Home / Romansa / Holding On To You / 7. Bad Grazian

Share

7. Bad Grazian

Author: Yellowflies
last update Last Updated: 2021-06-07 14:16:07

Ada banyak pelarian yang bisa diambil untuk melepaskan penat, marah dan segala emosi. Sayangnya tak semua mengambil tempat pelarian yang tepat. Grazian salah satunya yang memilih menjadi nakal untuk melepaskan emosinya walau dia tahu tak pernah ada yang selesai dari jalan yang dipilihnya.

Semakin malam semakin ramai jalanan di tepi kota yang akan menjadi arena balap dadakan. Sekumpulan muda-muda membentuk dua kelompok di sisi kiri dan kanan jalan. Mendukung jagoan mereka masing-masing. Grazian sendiri tentu lebih mengandalkan Genta siswa SMA yang nasibnya hampir sama dengan Grazian. Punya orang tua tapi, terasa yatim piatu.

Gadis-gadis berpakaian seksi, celana pendek yang dipadu dengan tangtop ketat. Satu dari mereka bergelayut manja di lengan Grazian. Tidak tahu siapa namanya tapi, Grazian menikmati ketenarannya di antara para gadis. Membiarkan satu dari mereka menciumnya atau memberikannya minum. Grazian tidak turun ke jalan dia hanya akan mengawasi Genta Jagoannya mal ini.

Saat seorang gadis dengan syal merah turun ke tengah jalan dan mulai berhitung lalu melepas syal merah itu ke udara dua motor yang bersaing malam ini mulai melaju. Benar-benar mereka menikmati malam ini sebagai jiwa yang bebas. Mengklaim diri mereka adalah raja jalanan, menentang takdir Tuhan. Grazian sendiri duduk santai menunggu Genta sampai ke garis finish.

“Sayang malam ini free enggak?” tanya gadis itu manja sembari membelai rahang Grazian dengan sensual.

Menanggapi gadis asing yang baru pertama dikenalnya itu, Grazian tersenyum lantas mengecup bibirnya singkat. “Di tungguin mama, beib.”

“Iiiih… kok gitu sih padahalkan aku lagi pengen.” Rengek gadis berbaju merah super ketat itu.

Grazian terkekeh geli tapi, dia memang berencana akan langsung pulang setelah balapan selesai. Besok pagi masih ada kuliah, Merona akan marah jika dirinya bolos kuliah dan Grazian tidak suka jika Merona marah padanya. Pernah satu kali Merona marah karena Grazian kedapatan beberapa kali bolos kuliah lalu Merona mendiamkan dirinya berhari-hari. Menghadapi Merona yang tengah marah Grazian tak sanggup.

Sorak-sorai menyambut Genta yang memasuki garis finish. Grazian beranjak dari tempatnya untuk menghampiri Genta. Memberikan selamat sembari menjabat tangannya khas lelaki. “Bulan depan siap-siap lo.” Katanya kemudian.

“Oke bang!” Genta kemudian melirik lawannya yang usianya jauh lebih tua darinya. Mungkin sama-sama duduk di bangku kuliah. “Mana duitnya?”

Lelaki berambut berantakan itu menyerahkan segepok uang dengan jumlah tak sedikit pada Genta sambil bersungut marah. “Urusan kita belum selesai!”

“Iyain biar cepat.” Balas Genta.

Grazian melirik lawan Genta dengan tidak minat sesaat lalu kembali pada Genta dan teman-temannya. “Gue cabut duluan.”

“Lho bang, enggak ngikuti nongkrong?” tanya salah satu kawan Genta.

“Lain kali.” balas Grazian lalu berjalan ke tempat motornya berada. Bukannya untuk pulang ke apartemennya tapi, Grazian akan pulang ke apartemen Rachel. Ada hasrat yang harus dipuaskan.

