Keheningan membentang dari dalam mobil. Belum ada kata yang terucap dari bibir Ariel ataupun Shawn. Ariel duduk di kursi tepat di samping kursi kemudi, dengan raut wajah yang muram—dengan sorot mata melemah.Bukan tamparan dari Malvia yang menyakitkan, tapi hinaan yang terlontar dari banyak orang, yang membuat hatinya sangatlah sakit. Dia tidak pernah mengira akan direndahkan di hadapan banyak orang, bahkan sampai diliput oleh wartawan.Mobil Shawn berhenti di halaman parkir apartemen di mana penthouse Shawn berada. Pria itu turun dari mobil sambil menggenggam tangan Ariel. Ya, tidak ada pemberontakan ataupun pembicaraan. Yang dilakukan Ariel hanya menurut ketika Shawn menarik tangannya. Saat tiba di penthouse Shawn, Ariel memilih untuk duduk di sofa kamar. Air mata wanita itu sudah tidak tertahankan. Dia menangis sesegukan di hadapan Shawn yang masih berdiri—menatap dirinya.“Kenapa kau selalu membiarkan orang-orang merendahkanmu, Ariel?!” geram Shawn dengan nada emosi.Ariel teris
*Kabar pagi ini datang dari Shawn Geovan—cucu laki-laki pertama di keluarga Geovan, dikabarkan murka pada wartawan yang menyudutkan kekasihnya. Kabar yang didengar Shawn Geovan menjalin hubungan dengan Ariel DiLaurentis—anak dari wanita simpanan Yuval DiLaurentis.* Ariel terdiam melihat berita yang muncul di televisi. Raut wajahnya berubah melihat berita yang ada di hadapannya. Wanita itu masih berada di penthouse Shawn. Dia menginap dan sekarang pun dia tidak masuk kerja atas permintaan Shawn.Ariel berencana ingin menonton televisi, karena demi suasana hatinya yang sedang tidak baik-baik saja. Akan tetapi, ketika televisi baru menyala, dia sudah dihadapkan dengan sajian berita. Shawn yang muncul langsung mematikan televisi yang sekarang menjadi pusat perhatian Ariel. “Berita murahan, tidak usah kau lihat.” Nada bicaranya menekankan, dan tak suka dibantah.Ariel terdiam dengan wajah yang muram dan sedih. Dia tidak berkata apa pun. Hanya diam membisu. Meskipun Shawn menerimanya, tap
*Ariel, kau beruntung sekali memiliki kekasih seperti Shawn Geovan. Ruang kerjamu penuh dengan bunga. Lol. Para wartawan tidak berhenti mengirimkanmu bunga. Sepertinya mereka semua ketakutan. Ah! Senangnya jadi dirimu. Kalau kau kenal pria seperti Shawn Geovan lagi dan masih single kenalkan padaku, ya? Nanti kekasihku yang di Tokyo akan aku tinggalkan, dengan alasan aku jenuh menjalin hubungan jarak jauh.* Ariel menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengembuskan napas panjang, di kala membaca pesan masuk dari Harmony. Temannya itu memang selalu saja konyol, dan kurang waras. Lihat saja dalam keadaan seperti ini, masih sempat mengatakan hal-hal seperti itu. Padahal Harmony sudah memiliki kekasih. Bahkan wanita itu sudah menjalin hubungan lama dengan kekasihnya bertahun-tahun lamanya. “Ariel? Kau sudah siap?” Shawn menghampiri Ariel yang berada di kamar.Ariel masih belum masuk bekerja atas permintaan Shawn. Pun hari ini tempatnya pria itu akan mengajak Ariel pergi. Entah, dia tidak tahu
Signal ponsel Ariel dan Shawn tidak ada. Berada di dekat gunung, membuat mereka kehilangan signal. Sepertinya Shawn sengaja mengajak Ariel camping, karena ingin memiliki waktu berkualitas dengan dokter cantik itu. Mereka menyaksikan jelas bagaimana matahari tenggelam. Sekarang langit telah gelap. Bulan dan bintang yang menjadi penghias dari langit yang megah. Api unggun sudah mulai dinyalakan oleh Shawn.Cuaca sangat dingin. Api unggun menjadi penolong mereka. Untungnya, Shawn membawa selimut tebal dan juga jaket khusus musim dingin. Persiapan pria tampan itu sangat matang. Tentu Shawn tidak mau sampai Ariel kedinginan. Tenda telah terpasang sempurna. Di tengah kegelapan api menjadi alat bantu Cahaya bagi Shawn dan Ariel. Mereka benar-benar berlibur. Signal di ponsel mereka saja tidak ada. Menandakan bahwa memang mereka diwajibkan untuk menikmati waktu bersama mereka, tanpa memedulikan orang luar di sana. Ariel menyandarkan kepalanya di lengan kekar Shawn. “Aku tidak pernah meny
