Share

Bab 3

Author: Fransiscaroom
last update Last Updated: 2023-04-21 11:30:26

Sementara itu, Aphrodite yang dikawal paksa oleh dua orang pengawal telah tiba di Kastil Hestia. "Lepaskan aku!" bentak Aphrodite sembari meloloskan pegangan dari dua pengawal di sampingnya.

Namun, bentakan tersebut tak membuat dua pengawal Zeus luluh. Kedua pria bertubuh kekar dan tinggi itu masih menggiring sang dewi cinta masuk ke dalam kastil yang megah dengan interior mewah.

Di saat yang hampir bersamaan, sang pemilik kastil turun dan menyambut kedatangan Aphrodite dengan senyum simpul. "Rupanya dewi cinta dan kecantikan yang dimaksud oleh dewa tertinggi," ujar Hestia dengan tatapan tenangnya.

"Lepaskan!" Aphrodite pun merasa malu dan berusaha melepaskan kedua tangannya saat mendengar suara dan kemunculan Hestia di depan matanya. Ia cukup segan dengan dewi yang bertanggung jawab atas perapian dan keluarga tersebut.

Dua pengawal yang menjaga dirinya itu langsung melepaskan pegangan tangan daripada Aphrodite. Kini, salah satunya meminta persetujuan pada Hestia, "Dewi Hestia, bolehkah saya mengantarkan barang-barang dari Dewi Aphrodite pada salah satu kamar di kastil ini?"

"Tidak perlu. Biarkan saja di sini," titah Hestia tegas.

Kedua pengawal itu pun meletakkan tas yang mereka sentuh. Lalu, Hestia menatap lekat pada keduanya dan berujar, "Kalian boleh pergi. Dewi Aphrodite menjadi urusanku sekarang."

Dua pengawal bertubuh kekar itu pun berpamitan dan berlalu dari hadapan dua dewi berparas elok dan kharismatik yang kini sedang saling bertukar pandang. Lalu, Hestia mulai berujar pada Aphrodite, "Dewa tertinggi sudah menceritakan permasalahanmu padaku. Maka dari itu, ada beberapa hal yang harus ku sampaikan padamu."

Aphrodite tak menanggapi ujaran dari sang lawan bicara. Kedua matanya masih fokus menatap Hestia dengan sorot yang menyiratkan rasa kesal. Ia yakin jika tinggal di kastil ini tak membuat hidupnya lebih mudah dan menyenangkan, melainkan dililit oleh tanggung jawab yang wajib dijalani.

"Pertama, kamu tidak diperbolehkan untuk keluar dari kastil ini tanpa ijin dariku. Kedua, kamu wajib menjalankan tugas rumah tangga yang diberikan. Yang terakhir, kamu tidak diperkenankan untuk membawa lawan jenis di kastilku yang suci ini." Hestia menjabarkan peraturan pada Aphrodite secara jelas.

"Membawa lawan jenis ke kastil ini?? Mana mungkin!" Aphrodite kembali berpendapat dan menepis jika dirinya akan melanggar salah satu aturan yang sudah ditetapkan.

"Ya, mungkin saja 'kan. Apalagi terkait dengan kasus yang menyeretmu di tempat ini." Hestia menanggapi dengan senyum remeh dan tatapan nyalang. Sangat terlihat sekali jika sang dewi perapian sedang menyindir lawan bicaranya.

Darah Aphrodite kembali memanas saat diingatkan soal penyebab bagaimana dirinya bisa menjejakkan kaki di kastil milik Dewi Hestia. Namun, dengan segera, ia menarik napas dan menahan emosinya yang nyaris membuncah.

Ia pun berujar dengan tatapan yang menyiratkan jika dirinya tak main-main dengan peraturan yang telah ditetapkan, "Aku yang terikat dengan estetika dan kesenangan, tak serta-merta asal memilih lawan jenis dan dengan sengaja membawanya kemari. Apalagi, dewa tertinggi menghukumku sekarang. Bagaimana mungkin aku berinteraksi dengan lawan jenis?"

Mendengar celotehan tersebut, Hestia merenung sejenak. Ia paham betul sifat keras kepala yang dimiliki oleh Aphrodite. Maka dari itu, ia tak lagi menyanggah ujaran-ujaran tersebut. Ia justru menanggapi, "Yang jelas, kamu harus menaati peraturan yang ku buat selama berada dalam masa hukuman. Jika sampai kamu melanggar, maka habis lah dirimu."