Ajakan wanita sebelumnya tidak membuat Grazian berminat sebab tahu, jika wanita-wanita yang ada di kerumunan balap motor tersebut rata-rata bukan wanita yang aman untuk diajak bercinta. Grazian walaupun brengsek tapi, selalu memastikan lawan bercintanya bersih dan selalu main aman. Rachel adalah salah satunya. Gadis itu juga punya ketentuan ketika bercinta dengan pria. Grazian pada akhirnya menentukan sendiri aturan mainnya dan Rachel menyetujuinya.

Angin malam yang berhembus membuat Grazian menikmati perjalanannya menuju kediaman Rachel tapi, sebelum sampai dia membeli makanan lebih dahulu di kedai yang buka dua puluh empat jam setelahnya Grazian kembali memacu motornya dengan kecepatan penuh. Bisingnya seperti gaungan Singa yang marah. Tak lama Grazian akhirnya sampai, dia memarkirkan motornya di basement.

Dari basement Grazian masuk ke lift menekan angka sepuluh dimana unit Rachel berada. Gadis itu sudah menunggunya, terbukti ketika pintu diketuk Rachel langsung berlari menghampiri untuk membukakannya. Seperti yang sudah-sudah penampilan Rachel selalu menggoda.

“Aku bawa makanan.” Kata Grazian sembari menyodorkan kantong makanannya.

“Tapi, aku maunya makan kamu.” balas Rachel menggoda. Tangannya bergerak meraih pinggang Grazian, dengan kepala mendongak dia meminta Grazian untuk mencium bibirnya.

Santapan yang sempurna.” Kata Grazian di atas bibir Rachel.

Lalu yang terjadi setelahnya adalah malam panas mereka habiskan di atas ranjang milik Rachel. Dinding-dinding ruangan itu menjadi saksi bisu setiap erangan yang keluar dari dua insan yang bergelung nikmat di bawah selimut itu. Selalu panas dan menggairahkan setiap percintaan yang Grazian lakukan pada gadis manapun.

***

“PT Makmur Sejahtera adalah perusahan yang bergerak dibidang industri kimia yang berdampak pada lingkungan masyrakat. Dari kaidah hukum yang tertulis bahwa PT Makmur Sejahtera bersifat bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku dan juga melanggar hak subjektif orang.” Dosen wanita di depan para mahasiswa itu menjeda penjelasannya, lalu matanya menyisiri seisi kelas. “Grazian! Perbuatan melawan hukum meliputi beberapa hal, bisa sebutkan apa saja?”

Grazian langsung menegakan badannya. Menguap lebar kemudian dengan malas dia menjawab. “Perbuatan yang bertentangan dengan hak milik orang lain, perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan, yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri dan perbuatan yang bertentangan dengan kehati-hatian atau keharusan di dalam pergaulan masyarakat yang baik."

Jawaban Grazian diapresiasi. “Lain kali jangan tidur di kelas saya. Selanjutnya, perbuatan melanggar hukum memiliki tiga katagori. Pertama melawan hukum karena kesengajaan, kedua melawan hukum karena kelalain dan ketika, perbuatan hukum tanpa kesalahan atau tanpa kesengajaan dan kesalahan….”

Penjelasan panjang lebar dosen wanita tersebut pada akhirnya didengar samar-samar oleh Grazian yang mengantuk berat. Semalam setelah selesai bercinta dengan Rachel lelaki itu langsung pulang dipukul setengah enam pagi. Lalu mandi dan bersiap ke kampus. Grazian belum tidur lalu menjadikan kelas hukum perdata lahan tidurnya.

Sang dosen mulai sebal dengan Grazian, meskipun cerdas tapi, akhlak lelaki itu sangat buruk. Lagi sang dosen menjadikan Grazian sasarannya. “Grazian! sebutkan unsur-unsur perbuatan melawan hukum.”

“Bu, kenapa saya terus sih? Nanti saya tambah pinter, yang lain aja.” Jawab Grazian malas dengan kepalanya yang masih menempel di meja.

“Teman-teman sekelas kamu duduk tegak menyimak penjelasan saya dan kamu satu-satunya yang tidur….”

