Harmony memarkirkan mobilnya, dan turun dari mobil hendak masuk ke rumah sakit. Akan tetapi, tatapannya teralih pada sebuah mobil Lamborghini keluaran terbaru berwarna merah memasuki halaman parkir rumah sakit. Halaman parkir khusus untuk staff dari Orlando Hospital.Harmony berdecak kagum. “Siapa yang menggunakan mobil mewah itu?”Tunggu! Tiba-tiba saja mata Harmony terbelalak terkejut melihat Ariel turun dari mobil Lamborghini merah. Berkali-kali Harmony menepuk-nepuk pipinya. Dia menganggap bahwa apa yang dia lihat ini salah. Karena tak mungkin Ariel mengemudikan mobil mewah. Yang dia tahu adalah Ariel selalu menggunakan mobil tua yang bisa dikatakan tak layak lagi digunakan.“A-Ariel?” Harmony tidak salah. Yang dia lihat adalah Ariel—temannya. Dia sudah berkali-kali menepuk pipinya, dan ini semua adalah nyata. Tidak mimpi sama sekali.Ariel menghela napas dalam melihat wajah keterkejutan Harmony. Sialnya, dia datang bersamaan dengan Harmony. Kalau sudah seperti ini, maka mau tidak
“Apa? Grandma gagal menghasut William Geovan?” Flora menatap neneknya yang dilingkupi rasa kesal. Bukan hanya neneknya saja yang kesal, tapi dia juga sangat kesal dan jengkel. Dia baru saja diberi tahu kalau neneknya gagal menghasut William Geovan.Malvia mengembuskan napas kasar. “Ariel sangat licik, Flora. Dia berhasil memperdaya William Geovan. Segala ucapan Grandma ditepis oleh William. Bahkan William malah menyudutkan Grandma.”Raut wajah Malvia menunjukkan rasa kesal ketika menceritakan apa yang terjadi pada Flora. Jika diingat-ingat, pasti membuatnya emosi. Sialnya segala ucapannya ditepis oleh William Geovan. Tidak hanya itu saja, tapi juga William menyudutkannya seolah dirinya bersalah. Flora berdecak kesal. “Lalu kita harus bagaimana, Grandma? Apa aku harus bilang pada Dad?” tanyanya lagi.Ya, Flora sudah tidak lagi bisa menahan diri. Satu-satunya cara akhir yang bisa membantunya menemukan solusi adalah bicara pada ayahnya. Dia yakin seribu persen bahwa ayahnya pasti mampu
Keheningan membentang dari dalam mobil. Belum ada kata yang terucap dari bibir Ariel ataupun Shawn. Ariel duduk di kursi tepat di samping kursi kemudi, dengan raut wajah yang muram—dengan sorot mata melemah.Bukan tamparan dari Malvia yang menyakitkan, tapi hinaan yang terlontar dari banyak orang, yang membuat hatinya sangatlah sakit. Dia tidak pernah mengira akan direndahkan di hadapan banyak orang, bahkan sampai diliput oleh wartawan.Mobil Shawn berhenti di halaman parkir apartemen di mana penthouse Shawn berada. Pria itu turun dari mobil sambil menggenggam tangan Ariel. Ya, tidak ada pemberontakan ataupun pembicaraan. Yang dilakukan Ariel hanya menurut ketika Shawn menarik tangannya. Saat tiba di penthouse Shawn, Ariel memilih untuk duduk di sofa kamar. Air mata wanita itu sudah tidak tertahankan. Dia menangis sesegukan di hadapan Shawn yang masih berdiri—menatap dirinya.“Kenapa kau selalu membiarkan orang-orang merendahkanmu, Ariel?!” geram Shawn dengan nada emosi.Ariel teris
*Kabar pagi ini datang dari Shawn Geovan—cucu laki-laki pertama di keluarga Geovan, dikabarkan murka pada wartawan yang menyudutkan kekasihnya. Kabar yang didengar Shawn Geovan menjalin hubungan dengan Ariel DiLaurentis—anak dari wanita simpanan Yuval DiLaurentis.* Ariel terdiam melihat berita yang muncul di televisi. Raut wajahnya berubah melihat berita yang ada di hadapannya. Wanita itu masih berada di penthouse Shawn. Dia menginap dan sekarang pun dia tidak masuk kerja atas permintaan Shawn.Ariel berencana ingin menonton televisi, karena demi suasana hatinya yang sedang tidak baik-baik saja. Akan tetapi, ketika televisi baru menyala, dia sudah dihadapkan dengan sajian berita. Shawn yang muncul langsung mematikan televisi yang sekarang menjadi pusat perhatian Ariel. “Berita murahan, tidak usah kau lihat.” Nada bicaranya menekankan, dan tak suka dibantah.Ariel terdiam dengan wajah yang muram dan sedih. Dia tidak berkata apa pun. Hanya diam membisu. Meskipun Shawn menerimanya, tap