Usai mendengar ucapan tersebut, Aphrodite bukannya merasa takut atau pun panik. Ia hanya mengangguk sebagai isyarat jika dirinya akan mematuhi peraturan dari Hestia. Akan tetapi, tidak dengan ambisi di dalam dirinya yang bertolak belakang. Ia justru sedang mencari jalan pintas agar dirinya bisa lepas dan lolos dari kastil yang merenggut kebebasannya.

"Selamat atau tidaknya, aku harus tetap keluar dari kastil ini. Aku harus menantang resiko yang mungkin saja tak seharusnya ku tabrak sejak awal," ujar Aphrodite dalam hati.

-**-

Hari-hari hukuman pun dijalani oleh Aphrodite susah payah. Dewi berparas elok tersebut wajib mengerjakan serangkaian pekerjaan rumah tangga yang belum pernah dilakoninya. Awalnya, ia sedikit tidak bisa beradaptasi atau menerima pekerjaan-pekerjaan yang menguras tenaga dan terbilang membuang waktu. Namun, mau tidak mau, ia tetap melakukan pekerjaan itu, terutama saat Dewi Hestia memberitahu jika dirinya bisa bebas lebih cepat apabila menurut.

Hingga suatu ketika datang lah hari dimana dirinya seolah memperoleh penghargaan kecil. Kala itu, Dewi Demeter bertamu di kastil untuk menemui Hestia. Maklum saja, keduanya memang dikenal sebagai sahabat baik yang gemar bertukar pikiran dan cerita kehidupan.

"Wah, kamu engga lagi ngerasa kesepian ya. Udah ada Aphrodite soalnya," ucap Demeter dengan senyum simpul tersemat sembari merapikan rambut bergelombang panjangnya yang berwarna kuning keemasan.

"Memang. Itu positifnya, tapi asli tahan-tahanan kalau hadapi si dewi cinta itu." Hestia menghela napas kasar sembari mengusap dadanya perlahan.

"Keras kepala ya?" Demeter menerka maksud dari lawan bicaranya. Ia juga paham bahwa Aphrodite tergolong sebagai dewi yang memiliki watak keras kepala, pendirian dan prinsipnya tak dapat dirubah.

"Sangat. Aku sampai terkadang ingin melapor ke dewa tertinggi." Hestia berujar sembari menyuguhkan segelas wine putih pada Demeter.

"Lapor aja. Aphrodite memang agak susah ditundukkan." Demeter meneguk wine dari gelasnya perlahan.

"Engga. Sejauh ini, dia engga terlalu parah. Aku akan melapor kalau memang dia sudah kelewatan negatif dari segi kelakuan." Hestia memutar-mutar wine putih yang ada di gelasnya seraya menatap ke arah tangga, tempat biasanya Aphrodite melangkah saat akan beristirahat.

"Ehm, Hestia. Ada satu hal yang ingin ku bicarakan padamu." Demeter mulai fokus pada tujuan awalnya bertamu di kastil sahabatnya tersebut.

"Apa itu, Demeter?" Hestia balik bertanya. Ia diliputi rasa ingin tahu dalam sesaat usai mendengar pernyataan lain yang tercetus dari bibir merah sang sahabat.

"Anakku, Persephone memiliki tugas penting di Bumi. Sepertinya, ia akan sangat membutuhkan pertolongan Aphrodite." Demeter menjabarkan tujuannya sekaligus memberi sinyal jika Aphrodite boleh menemani putrinya untuk turun ke bumi.

Hestia yang mendengar hal itu langsung bereaksi, "Tidak salah memilih partner kerja? Aphrodite itu bermasalah dan sedang dihukum, Demeter."

"Bukan aku yang memilih, lebih tepatnya Persephone sendiri yang meminta. Ia yakin jika Aphrodite bisa menjadi partner kerja yang baik." Demeter menyampaikan keinginan putrinya yang memang jarang bermain di tempat para manusia yang penuh dengan keserakahan dan ambisi.

"Hmm, aku akan bicarakan hal ini pada dewa tertinggi. Tunggu saja esok hari." Hestia tak langsung memberi jawaban atau penjelasan jika Aphrodite diijinkan untuk menemani Persephone.

