Shawn masih bergeming di tempatnya. Kata-kata ayahnya masih terngiang di dalam benaknya. Ya, suasana menjadi hening, karena tak menyangka dengan cerita Sean. Pun selama ini Stella tidak pernah bercerita apa pun pada Shawn.“Ariel lahir bukan dari istri sah Yuval DiLaurentis. Ibu Ariel adalah sekretaris. Ibunya diperkosa oleh Yuval, sampai membuatnya mengandung Ariel. Kau tenang saja, Dad. Ariel membenci ayahnya. Selama ini dia pun tidak pernah mendatangi acara-acara keluarga DiLaurentis.”“Marga DiLaurentis terpaksa ada di belakang nama Ariel, karena bagaimanapun Ariel membutuhkan nama marga ayah. Setelah ibunya meninggal, dia diasuh oleh ayahnya dan ibu tirinya.” “Jika ada pemberitaan buruk tentang Ariel yang merupakan anak haram. Tolong kalian bijak. Ariel bukan anak haram. Ibunya pun tidak pernah mengganggu rumah tangga orang. Yang berengsek ayahnya.”Shawn menceritakan sedikit tentang kebusukan ayah Ariel. Dia tahu ke depannya, pasti akan pemberitaan di media yang mengatakan Arie
“Kenapa wajahmu cemas seperti itu, Ariel?” Harmony memberikan kopi susu pada Ariel yang duduk dengan raut wajah gelisah. Mereka tengah berada di kafe, menikmati sarapan sebelum memulai aktivitas bekerja.Ariel menerima kopi susu pemberian Harmony, mengucapkan terima kasih, dan berkata, “Aku sedang pusing.”Harmony menyesap kopi susu miliknya. “Kau pusing kenapa? Ah, atau jangan-jangan kau sedang hamil.” Ledeknya sambil terkekeh.Ariel berdecak kesal seraya melayangkan tatapan dingin pada Harmony yang mengatakan kata-kata konyol. Bisa-bisanya temannya itu malah membahas tentang kehamilan. “Harmony, otakmu itu sudah tidak waras,” gerutu Ariel kesal.Harmony terkekeh. “Kalau begitu kenapa kau pusing? Ceritakan padaku.”Ariel menghela napas dalam. “Malam ini Shawn akan mengajakku makan malam di mansion kedua orang tuanya. Aku bingung, malu, pusing. Hati aku sejak tadi tidak tenang. Jantungku seperti ini berhenti berdetak.”Ariel tidak bohong akan apa yang dia ungkapkan. Perasaannya campu
Ariel menatap jengkel Shawn yang tengah mengemudikan mobil. Bisa-bisanya pria itu menyerangnya dalam kondisi tengah memilih baju. Alhasil, dia harus terpaksa mandi lagi. Padahal sebelum Shawn datang, dia sudah mandi hanya tinggal berias dan memilih gaun.“Menatap jengkel seperti itu, membuat riasanmu menjadi jelek, Ariel,” ucap Shawn sengaja menakuti, sambil mengemudikan mobilnya.Ariel menghela napas panjang. “Kau membuatku kelelahan, Shawn.”Shawn tersenyum samar sambil membelai pipi Ariel. “Kau wajib menyalahkan dirimu sendiri.”Bibir Ariel menekuk dalam. “Kenapa kau menyalahkanku?”“Kau hanya memakai handuk. Kau sengaja menggodaku. Jadi kau salahkan dirimu.” Shawn menjawab dengan nada tenang, tanpa dosa menyalahkan Ariel. Bagi Shawn, ini adalah kesalahan Ariel. Mata Ariel mendelik tajam, menatap Shawn. “Hey, Tuan Kaya! Aku kan baru selesai mandi. Jadi, aku memakai handuk. Kau datang ke apartemenku, tanpa sama sekali mengetuk pintu. Kenapa sekarang kau menyalahkanku?” Bibir Ariel
Sean menyukai jawaban dari Ariel. Pria paruh baya itu bahkan tidak mampu lagi mengeluarkan komentarnya karena jawaban Ariel sudah sangat sempurna. Rasa percaya Ariel pada Shawn membuat Sean menjadi kagum akan sosok wanita itu.Ariel percaya bahwa Shawn akan membantunya. Itu jawaban yang sangatlah bagus. Kepercayaan adalah sesuatu hal yang penting. Landasan utama dalam hubungan adalah menumbuhkan rasa percaya.Hingga ketika makan siang itu berakhir, Stella menawarkan Ariel untuk menginap, tapi Ariel menolak dengan sopan. Besok Ariel memiliki jadwal operasi di pagi hari. Tidak enak kalau dia meminta dokter pengganti menggantikannya.Stella mengerti tidak sama sekali memaksa. Tapi, wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu meminta Ariel untuk sering datang berkunjung. Pun Savannah sudah terlihat menyukai Ariel. Sosok Ariel yang hangat, ramah, dan memiliki pendirian teguh, membuat banyak orang yang menyukainya.Saat ini Ariel dan Shawn tengah dalam perjalanan pulang. Pembicaraan yan