Belum selesai sang dosen bicara Grazian memotong. “Yang duduk tegak dan menyimak belum tentu mengerti bu. Ibu tanya aja sama mereka, pasti kayak orang linglung.”

“Saya tanyanya kamu, bukan mereka!”

“Saya jawab ya bu tapi, kalau benar saya hari ini keluar lebih cepat dari kelas ibu.”

“Tidak bisa begi…”

“Bisa dong kan saya bayar, ibu dapet gaji dari uang saya juga.”

Perdebatan antara Grazian dan dosennya menyita perhatian seisi kelas. Semua tahu kalau bad boy si cerdas yang tak punya akhlak. Mereka berani menjamin kalau Grazian pasti dikeluarkan dari kampus kalau bukan cucu dari donator terbesar di kampus. Apalagi kecerdasan Grazian juga tidak bisa disepelekan. Beberapa dosen sering berdebat dengannya. Sebagian mengerti dan menerima argument Grazian dengan lapang dada tapi, sebagain lagi tidak karena merasa tersaingi oleh mahasiswa mereka sendiri.

Dosen perempuan kebanyakan lebih memakai hati ketika meladeni Grazian dan berkakhir dengan mereka yang marah lalu mengusir Grazian dari kelas tapi, terkadang mereka tidak melakukan itu sebab tentu saja Grazian akan girang. Maka, pilihan dosen perdata itu adalah mengalah tak lagi mendebat Grazian dan membiarkan lelaki itu terlelap di sisa jam kelasnya. Setengah jam berikutnya kelas perdata selesai dan Grazian menjadi yang paling cepat keluar dari kelas. Dia mengirim pesan pada Merona meminta gadis itu untuk menemuinya di halaman belakang kampus saat jam makan siang.

Tapi, karena jam makan siang masih ada satu jam lagi Grazian memanfaatkan kesempatan itu untuk menggoda beberapa gadis yang lewat di depannya. Seperti biasa para gadis akan tersipu-sipu atas godaan Grazian. Seseorang menepuk pundaknya dengan keras.

“Anjing!” Grazian mengumpat pada pelakunya.

Daren terkekeh atas tindakan Grazian. “Gadang lagi lo semalam?”

“Hmm.”

“Sama Rachel? Berapa ronde?”

Grazian tak menjawab. Dia melengos pergi, lalu Daren mengikuti. “Rachel selalu tahu apa yang gue mau.”

“Kakek mau ketemu lo.” Akhirnya Daren menyuarakan maksudnya sejak awal. Mereka adalah sepupu. Daren tahu masalah apa yang dihadapai Grazian.

“Bilang ke kakek, temui gue sore ini di pemakaman nenek.”

Related chapters

  • Holding On To You   8. Merona

    Merona cemberut ketika Grazian memintanya mengantar lelaki itu ke perbatasan ibu kota menuju Heaven Hill salah satu pemakaman elit tempat dimana neneknya tidur tenang di sana. Selepas kelas Merona selesai Grazian langsung menghubungi gadis itu dan memintanya ke parkiran. Sekarang keduanya dalam perjalanan dengan Merona yang menjadi supirnya. Grazian? dia tidur di kursi sebelah sambil melipat tangan dan sandaran kursi yang direndahkan.“Dari sekian banyaknya hotel, mall dan rumah makan yang kakek punya kenapa kamu mintanya ketemu di pemakaman?” tanya Merona kesal. Tak habis pikir dengan jalan pikiran Grazian.“Kan sekalian ketemu nenek juga, sayang.”“Tapi, ini udah sore Zian. Bisa-bisa kita pulang kemaleman, aku ada tugas.”Grazian membuka matanya sebentar untuk melihat Merona yang menggerutu sambil mengendalikan kemudi mobil. “Fokus aja ke jalan Roo, ngocehnya nanti kalau udah sampai.”Sedan

