Ariel mengerjapkan mata beberapa kali di kala sudah terbangun dari tidurnya. Tubuh wanita itu terasa sangat pegal. Namun, dia merasakan geli nikmat di payudaranya. Dia mengalihkan pandangannya—menatap Shawn tengah mengisap puting payudaranya.“S-Shawn, akh, geli.” Ariel menjambak pelan rambut Shawn.Wanita itu tak mengira akan mendapatkan serangan dari Shawn di pagi hari. Entah sejak kapan pria itu mencumbu payudaranya. Pantas saja dia merasakan geli. Tapi, tak dipungkiri bahwa rasa geli itu telah bercampur dengan rasa nikmat.Shawn melepaskan cumbuannya, dan menatap Ariel. “Maaf membuatmu terbangun.”Ariel menyentil pelan kening Shawn. “Kau nakal sekali, Shawn. Tadi malam kau sudah banyak menyerangku.”“Aku sekarang tidak menyerangmu.”“Ck. Aku sedang tidur tapi kau malah menyisap payudaraku. Itu namanya kau menyerang!”“Aku hanya menyusu, Ariel. Aku butuh tenaga di pagi hari.” Shawn menjawab enteng, tanpa merasa bersalah sama sekali.Mata Ariel melebar mendengar apa yang Shawn katak
Ariel lelah luar biasa. Dia ingin sekali tidak masuk kerja. Tapi sayangnya, dia baru saja mendapatkan kabar kalau ada pasiennya yang dirawat di ruang rawat telah pindah ke ruang ICU. Ariel tidak enak kalau meminta Harmony menggantikannya. Apalagi sudah beberapa hari ini dia libur bekerja. Walaupun sebenarnya Shawn memintanya untuk lebih banyak istirahat, tapi wanita itu menolak permintaan Shawn. Dia lebih memilih untuk bekerja. Dia ingin bersikap professional menjalankan tugasnya dengan baik.“Ariel, kau yakin akan tetap bekerja?” Shawn menghampiri Ariel.Ariel menatap Shawn. “Iya, aku ingin tetap bekerja.”Shawn membelai pipi Ariel. “Baiklah. Aku akan mengantarmu.”Ariel menurut, dia melangkah keluar kamar menuju halaman parkir. Namun, di kala sudah tiba di halaman parkir—langkah kaki Ariel terhenti di kala dia merasakan saking di area titik sensitive-nya.Shawn hendak masuk ke dalam mobil, namun dia melihat Ariel meringis kesakitan. Tampak senyuman pria itu terlukis. Dia mengerti k
*Tuan Kaya, hari ini aku memiliki jadwal operasi cukup padat. Kalau kau sibuk, kau tidak usah menjemputku. Aku pulang bersama Harmony saja atau nanti naik taksi. Jangan khawatir, Tuan Kaya, aku bisa menjaga diriku dengan baik.* Sebuah pesan singkat dari Ariel, membuat raut wajah Shawn berubah menjadi jengkel. Hari ini memang Ariel tidak membawa mobil, karena memang Shawn yang mengantarnya. Ya, hari ini Shawn tidak berada di Orlando Hospital, karena ada beberapa pekerjaan yang haruslah dia urus.Shawn yang kesal dan jengkel langsung menghubungi nomor telepon Ariel.“Iya, Tuan Kaya?” ujar Ariel terdengar dari seberang sana, di kala panggilan sudah terhubung. “Apa kau sudah gila, Ariel?” seru Shawn kesal.Kening Ariel mengerut dalam. “Tuan Kaya, kau ini menelepon kekasihmu bukannya mengeluarkan kata-kata manis, malah kau mengatakan aku gila. Menyebalkan sekali.” “Kau memang gila. Kenapa kau malah melarangku menjemputku. Di mana letak otakmu!” Ariel mendengkus. “Tuan Kaya, aku ini tid
Shawn masih bergeming di tempatnya. Kata-kata ayahnya masih terngiang di dalam benaknya. Ya, suasana menjadi hening, karena tak menyangka dengan cerita Sean. Pun selama ini Stella tidak pernah bercerita apa pun pada Shawn.“Ariel lahir bukan dari istri sah Yuval DiLaurentis. Ibu Ariel adalah sekretaris. Ibunya diperkosa oleh Yuval, sampai membuatnya mengandung Ariel. Kau tenang saja, Dad. Ariel membenci ayahnya. Selama ini dia pun tidak pernah mendatangi acara-acara keluarga DiLaurentis.”“Marga DiLaurentis terpaksa ada di belakang nama Ariel, karena bagaimanapun Ariel membutuhkan nama marga ayah. Setelah ibunya meninggal, dia diasuh oleh ayahnya dan ibu tirinya.” “Jika ada pemberitaan buruk tentang Ariel yang merupakan anak haram. Tolong kalian bijak. Ariel bukan anak haram. Ibunya pun tidak pernah mengganggu rumah tangga orang. Yang berengsek ayahnya.”Shawn menceritakan sedikit tentang kebusukan ayah Ariel. Dia tahu ke depannya, pasti akan pemberitaan di media yang mengatakan Arie
