*Ariel, kau beruntung sekali memiliki kekasih seperti Shawn Geovan. Ruang kerjamu penuh dengan bunga. Lol. Para wartawan tidak berhenti mengirimkanmu bunga. Sepertinya mereka semua ketakutan. Ah! Senangnya jadi dirimu. Kalau kau kenal pria seperti Shawn Geovan lagi dan masih single kenalkan padaku, ya? Nanti kekasihku yang di Tokyo akan aku tinggalkan, dengan alasan aku jenuh menjalin hubungan jarak jauh.* Ariel menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengembuskan napas panjang, di kala membaca pesan masuk dari Harmony. Temannya itu memang selalu saja konyol, dan kurang waras. Lihat saja dalam keadaan seperti ini, masih sempat mengatakan hal-hal seperti itu. Padahal Harmony sudah memiliki kekasih. Bahkan wanita itu sudah menjalin hubungan lama dengan kekasihnya bertahun-tahun lamanya. “Ariel? Kau sudah siap?” Shawn menghampiri Ariel yang berada di kamar.Ariel masih belum masuk bekerja atas permintaan Shawn. Pun hari ini tempatnya pria itu akan mengajak Ariel pergi. Entah, dia tidak tahu
Signal ponsel Ariel dan Shawn tidak ada. Berada di dekat gunung, membuat mereka kehilangan signal. Sepertinya Shawn sengaja mengajak Ariel camping, karena ingin memiliki waktu berkualitas dengan dokter cantik itu. Mereka menyaksikan jelas bagaimana matahari tenggelam. Sekarang langit telah gelap. Bulan dan bintang yang menjadi penghias dari langit yang megah. Api unggun sudah mulai dinyalakan oleh Shawn.Cuaca sangat dingin. Api unggun menjadi penolong mereka. Untungnya, Shawn membawa selimut tebal dan juga jaket khusus musim dingin. Persiapan pria tampan itu sangat matang. Tentu Shawn tidak mau sampai Ariel kedinginan. Tenda telah terpasang sempurna. Di tengah kegelapan api menjadi alat bantu Cahaya bagi Shawn dan Ariel. Mereka benar-benar berlibur. Signal di ponsel mereka saja tidak ada. Menandakan bahwa memang mereka diwajibkan untuk menikmati waktu bersama mereka, tanpa memedulikan orang luar di sana. Ariel menyandarkan kepalanya di lengan kekar Shawn. “Aku tidak pernah meny
Shawn mengumpat dalam hati mengingat kejadian bodoh tadi. Dia tidak pernah bermaksud melukai Ariel, tapi terlalu rumit untuknya menjelaskan tentang kegelisahan yang menyelimuti hatinya. Malam semakin larut. Shawn berada di luar tenda. Pria itu sengaja menjauh dari Ariel. Dia berharap sekarang Ariel sudah tertidur pulas. Dia tidak tega melihat wajah kekasihnya yang kecewa padanya.Shawn tahu pasti Ariel sakit hati dan merasa dirinya tak menginginkan wanita itu. Padahal ini bukan tentang menginginkan atau tidak. Jika ditanya, tentu saja Shawn sangat menginginkan itu. Shawn mengatur emosi dalam dirinya. Dia marah bukan pada Ariel, melainkan pada dirinya sendiri. Keadaan membuatnya mengingat akan sesuatu hal. Hal yang selalu berhasil membuatnya cemas. Shawn berbalik ke arah tenda, dia memutuskan segera menghampiri Ariel. Di tengah keadaan seperti ini, dia tidak mungkin bisa berlama-lama mneinggalkan Ariel. Dia berharap Ariel sudah tidur. Tapi jika belum, dia akan mencari cara untuk men
Shawn sudah berkali-kali menghubungi nomor Ariel, tapi berkali-kali juga wanita itu menolaknya. Kesabaran Shawn benar-benat diuji di sini. Pria itu mengumpat seraya mengemudikan mobil dengan kecepatan penuh.Benak Shawn dipenuhi rasa khawatir terjadi sesuatu pada Ariel. Jika saja dia tahu, Ariel akan keluar di tengah malam, sudah pasti dia akan mengurung wanita itu di kamarnya dan tak akan dia lepaskan.Shawn menatap letak posisi GPS ponsel Ariel. Lokasi wanita itu sudah tidak lagi berada di klub malam. Menurut titik, lokasi wanita itu berada di jalanan yang tak jauh dari posisi klub malam yang Ariel kunjungi.Shawn segera mengikuti jejak GPS ponsel Ariel. Lalu, tiba-tiba tatapannya teralih pada seorang wanita berpakaian seksi yang diganggu oleh dua pria. Shawn menyipitkan pandangannya—memastikan dengan benar siapa wanita itu.Seketika raut wajah Shawn berubah di kala melihat wanita berpakaian seksi adalah Ariel. Ya, dia tidak akan mungkin salah mengenali Ariel. Dengan cepat, dia turu