"Pertimbangkan kembali. Mungkin saja, ajakan dari putriku ini bisa menjadi penghargaan atas dirinya yang bersedia menuruti hukuman. Lebih mujur lagi, jika Aphrodite mau berubah dan tak lagi melakukan kesalahan." Demeter kembali meyakinkan.

Namun, Hestia hanya terdiam dan merenungkan setiap kata-kata dari sahabatnya. Ia memilih untuk merenung dan berujar dalam hati, "Itu berarti aku harus mengevaluasi pekerjaan dan perilaku Aphrodite belakangan ini. Kalau memang ada peningkatan, bukan tidak mungkin jika dia diijinkan untuk menemani Persephone bertugas di Bumi."

TO BE CONTINUED

Related chapters

  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 4

    Di beberapa hari berikutnya, terdengar lah perdebatan yang cukup sengit di ruang rapat para dewa-dewi. Perdebatan tersebut dilakukan oleh Zeus dan Hestia yang memiliki pendapat tak sejalan tentang perilaku Aphrodite selama menjalani masa hukuman."Kita semua sudah tahu jelas watak dari Aphrodite yang suka berganti pasangan itu. Tidak di sini atau di alam manusia, kelakuannya selalu seperti itu." Zeus menegaskan keputusannya untuk tidak memberi ijin terkait Aphrodite yang diminta untuk menemani Persephone bertugas di Bumi.Hestia yang mendengar fakta itu justru membelokkan dengan perihal perilaku dari Aphrodite yang sedikit demi sedikit berubah belakangan ini. "Maaf sebelumnya, Yang Mulia Dewa. Menurut observasi yang saya lakukan, Aphrodite sudah menunjukkan sedikit perubahan, terutama dalam hal bersikap," ucapnya sehalus mungkin.Zeus yang tak sejalan mengeram tangan kirimnya dan terdiam sejenak. Ia tak habis pikir jika Hestia dapat menyimpulkan kemajuan yang dimiliki dari seorang Aph

    Last Updated : 2023-04-21
  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 5

    "Maksudnya?" Aphrodite yang mendengar respon dari Persephone menaikan sebelah alis, berusaha mencerna perkataan dari lawan bicaranya namun gagal.Persephone pun mengulurkan tangannya ke kanan dan muncul lah cermin berukuran besar dalam sekejap mata. Melalui cermin itu, Aphrodite dapat melihat jelas tampilan dirinya yang elegan dan manis layaknya seorang wanita yang fashionable."Engga, Perssie. Ini baju yang pantas 'kan, sesuai dengan tempat kita mendarat," ujar Aphrodite dengan penuh percaya diri sembari bergaya layaknya model professional."Aku tahu itu, Aphrie, tapi aku akan bertugas di area pedesaan." Persephone menjabarkan detail tugasnya yang berkaitan dengan kesuburan lahan dan hal-hal yang berkaitan dengan dunia kematian.Aphrodite yang mendengar hal itu terlihat tenang dan biasa saja. Ia masih fokus memandangi kecantikan dirinya yang terpantul pada cermin seraya tersenyum, bagai disanjung oleh sejumlah lelaki berparas tampan dan gagah.Akan tetapi, hal itu tak menyurutkan Per

    Last Updated : 2023-04-21
  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 6

    Keesokan paginya, sesuai dengan apa yang sudah ditentukan oleh Dimitri, Persephone dan Aphrodite bangun lebih awal, sekitar pukul 03.30. Hal tersebut membuat salah satu dari mereka berlaku cukup kontras.Persephone yang terbiasa bangun di waktu dini hari langsung bergegas membersihkan diri dan berganti pakaian sederhana sehingga dirinya tidak begitu tampak seperti seorang dewi. Sementara, Aphrodite melakukan kegiatan membersihkan diri dengan malas sembari menggerutu dalam hati. "Hmm, kayanya aku salah strategi deh, udah bilang setuju buat nemenin Persephone untuk bertugas kaya gini," ujarnya dalam hati sembari menggosok giginya dan menatap pantulan dirinya di cermin dengan mimik wajah masam seperti jeruk lemon. Setelah selesai berganti pakaian dan merapikan rambut coklatnya, Aphrodite melangkah keluar kamar dan menatap sosok Persephone yang sedang menikmati kentang rebus sebagai menu sarapan pagi. "Engga ada olahan daging ya?" Kedua manik mata cantik Aphrodite menelisik pemandangan