    Last Updated : 2021-06-07
  • Holding On To You   9. Edelweiss

    Grazian membawa Merona jalan-jalan di salah satu pusat perbelanjaan untuk membeli makanan yang akan dibawa Merona saat kunjungan ke rumah sakit jantung esok hari. Langkah kaki Merona membeku ketika pandangan matanya menangkap sosok orang tuanya tengah berjalan menggandeng seorang anak kecil lelaki berusia tiga tahun dan ayahnya mendorong kereta bayi. Senyum jelas terlihat di wajah mereka. Lain halnya dengan hati Merona yang merasa dilupakan oleh orang tuanya sendiri.Grazian menyadari hal itu lantas menarik pundak Merona berniat membawa gadis itu menjauh dari hal yang menyakitinya tapi, Merona tak mau menurut. “Aku ingin mereka lihat aku, Zian.”“Roo, itu hanya akan menyakiti kamu. Ayo!”Tapi, Merona berjalan menghampiri. Grazian menghela nafas pada akhirnya memang Merona harus dibiarkan melihat kenyataan. Lelaki itu berjalan mengikuti Merona yang sudah berdiri di hadapan kedua orang tuanya. Mereka langsung berhenti melangkah begitu melih

    Last Updated : 2021-06-08
  • Holding On To You   10. Hadiah Kecil

    Merona ingat saat dirinya kecil dahulu, ketika merayakan ulang tahunnya bersama Pelangi. Ingatan yang pada akhirnya membawa perih, sebab sejak kecil selalu Pelangi yang didahulukan. Saat Merona meminta kue ulang tahunnya bertema unicorn tapi, yang ada hanya kue ulang tahun yang Pelangi mau dengan tema princess Disney Land. Merona mengalah saat ayahnya bilang kalau Pelangi sedang sakit.Bahkan pernah beberapa kali Merona tidak mendapat gaun ulang tahun dan juga hadiahnya. Bertahun-tahun hal itu terjadi sampai Merona tidak lagi merengek ini dan itu pada orang tuanya. Merona pendam sendiri sakit hatinya saat dibanding-bandingkan dengan Pelangi yang penurut, Pelangi yang cerdan dan Pelangi yang manis. Bahkan keluarga besarnya lebih suka Pelangi dibandingkan dirinya.Hal yang kemudian Merona syukuri adalah dirinya yang tak memiliki wajah serupa dengan Pelangi. Mereka bukan kembar identik yang sama persisi, hanya pada mata dan garis wajah saja yang serupa.

    Last Updated : 2021-06-08
  • Holding On To You   11. Pusat Perhatian

    Jika Merona tengah serius mendengarkan dan memperhatikan hal-hal apa saja yang dijelaskan oleh dokter yang membimbing kelompoknya di rumah sakit jantung maka, lain halnya dengan Grazian yang kini tengah memamerkan kehebatannya bermain basket sembari bertelanjang dada memberikan tontonan gratis untuk kaum hawa yang memekik memujanya. Semakin heboh teriakan mereka setiap kali Grazian berhasil menggiring bola basket masuk sempurna ke dalam ring. Terasa semakin seksi ketika lelaki itu mengelap peluhnya dengan punggung tangan, lalu menyugar rambutnya hingga keningnya terlihat membuat jantung para gadis berdebar-debar ingin mendaratkan satu kecupan manis di atas kening mulus itu. Grazian tentu saja menikmati popularitasnya, bahkan melemparkan kedipan genit pada sekumpulan gadis yang berdiri di pinggir lapangan setelah berhasil melempar kembali memasukan bola ke dalam ring. “Aaah! Grazian main mata ke gue!” pekik salah satu di antara mereka. “Mana ada? Sama gue kali, tuh! Senyum dia ke gue

