Share

Hubungan Gelap Sekretaris dan Suami Pembawa Petaka
Hubungan Gelap Sekretaris dan Suami Pembawa Petaka
Author: Safira

Bab 1

Setelah mengurus pemakaman putraku, seluruh jiwa dan ragaku seolah-olah pergi bersamanya. Aku mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada teman lamaku.

[ Aku sudah mau cerai. Nggak usah kasih aku klien lagi. ]

Siapa sangka, pernikahan selama enam tahun akan berakhir tragis seperti ini. Dulu, semua orang mendukung hubungan kami hingga akhirnya kami menikah. Lambat laun, cinta yang ada pun sirna.

Aku mencari pengacara untuk membuat surat perjanjian cerai, lalu segera pulang. Aku tidak berniat mengurus berita tentang Charlie di internet lagi. Lagi pula, kelak dia tidak punya kaitan denganku.

Aku duduk di sofa dan menunggu selama lima jam. Pada akhirnya, Charlie masuk dengan dipapah Tamara. Tatapan yang awalnya terlihat linglung sontak menjadi jernih saat melihatku.

Charlie mengempaskan tangan Tamara, lalu menghampiriku dengan wajah suram dan membentak, "Mana kontrakku? Kamu antar ke mana? Gara-gara putramu, rencanaku jadi hancur! Kamu tahu itu?"

Aku tidak tahu dan tidak mau tahu. Aku hanya tahu putraku ditabrak mobil di depan perusahaan karena membantu mereka mengambil kontrak. Tanganku terkepal erat. Amarahku berkecamuk.

Charlie menarik napas dalam-dalam untuk menahan emosinya. Dengan kaki yang masih memakai sepatu kulit, dia melemparkan diri ke sofa. Ketika melihatku hanya diam, dia mengernyit menatapku dan bertanya, "Mana obat pengarku? Kenapa diam saja?"

Saat berikutnya, Tamara bergegas maju dan berlutut untuk memijat paha Charlie. Dia pun bertanya dengan lembut, "Pak Charlie, obatnya di mana? Biar kuambilkan. Jangan menyulitkan Kak Naomi. Sepertinya dia kurang tidur."

Charlie menyingkirkan tangan Tamara dan menghardikku, "Aku suruh kamu ambil! Putramu yang membuat bisnis batal! Mana dia? Kamu sembunyikan dia di mana? Suruh dia keluar! Dia harus dihukum!"

Aku langsung melemparkan surat perjanjian cerai ke wajah Charlie. "Tanda tangan surat itu. Kamu nggak berhak mendidik putraku. Nafsu sendiri saja nggak bisa dikendalikan. Orang sepertimu nggak pantas jadi ayah."

Charlie bangkit untuk memungut kertas yang jatuh. Dia memelototi kertas itu untuk sesaat, lalu menegakkan tubuhnya dan merobeknya.

"Apa yang anak itu bilang? Naomi, kamu sudah gila? Aku bertemu klien di hotel, bukan meniduri wanita. Omong kosong apa ini? Perusahaan baru masuk bursa. Kenapa kamu nggak suruh aku mati saja? Kamu lihat berita di trending topic, 'kan? Kalau cerai, bukankah membuktikan berita itu benar?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status