    Last Updated : 2023-05-05
  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 7

    Jika Aphrodite sedang merasa senang setelah kabur, lain halnya dengan yang dirasakan oleh Persephone, selaku teman dekatnya. Dewi kesuburan yang menjadi incaran Dewa Hades itu kini sedang panik dan khawatir akan hilangnya Aphrodite. "Bagaimana ini, Pak? Aphrie itu cuman menemaniku bertugas. Dia malah hilang seperti ini," ucap Persephone sembari menyisir pandang ke segala arah, berharap jika temannya itu masih berada di sekitar pedesaan atau di area sawah tempat dirinya mengadakan ritual. Dimitri pun berusaha menenangkan Persephone, "Tenang dulu, Persephone. Aku yakin Aphrodite masih ada di sekitar sini.""Tapi kalau misalnya dia sudah jauh, bagaimana, Pak?" Persephone semakin tak yakin jika Aphrodite masih berada di area pedesaan. Kedua kakinya terus melangkah, menelusuri rumah-rumah warga dengan kedua pandangan mata yang menyisir ke segala sudut, mencari keberadaan Aphrodite yang memang sudah jauh dari Desa Woodstock. "Mau tidak mau, kita susul dia di Kota Woodstock." Dimitri meny

    Last Updated : 2023-05-05
  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 8

    "Semua totalnya tiga ratus lima puluh dollar, Tuan." Petugas kasir wanita dengan rambut bergelombang berwarna coklat muda berujar sembari menyerahkan dua kantung kertas berisi pakaian yang telah dipilih oleh Aphrodite. Lalu, pria yang berprofesi sebagai manajer keuangan itu mengeluarkan kartu kredit berwarna hitam dan menyerahkan pada petugas kasir. Dengan segera, petugas kasir mulai menggesekkan kartu kredit pada mesin dan menyerahkannya pada pria itu untuk menekan pin yang diminta. "TIITT..CESHHH.." Bunyi mesin kredit beserta keluarnya kertas struk bukti pembayaran terdengar. Sang kasir pun segera menarik kertas itu dan mengembalikan kartu kredit pada pemiliknya dan tersenyum ramah. "Terima kasih sudah berbelanja di butik kami," ujarnya hangat dan dibalas oleh sang pria dengan senyum tipis sembari menerima struk bukti pembayaran dan kartu kredit hitam mengkilap yang kerap digunakannya sebagai media pembayaran saat berbelanja kebutuhan sehari-hari atau pun buku-buku tebal yang d

    Last Updated : 2023-05-05
  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 9

    Aphrodite PovAkhirnya, apa yang ku harapkan tercapai. Meski hanya singgah di rumah kontrakan kecil, setidaknya, aku masih bisa beristirahat dan memiliki tempat pulang setelah bekerja. Kemudian, setelahnya, aku akan kembali bersenang-senang dengan kaum adam yang ku inginkan, seperti biasa, saat diriku masih bebas untuk menetap di bumi. Ya, aku tahu bahwa apa yang ku lakukan sekarang sudah tergolong melanggar untuk kesekian kalinya. Akan tetapi, hal itu tak jadi soal, dan aku tidak terlalu memikirkan resikonya. Toh, jika memang aku melakukan kesalahan seperti ini, aku akan dihukum seperti sebelumnya dan tak boleh bertandang lagi di bumi manusia. Kini, aku melangkah dan menghampiri dua pria asing yang kini menatap lekat pada diriku dengan binar kekaguman dari sorot mata masing-masing. Rasanya sungguh menyenangkan jika mendapati kaum adam terkagum-kagum pada paras diriku yang terbilang menawan dan berkharisma. "Dia.." Ku dengar jelas suara bass dari pria berambut coklat yang diikat ke

    Last Updated : 2023-05-10
  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 10

