Tidak ada bukti bahwa putraku merobek surat kontrak. Akan tetapi, ada rekaman sekitar 10 menit yang hilang. Rekaman itu disalin dan dibawa pergi seseorang.Charlie menggebrak meja dengan kesal. "Cari sampai dapat! Rekaman itu pasti nggak jauh dari sini! Orang itu pergi dengan tangan kosong. Cari di semua tong sampah! Kalian nggak boleh pulang kerja sebelum menemukan rekamannya!"Sebagian orang pergi mencari di tong sampah, sebagian lagi sibuk menangani pemutusan kontrak dengan mitra. Saat ini, perusahaan menjadi lumpuh. Ini karena proyek terbesar perusahaan didapat dengan bantuanku.Charlie menyuruh bawahannya mengunjungi para mitra dan membawakan hadiah, tetapi tidak ada yang peduli. Pukulan besar yang berturut-turut ini membuat Charlie terduduk lemas di kursinya. Seketika, dia tampak menua sepuluh tahun.Pada akhirnya, mereka menemukan flashdisk di tong sampah kolong meja Tamara. Begitu flashdisk dicolok, Charlie mengamati dengan saksama. Hanya ada adegan Tamara mengobrol dengan satp
Aku menenangkan diri, lalu berkata, "Aku sudah periksa laporan yang dikirim Tamara. Dia benaran hamil. Tapi, kalau kamu bukan ayah anak itu, pasti ada informasi yang tercatat di rumah sakit. Kamu pergi lihat saja. Mungkin bakal ada penemuan fantastis."Para polisi pun berpencar. Mereka berhasil menemukan alamat satpam itu. Sesampainya di sana, satpam itu sedang berkemas. Begitu melihat polisi, dia pun ketakutan sampai tidak bisa bersuara.Di perjalanan, polisi langsung menginterogasi satpam itu. Namun, satpam itu menolak untuk membocorkan informasi apa pun tentang Tamara. Dia tidak tahu apa itu kejahatan ekonomi. Yang dia tahu hanya menghasilkan uang untuk mengobati penyakit putranya.Beberapa polisi pergi ke rumah sakit untuk mencari informasi tentang Tamara. Tidak berselang lama, kedua tim kembali ke kantor polisi.Setelah semua petunjuk disatukan, ternyata Tamara dan satpam itu berasal dari kampung halaman yang sama. Usia satpam itu tidak sesuai dengan standar perusahaan. Dia bisa b
Setelah mengurus pemakaman putraku, seluruh jiwa dan ragaku seolah-olah pergi bersamanya. Aku mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada teman lamaku.[ Aku sudah mau cerai. Nggak usah kasih aku klien lagi. ]Siapa sangka, pernikahan selama enam tahun akan berakhir tragis seperti ini. Dulu, semua orang mendukung hubungan kami hingga akhirnya kami menikah. Lambat laun, cinta yang ada pun sirna.Aku mencari pengacara untuk membuat surat perjanjian cerai, lalu segera pulang. Aku tidak berniat mengurus berita tentang Charlie di internet lagi. Lagi pula, kelak dia tidak punya kaitan denganku.Aku duduk di sofa dan menunggu selama lima jam. Pada akhirnya, Charlie masuk dengan dipapah Tamara. Tatapan yang awalnya terlihat linglung sontak menjadi jernih saat melihatku.Charlie mengempaskan tangan Tamara, lalu menghampiriku dengan wajah suram dan membentak, "Mana kontrakku? Kamu antar ke mana? Gara-gara putramu, rencanaku jadi hancur! Kamu tahu itu?"Aku tidak tahu dan tidak mau tahu. Aku
Aku tidak menyangka yang ada di pikiran Charlie sekarang hanya keuntungan perusahaan. Pria di depanku ini jauh berbeda dengan pemuda yang ada di ingatanku.Sebelum aku kehilangan kendali, Tamara tiba-tiba mengeluarkan kotak hadiah dari tasnya dan meletakkannya di hadapanku. "Kak Naomi, ini hadiah yang dipilih Pak Charlie untukmu kemarin. Jangan marah lagi ya. Pak Charlie melakukan semua ini demi keluarganya."Aku melirik tangan Tamara dan mendapati cincin yang dipakainya punya merek yang sama dengan kotak hadiah itu.Amarahku makin bergejolak. Aku langsung melemparkan kotak itu sejauh belasan meter. Barang di dalamnya pun terjatuh keluar.Charlie tercengang melihat tindakanku. Dia menatapku dengan tidak percaya dan bertanya, "Naomi, apa yang membuatmu jadi segila ini? Apa yang dibilang anak itu? Omongan anak kecil nggak bisa dipercaya. Kamu merajuk karena berita semalam? Mau sampai kapan?"Aku mendongak menatap Charlie dengan dingin. Hingga sekarang, Charlie masih mengira sikapku begin