“Kenapa wajahmu cemas seperti itu, Ariel?” Harmony memberikan kopi susu pada Ariel yang duduk dengan raut wajah gelisah. Mereka tengah berada di kafe, menikmati sarapan sebelum memulai aktivitas bekerja.Ariel menerima kopi susu pemberian Harmony, mengucapkan terima kasih, dan berkata, “Aku sedang pusing.”Harmony menyesap kopi susu miliknya. “Kau pusing kenapa? Ah, atau jangan-jangan kau sedang hamil.” Ledeknya sambil terkekeh.Ariel berdecak kesal seraya melayangkan tatapan dingin pada Harmony yang mengatakan kata-kata konyol. Bisa-bisanya temannya itu malah membahas tentang kehamilan. “Harmony, otakmu itu sudah tidak waras,” gerutu Ariel kesal.Harmony terkekeh. “Kalau begitu kenapa kau pusing? Ceritakan padaku.”Ariel menghela napas dalam. “Malam ini Shawn akan mengajakku makan malam di mansion kedua orang tuanya. Aku bingung, malu, pusing. Hati aku sejak tadi tidak tenang. Jantungku seperti ini berhenti berdetak.”Ariel tidak bohong akan apa yang dia ungkapkan. Perasaannya campu
Ariel menatap jengkel Shawn yang tengah mengemudikan mobil. Bisa-bisanya pria itu menyerangnya dalam kondisi tengah memilih baju. Alhasil, dia harus terpaksa mandi lagi. Padahal sebelum Shawn datang, dia sudah mandi hanya tinggal berias dan memilih gaun.“Menatap jengkel seperti itu, membuat riasanmu menjadi jelek, Ariel,” ucap Shawn sengaja menakuti, sambil mengemudikan mobilnya.Ariel menghela napas panjang. “Kau membuatku kelelahan, Shawn.”Shawn tersenyum samar sambil membelai pipi Ariel. “Kau wajib menyalahkan dirimu sendiri.”Bibir Ariel menekuk dalam. “Kenapa kau menyalahkanku?”“Kau hanya memakai handuk. Kau sengaja menggodaku. Jadi kau salahkan dirimu.” Shawn menjawab dengan nada tenang, tanpa dosa menyalahkan Ariel. Bagi Shawn, ini adalah kesalahan Ariel. Mata Ariel mendelik tajam, menatap Shawn. “Hey, Tuan Kaya! Aku kan baru selesai mandi. Jadi, aku memakai handuk. Kau datang ke apartemenku, tanpa sama sekali mengetuk pintu. Kenapa sekarang kau menyalahkanku?” Bibir Ariel
Sean menyukai jawaban dari Ariel. Pria paruh baya itu bahkan tidak mampu lagi mengeluarkan komentarnya karena jawaban Ariel sudah sangat sempurna. Rasa percaya Ariel pada Shawn membuat Sean menjadi kagum akan sosok wanita itu.Ariel percaya bahwa Shawn akan membantunya. Itu jawaban yang sangatlah bagus. Kepercayaan adalah sesuatu hal yang penting. Landasan utama dalam hubungan adalah menumbuhkan rasa percaya.Hingga ketika makan siang itu berakhir, Stella menawarkan Ariel untuk menginap, tapi Ariel menolak dengan sopan. Besok Ariel memiliki jadwal operasi di pagi hari. Tidak enak kalau dia meminta dokter pengganti menggantikannya.Stella mengerti tidak sama sekali memaksa. Tapi, wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu meminta Ariel untuk sering datang berkunjung. Pun Savannah sudah terlihat menyukai Ariel. Sosok Ariel yang hangat, ramah, dan memiliki pendirian teguh, membuat banyak orang yang menyukainya.Saat ini Ariel dan Shawn tengah dalam perjalanan pulang. Pembicaraan yan
Kecerian membentang di pancaran dan aura wajah Ariel yang pagi itu, nampak memukau. Beberapa karyawan di area lobby Orlando Hospital menyapa Ariel dengan sopan. Tentunya Ariel membalas sapaan dengan senyuman bahagia.Hari ini Ariel berbeda. Wanita itu seolah mendapatkan kebahagiaan yang bertubi-tubi. Mungkin jika bisa mengekspresikan kebahagiaannya, sudah pasti dia akan berseru bahagia. Ah, tapi tidak! Ariel bisa dibilang orang gila kalau berteriak-teriak di area lobby.“Ariel?” Harmony melangkah menghampiri Ariel yang baru saja tiba.“Hi, Harmony.” Ariel menyapa Hamony dengan senyuman—lalu berjalan menuju ke ruang kerjanya.Harmony segera mengikuti Ariel akibat rasa penasaran yang menggelora. “Wajahmu hari ini ceria sekali, Ariel. Ayo ceritakan padaku ada apa?” tanyanya ingin tahu alasan kecerian di wajah temannya itu.Ariel meletakan tasnya dan memakai jaket dokter sambil berkata, “Kemarin aku sudah bertemu dengan kedua orang tua Shawn. Aku juga bertemu dengan Savannah—adik perempua