    Di lain situasi, Zeus yang baru selesai memantau kegiatan Aphrodite memijat pelipis pelan. Dewa tertinggi di Gunung Olympus itu sedang memikirkan waktu terbaik untuk menyatakan bahwa Aphrodite sudah tak dapat kembali sebelum benar-benar berubah dan menuaikan tugasnya sebagai dewi cinta di muka Bumi. Di saat sang dewa sedang duduk di ruang kerja, Dewi Hera datang menghampiri dengan secangkir teh hangat dan memecah keheningan, "Yang Mulia Dewa sedang memikirkan sesuatu? Apa ini berkaitan dengan Aphrodite lagi?""Begitulah. Dia sungguh keras kepala. Padahal, aku sudah menghukum dan mengancamnya. Namun, semua itu bagai angin lalu untuknya. Maka dari itu, aku berencana untuk membuatnya tidak dapat kembali ke Olympus." Zeus menjabarkan isi kepalanya secara detail. Hera yang mendengar usulan suaminya itu mengulas senyum lembut. Ia merasa bahwa apa yang diucapkan oleh suaminya kali ini cukup bijaksana. Pasalnya, ia jarang melihat sisi lain dari Zeus yang terkenal mata keranjang dan suka men

    Last Updated : 2023-05-10
  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 11

    Di hari berikutnya, dengan cahaya fajar yang menyingsing di Kota New York, April yang terlelap sedikit terganggu dengan cahaya matahari yang menerobos masuk melalui korden tipis yang menutupi jendela kamarnya. Ia yang belum sepenuhnya sadar dari alam mimpi mencoba untuk membuka mata. Baru kali ini, ia merasakan terkena cahaya sang fajar yang biasa dipancarkan oleh rekannya di Gunung Olympus, Dewa Helios. "Ehmm," gumam April sembari mengumpulkan seluruh kesadarannya dan mengusap kelopak mata dengan dua tangan. Lalu, saat ia benar-benar tersadar, ia mulai membuka lemari pakaian dan menatap beberapa helai pakaian tergantung rapi. Di saat itu juga, ia mengingat pakaian-pakaian yang dibayar oleh Jacob dan masih berada di paper bag yang ada di lanfai kamar. Dengan mimik wajah sumringah, ia meraih dua potong pakaian dengan warna merah jambu dan coklat muda. Dari kedua pakaian dengan gaya yang berbeda itu, April mulai bercermin dan mencocokkan dua pakaian tersebut pada tubuhnya. "Duh, ja

    Last Updated : 2023-05-12

Latest chapter

  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 25 (Ending)

    Hari berganti hari, April dengan pekerjaan dan kesibukannya dalam menangani client yang memiliki masalah asmara dan hubungan awalnya berpikir jika saran dan solusi darinya tak membuahkan hasil apa pun. Bahkan, di kala blog tempat curhat miliknya mulai sepi dan tak begitu banyak pengunjung, ia berminat untuk menutup blog tersebut. Namun, di bulan keenam, saat April kembali membuka blog website miliknya, kedua matanya melebar dengan sorot tak yakin. Pasalnya, aneka ucapan terima kasih serta review positif yang dituliskan oleh para client berderet rapi di kolom komentar. Selain itu, kedua manik indahnya juga menangkap jumlah tips yang nilainya hampir mendekati dua ribu dollar. "Apa aku sedang bermimpi? atau jumlah tips yang tertera ini hanya sebatas halusinasi, mengingat aku sangat terobsesi untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari jasa dadakan yang sedikit memakan tabunganku ini?" April bertanya-tanya sambil memeriksa cara penarikan uang tips melalui bank. Setelah memakan wak

  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 24

    April pov "Selamat sore. Selamat datang di Lockey Brewery. Dengan April, ada yang bisa dibantu?" Aku menyapa pelanggan laki-laki dengan rambut hitam bergaya potongan fox hawk. Di saat yang sama, aku meneliti alis tebal yang melengkapi kedua mata hitamnya, dari wajah orientalnya yang terbilang memikat. Sepertinya, laki-laki ini baru pertama kali kemari. "Pesan ice espresso shaken ukuran medium ya." Laki-laki dengan kaos polo putih yang membalut tubuh tegap dan tinggi itu berujar. "Gula dan esnya normal?" Aku kembali memastikan. "Gulanya sedikit, tapi esnya normal ya," ucapnya seraya mengeluarkan kartu kredit dari dalam dompet kulitnya yang berwarna hitam. "Baik," tandasku sambil mendata pesanan pada mesin kasir. Kemudian, aku bertanya untuk kesekian kalinya, "Atas nama?" "Dave," ujarnya singkat. Nama tersebut segera aku tuliskan dengan pena pada cup plastik yang berada di genggaman tangan kiriku. "Pembayaran dengan credit card bisa?" suara tenor yang terbilang kon

