang membuat April terus memusatkan pandangan pada pria yang notabene baru ditemuinya sebagai rekan bisnis Jacob. "Sekian presentasi dari saya. Jika ada yang mau ditanyakan, kalian bisa bertanya satu per satu dengan tertib." Louis mulai menekan tombol pause pada laptop miliknya agar slide presentasi dari komputernya tidak berganti menjadi background desktop. Kemudian suasana yang semula hening di ruang meeting berubah menj
Mia PovSaat pagi-pagi buta menyapa, aku mulai menyibukkan diri di dapur dengan bahan-bahan makanan yang sudah ku beli dua hari sebelumnya. Bayang-bayang akan kedekatanku dengan Marcel yang kembali menghangat membuatku bersemangat dalam meracik bumbu dan mengolah aneka menu sarapan dan bekal untuk suamiku. Hingga di pukul 06.10, beberapa menu sederhana yang ku masak tersaji dengan rapi di atas meja makan. Pemandangan tersebut membuat Marcel yang sudah rapi dengan jas abu-abu dan kemeja putih yang berhiaskan dasi hitam menatap heran padaku. "Tumben kamu masak buat sarapan? Biasanya, kamu minta aku buat beli." Marcel bertanya padaku dengan sorot mata menuntut penjelasan atas tindakan yang sudah ku lakukan. "Ada beberapa hal yang mau aku obrolin, terkait hubungan kita," jelasku to-the-point pada pria yang memiliki iris netra berwarna hijau muda itu. "Maksudmu? Hubungan kita baik-baik aja, Mia. Memang ada masalah apa?" Marcel mengerutkan kening sembari bertanya. Sepertinya, ia sengaja
Di kala waktu makan siang tiba, Jacob melangkah keluar dari ruangan menuju elevator. Dengan perasaan tak sabar bercampur gembira, ia memasuki elevator dan menekan tombol lantai tempat ruangan April berada. Seperti di hari sebelumnya, ia akan mengajak April untuk menemaninya makan siang di restoran yang memang ingin dikunjunginya sejak lama. Ketika dirinya sudah tiba di lantai tujuan, Jacob melangkah tanpa ragu dan menghampiri ruang kerja April yang memang tak begitu jauh dari elevator. Mujurnya, ia mendapati wanita incarannya itu sedang melayani telepon dari client. "Baik, nanti saya tanyakan dulu pada Pak Direktur. Terima kasih atas informasinya. Selamat siang." April menyudahi obrolan dari telepon, menatap Jacob dan mengulas senyum lembut. "Udah selesai?" Jacob bertanya dan membalas senyuman dari lawan bicaranya dengan hal serupa yang tak kalah manis. "Udah. Ayo cari makan." April segera bangkit dari tempat duduk dan menghampiri Jacob. Ia menatap lekat pada pria yang dikaguminya
Aphrodite PovRasanya lelah jika harus berhadapan dengan Dewa tua yang juga gemar selingkuh itu. Memang jabatan dan kekuatannya sangat berpengaruh di Gunung Olympus. Akan tetapi, kelakuannya di belakang Dewi Hera, juga tak ada bedanya denganku. Ia mudah tergoda dengan kaum hawa, baik dari kalangan manusia maupun Dewa-Dewi. Yang lebih mengesalkan lagi, Dewa tua bangka itu berani melancarkan hukuman yang membuatku gelisah. Hukumannya berupa menyatukan seribu pasangan suami-istri yang rumah tangganya bermasalah. Hal itu tidak lah mudah jika dilakukan tanpa kekuatan yang ku miliki. Setelah menyatakan hukuman padaku, Dewa hidung belang itu turut lenyap di bawah sinar putih yang turun dari langit. Huft! betapa arogannya sosok menyebalkan dan sok bijak itu!Dengan rasa gelisah dan sedih yang bercampur, ku paksakan diriku masuk ke dalam rumah Jacob dengan langkah pelan. "Pril, kok lesu gitu wajahnya? Kenapa?" Jacob menghampiriku dengan tatapan panik sel