Shawn mengumpat dalam hati mengingat kejadian bodoh tadi. Dia tidak pernah bermaksud melukai Ariel, tapi terlalu rumit untuknya menjelaskan tentang kegelisahan yang menyelimuti hatinya. Malam semakin larut. Shawn berada di luar tenda. Pria itu sengaja menjauh dari Ariel. Dia berharap sekarang Ariel sudah tertidur pulas. Dia tidak tega melihat wajah kekasihnya yang kecewa padanya.Shawn tahu pasti Ariel sakit hati dan merasa dirinya tak menginginkan wanita itu. Padahal ini bukan tentang menginginkan atau tidak. Jika ditanya, tentu saja Shawn sangat menginginkan itu. Shawn mengatur emosi dalam dirinya. Dia marah bukan pada Ariel, melainkan pada dirinya sendiri. Keadaan membuatnya mengingat akan sesuatu hal. Hal yang selalu berhasil membuatnya cemas. Shawn berbalik ke arah tenda, dia memutuskan segera menghampiri Ariel. Di tengah keadaan seperti ini, dia tidak mungkin bisa berlama-lama mneinggalkan Ariel. Dia berharap Ariel sudah tidur. Tapi jika belum, dia akan mencari cara untuk men
Shawn sudah berkali-kali menghubungi nomor Ariel, tapi berkali-kali juga wanita itu menolaknya. Kesabaran Shawn benar-benat diuji di sini. Pria itu mengumpat seraya mengemudikan mobil dengan kecepatan penuh.Benak Shawn dipenuhi rasa khawatir terjadi sesuatu pada Ariel. Jika saja dia tahu, Ariel akan keluar di tengah malam, sudah pasti dia akan mengurung wanita itu di kamarnya dan tak akan dia lepaskan.Shawn menatap letak posisi GPS ponsel Ariel. Lokasi wanita itu sudah tidak lagi berada di klub malam. Menurut titik, lokasi wanita itu berada di jalanan yang tak jauh dari posisi klub malam yang Ariel kunjungi.Shawn segera mengikuti jejak GPS ponsel Ariel. Lalu, tiba-tiba tatapannya teralih pada seorang wanita berpakaian seksi yang diganggu oleh dua pria. Shawn menyipitkan pandangannya—memastikan dengan benar siapa wanita itu.Seketika raut wajah Shawn berubah di kala melihat wanita berpakaian seksi adalah Ariel. Ya, dia tidak akan mungkin salah mengenali Ariel. Dengan cepat, dia turu
Ariel mengerjapkan mata beberapa kali di kala sudah terbangun dari tidurnya. Tubuh wanita itu terasa sangat pegal. Namun, dia merasakan geli nikmat di payudaranya. Dia mengalihkan pandangannya—menatap Shawn tengah mengisap puting payudaranya.“S-Shawn, akh, geli.” Ariel menjambak pelan rambut Shawn.Wanita itu tak mengira akan mendapatkan serangan dari Shawn di pagi hari. Entah sejak kapan pria itu mencumbu payudaranya. Pantas saja dia merasakan geli. Tapi, tak dipungkiri bahwa rasa geli itu telah bercampur dengan rasa nikmat.Shawn melepaskan cumbuannya, dan menatap Ariel. “Maaf membuatmu terbangun.”Ariel menyentil pelan kening Shawn. “Kau nakal sekali, Shawn. Tadi malam kau sudah banyak menyerangku.”“Aku sekarang tidak menyerangmu.”“Ck. Aku sedang tidur tapi kau malah menyisap payudaraku. Itu namanya kau menyerang!”“Aku hanya menyusu, Ariel. Aku butuh tenaga di pagi hari.” Shawn menjawab enteng, tanpa merasa bersalah sama sekali.Mata Ariel melebar mendengar apa yang Shawn katak
Ariel lelah luar biasa. Dia ingin sekali tidak masuk kerja. Tapi sayangnya, dia baru saja mendapatkan kabar kalau ada pasiennya yang dirawat di ruang rawat telah pindah ke ruang ICU. Ariel tidak enak kalau meminta Harmony menggantikannya. Apalagi sudah beberapa hari ini dia libur bekerja. Walaupun sebenarnya Shawn memintanya untuk lebih banyak istirahat, tapi wanita itu menolak permintaan Shawn. Dia lebih memilih untuk bekerja. Dia ingin bersikap professional menjalankan tugasnya dengan baik.“Ariel, kau yakin akan tetap bekerja?” Shawn menghampiri Ariel.Ariel menatap Shawn. “Iya, aku ingin tetap bekerja.”Shawn membelai pipi Ariel. “Baiklah. Aku akan mengantarmu.”Ariel menurut, dia melangkah keluar kamar menuju halaman parkir. Namun, di kala sudah tiba di halaman parkir—langkah kaki Ariel terhenti di kala dia merasakan saking di area titik sensitive-nya.Shawn hendak masuk ke dalam mobil, namun dia melihat Ariel meringis kesakitan. Tampak senyuman pria itu terlukis. Dia mengerti k