  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 23

    Jacob pov Sepintas, aku pernah membayangkan bagaimana bila suatu hari April tak lagi merasa nyaman denganku. Penyebabnya adalah sifatku yang cemburuan dan sangat posesif padanya. Namun, bayangan tersebut hanya melintas sekilas di pikiran. Selebihnya, aku tak pernah berharap jika hal itu menjadi kenyataan. Akan tetapi, di malam ini, waktu yang paling aku harapkan untuk meminta maaf dan mencari solusi dengan orang yang sangat aku pentingkan berubah menjadi malam yang kelabu. Kata-kata bermakna tak menyenangkan itu terlontar dari bibir wanita yang selalu aku dambakan kehadirannya. Di saat yang sama, aku dapat merasakan rasa perih di hati ini. Rasa tak terima juga turut muncul, seakan aku telah melakukan kesalahan fatal terhadap dirinya. Maka dari itu, aku melayangkan protes, "Tapi kenapa? apa karena masalah-masalah yang datang silih berganti?" Wanita dengan rambut cokelat keemasan itu menatapku dingin dan menanggapi, "Bukan tentang masalahnya, Jac, tapi sifat posesif dan cembur

  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 22

    Sementara itu, di Gunung Olympus, Zeus sebagai dewa tertinggi mengawasi pergerakan April alias Aphrodite melalui monitor yang terinstal di ruang kerjanya. Monitor itu menampilkan setiap kejadian yang dialami oleh sang dewi cinta. Di saat yang sama, dewa Dyonisus turut hadir sembari membawa beberapa botol anggur untuk dinikmati oleh Yang Mulia Dewa Zeus. Sembari mengecap rasa asam dari anggur merah yang baru saja diteguknya, Dyonisus berkomentar setelah melihat adegan yang menampilkan Aphrodite di monitor, "Sepertinya, dia memang tak ingin pulang. Lihat lah, dia terlihat senang membaur dengan makhluk fana, khususnya laki-laki." Lalu, Zeus mengusap kumis putih yang menyelimuti dagu serta rahangnya perlahan dan berkata, "Apa pun itu. Kalau memamg dia tak ingin pulang kemari, dia akan tetap berada di bumi, tanpa kekuatannya sebagai seorang dewi." Dyonisus mengulum senyum simpul dan menanggapi, "Tapi dia tahu sendiri 'kan bahwa hidup di bumi sangat berbeda dengan di sini. Harusnya A

  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 21

    April pov Seminggu kemudian, aku dan Jacob sudah mulai berinteraksi seperti biasa. Bahkan, kami berdua terlihat bersenda-gurau saat istirahat makan siang tiba. Hal itu tentunya mengundang sejumlah pasang mata dari orang-orang yang berlalu lalang. "Lebih baik, kita tuntaskan makanan di piring masing-masing, Jac," pintaku seraya menyikut lengan Jacob perlahan. Jacob pun menanggapi seraya berbisik, "Santai saja, April. Masih ada dua puluh menit lagi kok." Bersama dengan ucapannya itu, laki-laki dengan rahang tegas ini melahap sisa sup macaroni di mangkuknya dengan lahap. Lalu, aku menjelaskan, "Kamu engga takut kalau kita disangka memiliki hubungan?" "Kenapa harus takut? ditambah lagi, hal yang biasa bagi seorang atasan memiliki hubungan dengan sekretarisnya. Bukan sesuatu yang mengherankan, April." Jacob memaparkan. Meski aku adalah seorang dewi, tak berarti aku mudah dikelabuhi. Selain itu, aku sudah cukup membaur dengan manusia, khususnya dengan sejumlah pekerja di per