Ariel mengerjapkan mata beberapa kali di kala sudah terbangun dari tidurnya. Tubuh wanita itu terasa sangat pegal. Namun, dia merasakan geli nikmat di payudaranya. Dia mengalihkan pandangannya—menatap Shawn tengah mengisap puting payudaranya.“S-Shawn, akh, geli.” Ariel menjambak pelan rambut Shawn.Wanita itu tak mengira akan mendapatkan serangan dari Shawn di pagi hari. Entah sejak kapan pria itu mencumbu payudaranya. Pantas saja dia merasakan geli. Tapi, tak dipungkiri bahwa rasa geli itu telah bercampur dengan rasa nikmat.Shawn melepaskan cumbuannya, dan menatap Ariel. “Maaf membuatmu terbangun.”Ariel menyentil pelan kening Shawn. “Kau nakal sekali, Shawn. Tadi malam kau sudah banyak menyerangku.”“Aku sekarang tidak menyerangmu.”“Ck. Aku sedang tidur tapi kau malah menyisap payudaraku. Itu namanya kau menyerang!”“Aku hanya menyusu, Ariel. Aku butuh tenaga di pagi hari.” Shawn menjawab enteng, tanpa merasa bersalah sama sekali.Mata Ariel melebar mendengar apa yang Shawn katak
Ariel lelah luar biasa. Dia ingin sekali tidak masuk kerja. Tapi sayangnya, dia baru saja mendapatkan kabar kalau ada pasiennya yang dirawat di ruang rawat telah pindah ke ruang ICU. Ariel tidak enak kalau meminta Harmony menggantikannya. Apalagi sudah beberapa hari ini dia libur bekerja. Walaupun sebenarnya Shawn memintanya untuk lebih banyak istirahat, tapi wanita itu menolak permintaan Shawn. Dia lebih memilih untuk bekerja. Dia ingin bersikap professional menjalankan tugasnya dengan baik.“Ariel, kau yakin akan tetap bekerja?” Shawn menghampiri Ariel.Ariel menatap Shawn. “Iya, aku ingin tetap bekerja.”Shawn membelai pipi Ariel. “Baiklah. Aku akan mengantarmu.”Ariel menurut, dia melangkah keluar kamar menuju halaman parkir. Namun, di kala sudah tiba di halaman parkir—langkah kaki Ariel terhenti di kala dia merasakan saking di area titik sensitive-nya.Shawn hendak masuk ke dalam mobil, namun dia melihat Ariel meringis kesakitan. Tampak senyuman pria itu terlukis. Dia mengerti k
*Tuan Kaya, hari ini aku memiliki jadwal operasi cukup padat. Kalau kau sibuk, kau tidak usah menjemputku. Aku pulang bersama Harmony saja atau nanti naik taksi. Jangan khawatir, Tuan Kaya, aku bisa menjaga diriku dengan baik.* Sebuah pesan singkat dari Ariel, membuat raut wajah Shawn berubah menjadi jengkel. Hari ini memang Ariel tidak membawa mobil, karena memang Shawn yang mengantarnya. Ya, hari ini Shawn tidak berada di Orlando Hospital, karena ada beberapa pekerjaan yang haruslah dia urus.Shawn yang kesal dan jengkel langsung menghubungi nomor telepon Ariel.“Iya, Tuan Kaya?” ujar Ariel terdengar dari seberang sana, di kala panggilan sudah terhubung. “Apa kau sudah gila, Ariel?” seru Shawn kesal.Kening Ariel mengerut dalam. “Tuan Kaya, kau ini menelepon kekasihmu bukannya mengeluarkan kata-kata manis, malah kau mengatakan aku gila. Menyebalkan sekali.” “Kau memang gila. Kenapa kau malah melarangku menjemputku. Di mana letak otakmu!” Ariel mendengkus. “Tuan Kaya, aku ini tid
Shawn masih bergeming di tempatnya. Kata-kata ayahnya masih terngiang di dalam benaknya. Ya, suasana menjadi hening, karena tak menyangka dengan cerita Sean. Pun selama ini Stella tidak pernah bercerita apa pun pada Shawn.“Ariel lahir bukan dari istri sah Yuval DiLaurentis. Ibu Ariel adalah sekretaris. Ibunya diperkosa oleh Yuval, sampai membuatnya mengandung Ariel. Kau tenang saja, Dad. Ariel membenci ayahnya. Selama ini dia pun tidak pernah mendatangi acara-acara keluarga DiLaurentis.”“Marga DiLaurentis terpaksa ada di belakang nama Ariel, karena bagaimanapun Ariel membutuhkan nama marga ayah. Setelah ibunya meninggal, dia diasuh oleh ayahnya dan ibu tirinya.” “Jika ada pemberitaan buruk tentang Ariel yang merupakan anak haram. Tolong kalian bijak. Ariel bukan anak haram. Ibunya pun tidak pernah mengganggu rumah tangga orang. Yang berengsek ayahnya.”Shawn menceritakan sedikit tentang kebusukan ayah Ariel. Dia tahu ke depannya, pasti akan pemberitaan di media yang mengatakan Arie