Seperti yang dikatakan Charlie, dia benar-benar ada setiap kali aku membutuhkannya. Setelah perusahaan makin berkembang, Charlie pun mulai sibuk. Setelah Tamara datang ke kehidupannya, kami bahkan bertengkar sengit untuk pertama kalinya karena wanita itu.Sejak saat itu, hubungan kami retak. Begitu hubungan retak karena kehadiran seseorang, maka akan sulit untuk diperbaiki.Anakku lahir pada masa tersulit perusahaan. Aku menjaga diri sendiri, pergi ke rumah sakit sendiri untuk melahirkan. Ketika sudah mau melahirkan, aku menelepon Charlie. Namun, yang menjawab panggilan adalah Tamara.Terdengar suara centil di ujung telepon. "Kak Naomi, Pak Charlie lagi sama klien. Kalau ada masalah penting, aku bantu kamu sampaikan."Aku menahan rasa sakit di perutku. Ketika mendengar suara napas Charlie di ujung telepon, aku pun tidak bisa berkata-kata.Panggilan berakhir. Masuk notifikasi kartu kredit. Mereka check-in dengan kartu kreditku. Itu adalah pertama kalinya Charlie tertangkap basah memasuk
Sebelum tamparan itu mendarat di wajahku, Tamara tiba-tiba menahan tangan Charlie. Dia menggeleng sambil berkata, "Anak kecil nggak ngerti soal kontrak. Dia sendiri mungkin nggak tahu barang apa yang dirobeknya. Dia pasti nggak sengaja. Nanti malam aku buatkan yang baru saja."Charlie malah makin marah mendengarnya. "Kontrak itu memang nggak penting. Masalahnya aku nggak bisa melihat anakku rusak begitu saja! Kontrak itu senilai puluhan miliar. Kalau nggak dididik sekarang, apa jadinya setelah dewasa nanti?"Aku membelalak dengan murka, "Charlie, kamu sudah gila ya? Mana mungkin putramu merobek kontrakmu! Kamu lebih percaya pada jalang ini daripada putra sendiri?"Putraku sudah tiada, tetapi masih difitnah Tamara. Hal ini membuat akal sehatku dilahap amarahku.Sementara itu, Charlie sontak melepaskan tangan Tamara dan menamparku kuat-kuat. Tamparan ini akhirnya membuatku sadar.Mataku telah terbuka sepenuhnya! Pemuda yang kucintai telah mati saat mendirikan perusahaan!Setelah menampar
Tangan Charlie seketika melemas. Ponselnya terjatuh. Setelah bereaksi kembali, dia memungut ponselnya dan menyergah, "Siapa yang mati ditabrak mobil? Satpam bilang dia melihat anakku kok! Kamu malah bilang dia mati! Jadi, yang dilihat satpam hantu? Pasti Naomi yang menyuruhmu bicara begini, 'kan?"Usai berbicara, Charlie menatapku dengan murka. Namun, aku seperti tidak bisa merasakannya. Tatapanku hanya tertuju pada abu putraku.Charlie menggertakkan gigi dan meneruskan, "Kamu kupecat! Minta saja gajimu dari Naomi!"Begitu panggilan berakhir, Charlie hendak pergi, tetapi Tamara tiba-tiba memperingatkan dengan lembut, "Pak Charlie, apa mungkin anakmu takut kamu marah? Makanya, mereka kerja sama begini ...."Ketika mengatakan itu, terlihat kepanikan pada wajah Tamara. Biasanya, dia bisa menghilangkan keraguan Charlie hanya dengan satu kalimat.Namun, kali ini Charlie menyela dengan tidak sabar, "Kalau dia berani bercanda seperti ini, aku bakal benar-benar membunuhnya!"Begitu mendengarny
Aku menunduk menatap nomor telepon orang tuaku. Air mata berderai tanpa kendali. Selama beberapa tahun ini, aku seperti marah dengan keluargaku. Aku ingin membuktikan kepada mereka bahwa pilihanku tidak salah.Setelah putraku lahir, aku menjaganya sambil mencari mitra bisnis untuk Charlie. Aku menggunakan koneksi orang tuaku, tetapi malah mengira semua itu berkat kemampuanku sendiri.Charlie mengatakan kepada semua orang bahwa dia sangat beruntung karena mendapat istri yang sempurna sepertiku. Namun, hanya aku yang tahu berapa banyak foto Charlie saat masuk ke hotel bersama Tamara di ponselku.Sejak awal, pernikahan ini telah mati. Kemarahan dan keras kepalaku yang telah menghancurkanku dan putraku.Aku perlahan-lahan menghampiri guci abu, lalu mengambil tisu untuk menyeka hingga bersih. Aku mengirim pesan kepada para mitra utama perusahaan.Mereka bersedia membantu perusahaan kami hanya demi orang tuaku. Namun, sekarang aku sudah mau pulang. Mereka tidak perlu repot-repot lagi.Ketika