  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 20

    Di ruang meeting, pukul 08.10 AM Dengan suasana serius dan terarah, seluruh karyawan dari J Company mendengarkan penjelasan dari Louis selaku perwakilan dari Benoit Enterprise. Setiap kata dan lafal yang diujarkan oleh laki-laki berusia dua puluh enam tahun itu menambah daya tarik dan kharismanya. Hal itu lah yang membuat April terus memusatkan pandangan pada pria yang notabene baru ditemuinya sebagai rekan bisnis Jacob. "Sekian presentasi dari saya. Jika ada yang mau ditanyakan, kalian bisa bertanya satu per satu dengan tertib." Louis mulai menekan tombol pause pada laptop miliknya agar slide presentasi dari komputernya tidak berganti menjadi background desktop. Kemudian suasana yang semula hening di ruang meeting berubah menj

  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 19

    Mia PovSaat pagi-pagi buta menyapa, aku mulai menyibukkan diri di dapur dengan bahan-bahan makanan yang sudah ku beli dua hari sebelumnya. Bayang-bayang akan kedekatanku dengan Marcel yang kembali menghangat membuatku bersemangat dalam meracik bumbu dan mengolah aneka menu sarapan dan bekal untuk suamiku. Hingga di pukul 06.10, beberapa menu sederhana yang ku masak tersaji dengan rapi di atas meja makan. Pemandangan tersebut membuat Marcel yang sudah rapi dengan jas abu-abu dan kemeja putih yang berhiaskan dasi hitam menatap heran padaku. "Tumben kamu masak buat sarapan? Biasanya, kamu minta aku buat beli." Marcel bertanya padaku dengan sorot mata menuntut penjelasan atas tindakan yang sudah ku lakukan. "Ada beberapa hal yang mau aku obrolin, terkait hubungan kita," jelasku to-the-point pada pria yang memiliki iris netra berwarna hijau muda itu. "Maksudmu? Hubungan kita baik-baik aja, Mia. Memang ada masalah apa?" Marcel mengerutkan kening sembari bertanya. Sepertinya, ia sengaja

  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 18

    Di kala waktu makan siang tiba, Jacob melangkah keluar dari ruangan menuju elevator. Dengan perasaan tak sabar bercampur gembira, ia memasuki elevator dan menekan tombol lantai tempat ruangan April berada. Seperti di hari sebelumnya, ia akan mengajak April untuk menemaninya makan siang di restoran yang memang ingin dikunjunginya sejak lama. Ketika dirinya sudah tiba di lantai tujuan, Jacob melangkah tanpa ragu dan menghampiri ruang kerja April yang memang tak begitu jauh dari elevator. Mujurnya, ia mendapati wanita incarannya itu sedang melayani telepon dari client. "Baik, nanti saya tanyakan dulu pada Pak Direktur. Terima kasih atas informasinya. Selamat siang." April menyudahi obrolan dari telepon, menatap Jacob dan mengulas senyum lembut. "Udah selesai?" Jacob bertanya dan membalas senyuman dari lawan bicaranya dengan hal serupa yang tak kalah manis. "Udah. Ayo cari makan." April segera bangkit dari tempat duduk dan menghampiri Jacob. Ia menatap lekat pada pria yang dikaguminya

  • Hukuman untuk Sang Dewi Tercantik   Bab 17

    Aphrodite PovRasanya lelah jika harus berhadapan dengan Dewa tua yang juga gemar selingkuh itu. Memang jabatan dan kekuatannya sangat berpengaruh di Gunung Olympus. Akan tetapi, kelakuannya di belakang Dewi Hera, juga tak ada bedanya denganku. Ia mudah tergoda dengan kaum hawa, baik dari kalangan manusia maupun Dewa-Dewi. Yang lebih mengesalkan lagi, Dewa tua bangka itu berani melancarkan hukuman yang membuatku gelisah. Hukumannya berupa menyatukan seribu pasangan suami-istri yang rumah tangganya bermasalah. Hal itu tidak lah mudah jika dilakukan tanpa kekuatan yang ku miliki. Setelah menyatakan hukuman padaku, Dewa hidung belang itu turut lenyap di bawah sinar putih yang turun dari langit. Huft! betapa arogannya sosok menyebalkan dan sok bijak itu!Dengan rasa gelisah dan sedih yang bercampur, ku paksakan diriku masuk ke dalam rumah Jacob dengan langkah pelan. "Pril, kok lesu gitu wajahnya? Kenapa?" Jacob menghampiriku dengan tatapan panik sel

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status