    Last Updated : 2021-06-14
  • Holding On To You   12. Hujan Sore Hari

    Lebih dari apapun ada yang Grazian ingat dari setiap tetes hujan yang jatuh mencium bumi. Hujan yang sejuk dan membuat damai itu nyatanya tak pernah demikian bagi Grazian. Tidak sama sekali, Grazian tidak pernah menyukai hujan sebab hujan selalu berhasil membuat memori kelamnya kembali naik ke permukaan menyusup dan mengisi celah-celah kosong di hatinya. Terlebih lagi hujan sore ini diiringi dengan gemuruh bercampur kilat yang menyala di langit. Seperti anak kecil Grazian meringkuk dibalik selimut dengan telinga yang disumbat earphone mendengarkan kencangnya musik dalam volume suara seratus persen hanya untuk meredam suara kejam langit yang berteriak marah itu. Selain earphone, Grazian juga menutup telinga dengan bantal. Mencoba memejamkan matanya untuk sekedar membuat perasaannya tenang. Tapi, sekuat apapun Grazian berusaha meredam apa yang bergejolak dalam hati dan pikirannya tetap saja lelaki itu tak mampu. Kesal sebab suara musik rock yang diput

    Last Updated : 2021-06-18
  • Holding On To You   13. Pillow Talk

    Pukul dua belas malam lampu kamar masih menyala. Dari tempat tidur Grazian memperhatikan Merona yang menggunaka meja belajarnya untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Malam ini setelah makan malam Grazian menahan Merona di kamarnya, bahkan lelaki itu juga mengunci pintu kamarnya agar Merona tak bisa keluar. kelakuan Grazian yang seenaknya itulah yang sering membuat Merona kesal tapi, gadis itu masih bisa menahan diri untuk mengumpati lelaki yang bertelanjang dada itu. Saat Merona menutup laptopnya, senyum terbit di bibir Grazian. Tahu benar bahwa gadis itu sudah selesai dengan tugasnya. Merona tanpa bicara masuk ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci mukanya. Beruntung ada satu botol face wash miliknya yang tersedia di kamar mandi milik Grazian. Soal sikat gigi gadis itu mengambil kemasan baru dari dalam laci. Grazian senantiasa menunggu Merona sampai gadis itu keluar dari kamar mandi, lalu mengambil tempat di sisinya. Merona mendesak Grazian deng

    Last Updated : 2021-06-18
  • Holding On To You   14. Berbagi

    Di taman kampus gedung fakultas hukum Grazian duduk di atas rumput bersama Rachel. Di tangannya ada satu cup boba yang Rachel belikan untuk teman ranjangnya itu. "Habis dari mana lo?" Tanya Rachel sebab saat masuk kelas lelaki itu hampir datang terlambat."Cewek baru, lo tahu dia lebih gokil dari lo."Rachel terkekeh kecil. "Masa?"Sejenak Grazian merenungi segala petualangan hidupnya di atas ranjang bersama gadis-gadis. Lelaki itu menatap Rachel dari samping. "Lo pernah merasa bosan enggak sih dengan hidup yang gini-gini aja?""Gini-gini gimana maksud lo? Bukannya hidup kita seru ya? Bebas, enggak terkekang kayak kehidupan orang-orang.""Justru karena terlalu bebas, kayaknya kita enggak punya tujuan. Sekarang gue tanya, lulus nanti lo mau jadi apa?""Pengacara mungkin?""Masih mungkin enggak jelas," Grazian mendesah, lalu dia menyedot es bobanya dengan rakus. "Kayak gue harus lebih sering minum dan makan yang manis-manis. Pahit banget hidup, gue."Rachel kini mengamati Grazian. "Lo b

    Last Updated : 2022-06-22
  • Holding On To You   15. Tidak Sungguh

    Jika ditanya hal apa yang dibenci Grazian maka, jawabannya adalah masa lalunya. Grazian tak pernah suka jika seseorang bertanya tentang masa lalunya termasuk perihal keluarganya. Keduanya sangat berkaitan. Lelaki itu lahir karena sebuah kesalahan begitu ibunya menyebut lantang bahwa Grazian adalah sebuah kesalahan tapi, terpaksa harus dibesarkan untuk sebuah warisan keluarga. Ketika Grazian tumbuh orang tua justru sibuk berselingkuh dengan kekasih mereka masing-masing. Grazian kecil sering diabaikan. Orang tuanya pulang hanya membawa keributan besar di rumah mewahnya. Segala barang dibanting dan berisik, lalu mereka saling menyalahkan membawa-membawa nama Grazian dalam pertengkaran itu. Grazian adalah kesalahan, Grazian membuat kedua orang tuanya terisak, Grazian hadirnya tak pernah diinginkan dan banyak lagi penyesalan-penyelsaln yang keluar dari mulut orang tuanya tentang Grazian.Tak pernah ada yang baik-baik saja di balik dunia Grazian yang gemerlap. Percayalah semua itu hanya pel