Kecerian membentang di pancaran dan aura wajah Ariel yang pagi itu, nampak memukau. Beberapa karyawan di area lobby Orlando Hospital menyapa Ariel dengan sopan. Tentunya Ariel membalas sapaan dengan senyuman bahagia.Hari ini Ariel berbeda. Wanita itu seolah mendapatkan kebahagiaan yang bertubi-tubi. Mungkin jika bisa mengekspresikan kebahagiaannya, sudah pasti dia akan berseru bahagia. Ah, tapi tidak! Ariel bisa dibilang orang gila kalau berteriak-teriak di area lobby.“Ariel?” Harmony melangkah menghampiri Ariel yang baru saja tiba.“Hi, Harmony.” Ariel menyapa Hamony dengan senyuman—lalu berjalan menuju ke ruang kerjanya.Harmony segera mengikuti Ariel akibat rasa penasaran yang menggelora. “Wajahmu hari ini ceria sekali, Ariel. Ayo ceritakan padaku ada apa?” tanyanya ingin tahu alasan kecerian di wajah temannya itu.Ariel meletakan tasnya dan memakai jaket dokter sambil berkata, “Kemarin aku sudah bertemu dengan kedua orang tua Shawn. Aku juga bertemu dengan Savannah—adik perempua
“Tuan Kaya, aku sudah kenyang. Jangan suapi aku lagi.” Ariel menolak untuk menerima suapan Shawn lagi. Sudah berkali-kali Shawn menyuapinya agar banyak makan, bisa-bisa berat badannya langsung naik akibat kekasihnya itu.“Kau hanya makan sayur dan daging tanpa lemak saja. Itu masih kurang. Ayo buka mulutmu.” Shawn menyuapi udang ke mulut Ariel, memaksa kekasihnya itu untuk menerima suapannya. Dia kesal karena Ariel hanya memakan salad sayur dan juga daging tanpa lemak. Minum pun Ariel memilih air putih saja. Itu menandakan kekasihnya sedang diet.“Shawn, aku kenyang.”“Kenyang dari mana. Kau makan dikit sekali.”“Shawn, aku tidak mau banyak makan. Nanti bajuku tidak muat lagi.” “Kau terlalu berlebihan. Cepat buka mulutmu.”“Tuan Kaya—”“Kau ingin buka mulutmu atau aku akan menghukummu karena menolak suapanku.”Mata Ariel melebar. “Kau akan menghukumku apa, Tuan Kaya?” PlakkShawn menepuk pelan paha Ariel. “Hukuman yang membuatmu tidak bisa berjalan satu minggu. Cepat buka mulutmu.”
“Shawn, di mana celana dalamku? Kau melempar celana dalamku jauh sekali.” Ariel mengeluh sambil mencebikkan bibirnya sebal, menatap Shawn. Dia masih telanjang di balik selimut tebal. Sejak tadi dia mencari-cari celana dalam berenda miliknya, yang sudah dilempar Shawn, tapi malah tak ditemukan.“Pakailah pakaian barumu. Ada bra dan celana dalam baru. Aku sudah meminta sekretarisku untuk membelikan pakaian baru sekaligus bra dan celana dalam baru.” Shawn menyerahkan paper bag yang ada di tangannya pada Ariel. Pun pria itu memberikan kecupan di bibir Ariel yang mencebik.Sebelumnya, Shawn meminta pada sekretarisnya untuk mengantarkan pakaian baru serta pakaian dalam baru untuk Ariel. Jika ditanya ke mana dia melempar celana dalam Ariel, dia sedikit lupa. Tadi dia mencari-cari tapi tak menemukan. Pun dia berpikir lebih baik membeli pakaian dan pakaian dalam baru untuk sang kekasih.Ariel menerima paper bag di tangannya. “Tuan Kaya, kau sangat menyebalkan.”Shawn mencubit bibir Ariel yang
“Ck! Stanley, kau dari mana?! Kenapa kau malah melimpahkan tugas dari Grandpa padaku?!” Steve menyalang menatap tajam Stanley yang baru saja datang, tatapan matanya kesal pada saudara kembarnya itu.Batas kesabaran Steve seperti selembar tisu menghadapi Stanley. Dia pusing dengan urusannya sendiri. Sekarang dia harus pusing mengurus tugas dari kakeknya. Tapi sialnya saudara kembarnya malah kabur-kaburan.Stanley duduk dengan tenang sambil menuangkan wine dari botol ke gelas kosong. “Kau tidak usah terlalu pusing. Beban kita sudah berkurang. Project di Irlandia sudah diambil alih Shawn. Tadi aku mampir ke kantor Shawn.” Pria tampan itu menjawab sambil menyesap wine di tangannya.Mata Steve melebar tak percaya. “Shawn mengurus project di Irlandia? Kau yakin? Bukankah dia akan selalu marah kalau tugas Grandpa yang diberikan pada kita, dilimpahkan padanya?” tanyanya lagi.Steve tak mengerti bagaimana caranya Stanley berhasil membujuk Shawn. Padahal dia sangat mengenal sifat Shawn—saudara