Share

Bab 4

Sebelum tamparan itu mendarat di wajahku, Tamara tiba-tiba menahan tangan Charlie. Dia menggeleng sambil berkata, "Anak kecil nggak ngerti soal kontrak. Dia sendiri mungkin nggak tahu barang apa yang dirobeknya. Dia pasti nggak sengaja. Nanti malam aku buatkan yang baru saja."

Charlie malah makin marah mendengarnya. "Kontrak itu memang nggak penting. Masalahnya aku nggak bisa melihat anakku rusak begitu saja! Kontrak itu senilai puluhan miliar. Kalau nggak dididik sekarang, apa jadinya setelah dewasa nanti?"

Aku membelalak dengan murka, "Charlie, kamu sudah gila ya? Mana mungkin putramu merobek kontrakmu! Kamu lebih percaya pada jalang ini daripada putra sendiri?"

Putraku sudah tiada, tetapi masih difitnah Tamara. Hal ini membuat akal sehatku dilahap amarahku.

Sementara itu, Charlie sontak melepaskan tangan Tamara dan menamparku kuat-kuat. Tamparan ini akhirnya membuatku sadar.

Mataku telah terbuka sepenuhnya! Pemuda yang kucintai telah mati saat mendirikan perusahaan!

Setelah menamparku, Charlie masih merasa tidak puas. Dia menghardik, "Kamu menyuruh anakmu menghancurkan kontrak perusahaan dengan menggunakan mesin penghancur kertas. Kamu tahu berapa lama kami bekerja keras untuk proyek ini?"

"Pantas saja, aku menyuruhnya mengambil kontrak, tapi dia nggak balik-balik! Rupanya dia nggak berani menemuiku!"

Aku memelototi Charlie lekat-lekat. Nada bicaraku terdengar dingin saat bertanya, "Kamu punya buktinya? Kalau nggak punya, jangan fitnah putraku!"

Saat berikutnya, Charlie mengangkat tangannya lagi dan menamparku. Demi melindungi guci abu di pelukanku, aku hanya bisa menahan rasa sakit itu. Wajahku terasa kebas.

Charlie memekik, "Satpam melihat semuanya! Kamu mau bilang apa lagi? Kamu mau bilang satpam memfitnah putramu? Jangan bicara omong kosong lagi! Cepat suruh dia keluar! Aku bakal interogasi dia sendiri!"

Begitu mendengarnya, aku terkekeh-kekeh dingin. Putraku mati di depan perusahaan. Dia bahkan belum sempat memasuki perusahaan. Apa satpam itu melihat hantu?

Sebelum aku menjelaskan, Tamara berucap dengan lembut, "Kak Naomi, jangan bela anakmu lagi. Suruh dia keluar dan minta maaf. Nggak ada dendam di antara ayah dan anak. Aku tahu kamu nggak menyukaiku, tapi proyek ini hasil kerja keras kami. Kamu nggak boleh seegois ini ...."

Ketika mendengar ini, aku langsung memelotot dengan gusar dan menyergah, "Berhenti berakting di depanku! Kamu kira kamu siapa? Saat perusahaan baru didirikan, mungkin kamu lagi di ranjang pria lain! Dasar menjijikkan!"

Ketika aku meronta-ronta, guci abu di pelukanku pun terlihat. Mata Tamara sontak berbinar-binar. Wanita itu menunjuk guci dan berujar, "Pak Charlie, apa itu? Apa mungkin isinya adalah serpihan kontrak? Mau diperiksa nggak?"

Aku termangu sesaat. Seluruh darahku seolah-olah membeku. "Bukan! Ini bukan! Jangan sentuh!"

Charlie tidak peduli pada penolakanku dan memberi isyarat mata pada pengawal. Saat berikutnya, kedua pengawal di belakang langsung menahanku dan satu lagi mengambil guci itu dari pelukanku.

Aku menggunakan tenaga terakhirku untuk melawan, tetapi semuanya sia-sia. Tatapanku dipenuhi keputusasaan. Air mata berlinang di wajahku.

Demi membantu pengawal, Charlie menendang bahuku. Aku kesakitan hingga melepaskan tanganku.

Pada akhirnya, guci itu terhempas dari tangan pengawal dan membentur dinding di depanku. Untuk sesaat, napasku terhenti. Aku kehilangan kemampuan untuk berpikir, hanya bisa melihat abu putih tanpa bersuara.

Charlie melirik sekilas, lalu menoleh dan membentak dengan tidak sabar, "Kuberi kamu kesempatan terakhir! Jangan sampai aku lapor polisi!"

Tidak peduli apa yang dikatakan, aku sama sekali tidak merespons dan hanya menatap abu putih di depan.

Charlie pun maju dan menginjak abu putih itu, lalu mengambilnya. "Apa ini? Ini bukan surat kontrak."

Kemudian, Charlie mengempaskannya dengan kesal dan menyeka tangannya di pakaian pengawal. Sambil memelototiku, Charlie menelepon asistennya. "Lapor polisi. Naomi menculik anakku. Dalam satu jam, aku mau tahu lokasi putraku!"

Asisten terdiam sesaat, lalu berkata dengan terbata-bata, "Pak Charlie ... anakmu sudah dikremasi. Malam saat kamu dan Kak Tamara bertemu klien, anakmu ditabrak mobil dan meninggal di depan perusahaan ...."
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ramayanti Reski
susah selalu yg mau dibuka pke prabayar
goodnovel comment avatar
Noorsiah Daud
buka nk terus baca
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status