    Last Updated : 2022-06-23

Latest chapter

  • Holding On To You   33. Sampai

    - 6 Tahun Kemudian - "Selamat pagi!" Merona hangat menyapa pada pasien pertamanya hari ini. Seorang wanita muda yang tengah berbadan dua. Datang bersama suaminya. Merona tersenyum tatkala dengan sigap sang suami menarik kursi untuk istrinya duduk. "Jadi apa yang ibu rasakan?" tanya Merona ramah. "Saya enggak merasakan apa-apa, tapi suami saya, Dok. Kan saya yang hamil, terus kenapa dia yang mual-mual dan ngidam?" Merona tersenyum mendengar penuturan si ibu muda tersebut, lanjut kembali dia menjelaskan. "Itu namanya kehamilan simpatik, atau disebut juga dengan sindrom Couvade. Walaupun bapaknya mual-mual dan ngidam itu enggak berbahaya." Sang suami menjawab. "Sebenarnya saya enggak masalah untuk hal tersebut, Dok. Saya dan istri datang ingin melihat buah hati pertama kami." "Baik," balas Merona. Lalu bertanya. "Apa sebelumnya sudah pernah melakukan pemeriksaan?" Mereka menggeleng. Kening Merona berkerut, melihat kondisi perut yang sudah besar tersebut. "USG belum pern

  • Holding On To You   32. Tanpa Tatap

    Masih ada dua jam lagi sebelum keberangkatannya. Grazian yang berada di kantor kakeknya untuk sebuah urusan itu, diam-diam menyusup pergi ke kediaman lama Merona. Pria itu yakin gadisnya ada di sana. Lolos dari beberapa pengawal yang menjaganya bukanlah hal yang mudah. Grazian bahkan harus menukar pakaiannya dengan office boy, lalu menutupi wajahnya dengan topi. Keluar dari pintu belakang, Grazian menyetop taksi di depan kantor kemudian.Jika sekarang Grazian tidak memaksakan dirinya bertemu Merona, maka Grazian khawatir tidak akan pernah ada lagi kesempatan bertemu Merona. Tahu benar bahwa kakeknya itu tidak main-main dengan segala rencananya. Pikiran Grazian tidak tenang selama dalam perjalanan, bagaimana dirinya ditinggalkan begitu saja oleh Merona ketika mereka telah membagi segala rasa. Kenyataan bahwa Grazian terlampau mencintai Merona tak terelakan begitu saja.Maka saat taxi berhenti di depan rumah Merona, pemuda itu langsung turun membuka gerbang rumah yang rupanya tidak diku

  • Holding On To You   31. Tak Pernah Cukup

    Melihat bagaimana bahagianya Merona membuat Grazian tidak mempermasalahkan dirinya yang sudah mual menaiki macam-macam wahana. Malam yang semakin larut membuat keduanya semakin dekat merapat. Kembang api diluncurkan ke langit. Letupan-letupan indah itu menjadi penutup malah hangat mereka. Kini keduanya sudah kembali ke apartemen membawa serta sisa-sisa tawa.“Aku enggak nyangka kalau kamu ketakutan naik wahan ekstrim,” ucap Merona mengingat beberapa kejadian yang membuat Grazian nyaris muntah.“Bukan takut Sayang, tapi pusing.”“Udah tua ya?”“Bisa aja kamu,” lalu Grazian membawa Merona duduk di atas pangkuannya. Merapatkan tubuh ideal itu padanya. “Besok aku pergi, Roo.”Mata Merona mengerjap, kaget mendengar pengakuan Grazian. Memang sebelum Merona tahu bahwa Grazian akan pergi selama liburan, tapi dia hanya tidak menyangkan akan secepat itu. “Aku kira lusa atau beberapa hari lagi.”“Aku pikir begitu, tapi tadi sore kakek minta aku pergi besok.”Merona tidak tahu harus menjawab apa.