*Ariel, kau beruntung sekali memiliki kekasih seperti Shawn Geovan. Ruang kerjamu penuh dengan bunga. Lol. Para wartawan tidak berhenti mengirimkanmu bunga. Sepertinya mereka semua ketakutan. Ah! Senangnya jadi dirimu. Kalau kau kenal pria seperti Shawn Geovan lagi dan masih single kenalkan padaku, ya? Nanti kekasihku yang di Tokyo akan aku tinggalkan, dengan alasan aku jenuh menjalin hubungan jarak jauh.* Ariel menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengembuskan napas panjang, di kala membaca pesan masuk dari Harmony. Temannya itu memang selalu saja konyol, dan kurang waras. Lihat saja dalam keadaan seperti ini, masih sempat mengatakan hal-hal seperti itu. Padahal Harmony sudah memiliki kekasih. Bahkan wanita itu sudah menjalin hubungan lama dengan kekasihnya bertahun-tahun lamanya. “Ariel? Kau sudah siap?” Shawn menghampiri Ariel yang berada di kamar.Ariel masih belum masuk bekerja atas permintaan Shawn. Pun hari ini tempatnya pria itu akan mengajak Ariel pergi. Entah, dia tidak tahu
Signal ponsel Ariel dan Shawn tidak ada. Berada di dekat gunung, membuat mereka kehilangan signal. Sepertinya Shawn sengaja mengajak Ariel camping, karena ingin memiliki waktu berkualitas dengan dokter cantik itu. Mereka menyaksikan jelas bagaimana matahari tenggelam. Sekarang langit telah gelap. Bulan dan bintang yang menjadi penghias dari langit yang megah. Api unggun sudah mulai dinyalakan oleh Shawn.Cuaca sangat dingin. Api unggun menjadi penolong mereka. Untungnya, Shawn membawa selimut tebal dan juga jaket khusus musim dingin. Persiapan pria tampan itu sangat matang. Tentu Shawn tidak mau sampai Ariel kedinginan. Tenda telah terpasang sempurna. Di tengah kegelapan api menjadi alat bantu Cahaya bagi Shawn dan Ariel. Mereka benar-benar berlibur. Signal di ponsel mereka saja tidak ada. Menandakan bahwa memang mereka diwajibkan untuk menikmati waktu bersama mereka, tanpa memedulikan orang luar di sana. Ariel menyandarkan kepalanya di lengan kekar Shawn. “Aku tidak pernah meny
Shawn mengumpat dalam hati mengingat kejadian bodoh tadi. Dia tidak pernah bermaksud melukai Ariel, tapi terlalu rumit untuknya menjelaskan tentang kegelisahan yang menyelimuti hatinya. Malam semakin larut. Shawn berada di luar tenda. Pria itu sengaja menjauh dari Ariel. Dia berharap sekarang Ariel sudah tertidur pulas. Dia tidak tega melihat wajah kekasihnya yang kecewa padanya.Shawn tahu pasti Ariel sakit hati dan merasa dirinya tak menginginkan wanita itu. Padahal ini bukan tentang menginginkan atau tidak. Jika ditanya, tentu saja Shawn sangat menginginkan itu. Shawn mengatur emosi dalam dirinya. Dia marah bukan pada Ariel, melainkan pada dirinya sendiri. Keadaan membuatnya mengingat akan sesuatu hal. Hal yang selalu berhasil membuatnya cemas. Shawn berbalik ke arah tenda, dia memutuskan segera menghampiri Ariel. Di tengah keadaan seperti ini, dia tidak mungkin bisa berlama-lama mneinggalkan Ariel. Dia berharap Ariel sudah tidur. Tapi jika belum, dia akan mencari cara untuk men
Shawn sudah berkali-kali menghubungi nomor Ariel, tapi berkali-kali juga wanita itu menolaknya. Kesabaran Shawn benar-benat diuji di sini. Pria itu mengumpat seraya mengemudikan mobil dengan kecepatan penuh.Benak Shawn dipenuhi rasa khawatir terjadi sesuatu pada Ariel. Jika saja dia tahu, Ariel akan keluar di tengah malam, sudah pasti dia akan mengurung wanita itu di kamarnya dan tak akan dia lepaskan.Shawn menatap letak posisi GPS ponsel Ariel. Lokasi wanita itu sudah tidak lagi berada di klub malam. Menurut titik, lokasi wanita itu berada di jalanan yang tak jauh dari posisi klub malam yang Ariel kunjungi.Shawn segera mengikuti jejak GPS ponsel Ariel. Lalu, tiba-tiba tatapannya teralih pada seorang wanita berpakaian seksi yang diganggu oleh dua pria. Shawn menyipitkan pandangannya—memastikan dengan benar siapa wanita itu.Seketika raut wajah Shawn berubah di kala melihat wanita berpakaian seksi adalah Ariel. Ya, dia tidak akan mungkin salah mengenali Ariel. Dengan cepat, dia turu