  • Holding On To You   30. Senja dan Kamu

    Keseharian hidup Grazian dan Merona sangatlah jauh berbeda. Jika Grazian lebih suka keluyuran mencari tempat-tempat baru yang seru untuk nongkrong, Merona justru lebih senang menghabiskan waktunya belajar di kamar. Saat teman-temannya sibuk mengunggah segala kemewahan tempat dan makanan yang mereka nikmati ke sosial media, maka Merona hanya cukup dengan melihatnya. Bukan lantaran tidak ingin atau tidak tertarik, tapi ada hal yang lebih Merona prioritaskan yaitu belajar dengan baik lalu lulus kuliah segera.Merona ingin membuat Grazian bangga padanya sekaligus membuktikan pada kakek dan orang tuanya bahwa dia layak untuk Grazian. Kehidupan muda Merona hampir tidak seseru kawan-kawannya. Tidak banyak warna dalam dunianya, tapi kehadiran sosok Grazian sudah cukup memberinya pelangi. Perjuangan yang dilakukan Merona adalah semata-mata untuk bisa bertahan dengan Grazian, dan juga untuk hatinya sendiri.Maka saat duduk berdua seperti sekarang bersama Grazian adalah hal yang tak akan Merona

  • Holding On To You   29. Jalan

    Merona takjub dengan perubahan yang terjadi pada Grazian. Hari ke hari cowok yang terkenal brengsek itu semakin menunjukkan kebaikannya. Tidak lagi bergelut panas dari ranjang ke ranjang lainnya. Tidak juga mengadu motor di jalanan. Grazian fokus dengan kuliahnya. Belajar, lalu mengurus kedai kopi miliknya dan sesekali datang menemui kakeknya untuk mengurus bisnis yang akan wariskan padanya. Jelas saja apa yang dilakukan Grazian membuat Merona senang tanpa ragu mengembangkan senyum bangganya. Hari-harinya saat menjalani ujian Grazian lebih rajin datang ke perpustakaan untuk belajar dan meminjam beberapa buku. Tak jarang Grazian juga ikut belajar kelompok bersama teman-temannya. Hal yang hampir tidak pernah dilakukan sebelumnya. Saat selesai ujian cowok itu akan bercerita pada Merona bahwa dia bisa mengerjakan soalnya dengan lancar bahkan mempunyai keyakinan kalau nilainya akann sangat bagus. Merona percaya itu karena sejatinya Grazian sangat cerdas, hanya saja tertutup oleh malasnya

  • Holding On To You   28. Mengutarakan

    Sepulang kuliah Merona dikagetkan dengan kedatangan ayahnya yang menunggu di lobi apartemen. Entah itu bagian dari rencana kakek atau tidak, yang jelas Merona selalu was-was bertemu ayahnya. Perasaannya berkecamuk antara benci dan juga sayang sebagai anak. Sisa-sisa rasa sakit hati itu masih subur tumbuh di hatinya. Sekuat apapun Merona membuangnya namun saat berhadapan langsung seperti sekarang hatinya kembali perih.Meski perih Merona tetap mendekat. “A-ayah ada apa kemari?” “Apa tidak boleh seorang Ayah datang untuk melihat kondisi putrinya?”Boleh-boleh saja. Tak ada yang salah dengan kunjungan Haris hari ini, tapi seandainya hal itu dilukakan lebih cepat mungkin Merona akan senang hati menerima kehadiran pria itu. Hanya saja yang tersisa sekarang adalah luka. “Kalau saja Ayah datang lebih cepat, mungkin aku akan senang.”“Roo, apa sesulit itu memaafkan orang tuamu sendiri?”Genangan air mata sudah siap tumpah dari pelupuk. Merona menatap ayahnya dengan pandangan kabur. “Apa ses

  • Holding On To You   27. Isi Pikiran

    Merona senang dan merasa sangat bahagia bisa terus bersama Grazian. Setidaknya selagi dirinya bisa. Kabar perihal rencana kepergian Grazian ke Macau adalah ketakutan Merona. Seyakin dirinya pada tindakan kakek. Pria tua memang sudah terlalu lama baik pada dirinya dengan tetap membiarkan Merona tinggal bersama Grazian. Setelah semua kebaikan itu, mesti ada sesuatu yang harus Merona bayar.Seperti siang ini Merona tak menyangka kakek memintanya bertemu di sebuah restoran dengan ruangan privat. Saat Merona masuk dengan diantar pramusaji, dia sudah melihat kakek duduk santai menikmati hidangan yang disajikan. Kakek melihat kedatangannya, lalu memintanya segera duduk.“Duduklah,” pintanya dengan suara tua yang khas.Merona menarik kursi untuknya duduk di hadapan kakek. Sajian makanan yang sudah tersedia tak cukup mampu menggugah seleranya. Merona tak pernah berani membuka pembicaraan dengan kakek. Sejak dulu dia takut pada kakek yang sering kali menatapnya sinis.“Grazian sudah memberitahu

  • Holding On To You   26. Level

    Bagi hampir sebagain orang berpasangan dengan seseorang yang sesuai level mereka adalah keharusan. Entah itu secara kecerdasan, gelar atau pun kekayaan. Pentingnya bukan hanya untuk memperkuat status sosial mereka, tapi juga untuk mencegah rasa minder dari pasangan tersebut. Seperti yang dilakukan oleh Danisha—wanita yang sudah melahirkan Darren. Benar memang bahwa Darren sudah bertunangan, namun bagi Danisha untuk merestui sampai ke jenjang pernikahan jelas tidak akan terjadi.Sepulang dari gala dinner, Darren duduk di teras rumah sederhana Alesha. Ayahnya gadis itu adalah seorang kepala sekolah SMP dan ibunya seorang penjahit. Meski kehidupan Alesha tidak kekurangan, namun di mata Danisha tidak kekurangan saja belum cukup. Darren dibuat galau malam ini setelah dipertemukan dengan Angela. Terlebih lagi kakek Alesha adalah orang yang tak pernah disukai Danisha. “Kopinya,” ujar Alesha menyuguhkan secangkir kopi hitam buatan tangannya sendiri.Darren tersenyum menatap tunangannya itu. “

  • Holding On To You   25. Sahabat

    Merona menghela nafas lega tatkala yang berdiri di hadapannya adalah Hanna. Cewek itu sudah tahu perihal hubungannya dengan Grazian, tapi Hanna tetap merasa tidak nyaman ketika melihat Merona bersama Grazian. Pandangan mata Hanna pada Grazian sangat tajam. “Lo kalau berani nyakitin Merona, gue potong burung lo dua kali. Sampai ke akarnya!” ucapnya memperingati Grazian. Apa yang baru saja Hanna katakan membuat Grazian ngeri sekaligus tersenyum kikuk. “Hehehe... Iya.”Hanna lalu memijat keningnya. “Aduh, pusing gue menghadapi kenyataan ini,” katanya lalu pergi begitu saja. Merona dan Grazian saling berpandangan dan terkekeh kemudian. “Itu enggak apa-apa dia tahu?”“Dia justru tahu duluan tanpa aku kasih tahu,” jawab Merona. “Dia hapal sama tas yang aku pakai.”Mereka keluar dari perpustakaan setelah mendapatkan beberapa buku yang Merona butuhkan. Saat keduanya keluar mereka melihat Hanna yang sedang membeli cilok. Merona tersenyum tipis melihat hal itu. Saat Merona dan Grazian mendek

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status