Home / Romansa / Holding On To You / 6. Sisi Manja

Share

6. Sisi Manja

Author: Yellowflies
last update Last Updated: 2021-06-06 07:50:28

Grazian melempar jaketnya yang kotor secara asal ke sofa dan Merona melihat itu. Kesal memang tapi, gadis itu sedang tidak ingin berdebat. “Roo tadi aku disiram sama mantan yang enggak tahu keberapa. Jaket aku yang dari kamu jadi kotor." Katanya mengadu pada Merona.

“Bagus deh, itu artinya mantan kamu itu lebih punya otak dibanding cewek-cewek kamu yang lainnya.”

Tanggapan Merona membuat Grazian jadi kesal dan cemberut. Lelaki itu memeluk Merona dari samping. “Kok tega sih ngomongnya? Aku enggak suka ya kamu kayak gitu sama aku.”

“Iiih! Zian lepas! Itu baju kamu kotor, rambut kamu juga tuh bau kopi!”

"Enggak mau," Grazian semakin mengeratkan pelukannya. "Minta maaf dulu Roo karena kamu udah ngomong enggak sopan sama aku barusan."

Merona menghela nafas. Tugasnya masih banyak jika tidak menuruti kemauan Grazian maka lelaki itu tidak akan melepaskannya. Sebagai makhluk waras Merona lebih memilih mengalah.

"Maaf ya Zian. Sekarang kamu mandi ya terus simpan baju kotornya di keranjang cucian. Jangan dilempar kemana aja."

“Ya udah deh aku mandi!” Grazian menjauh dari Merona tapi, belum berniat beranjak. “Masakin aku tumis kacang merah dong, pake sisiran daging tipis-tipis.”

“Iya, sekarang kamu mandi.”

Grazian tersenyum senang lalu dengan cepat menicum pipi Merona sebelum berlari ke kamarnya sendiri. Hanya Merona yang bisa melihat sisi manja Grazian, pun sebaliknya hanya Grazian yang bisa melihat sisi manja Merona. Mereka saling melengkapi tapi, juga saling menutupi. Hanya pada sebatas kata selama masih bisa bersama maka, mereka akan tetap bersama.

Meninggalkan laptonya di ruang tamu, Merona beranjak ke dapur untuk membuatkan Grazian makan siang menjelang sore seperti apa yang lelaki itu mau. Kadang saat sedang memasak atau saat sedang sendiri Merona berpikir bahwa hidupnya selama ini sangat menderita tapi, di jalanan sana Merona sering kali melihat masih banyak yang kurang beruntung dari dirinya.

Beberpa menit kemudian Grazian sudah keluar dari kamar dengan kaos dan juga celana pendeknya. Handuk kecil dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya. Grazian duduk di kursi makan memperhatikan Merona. “Aku mau lihat nilai-nilai kamu semester ini, Roo.”

“Ada di laptop.”

Grazian juga selalu memantau nilai-nilai Merona. Memastikan bahwa gadis itu belajar dengan baik. Berpindah tempat duduk, Grazian menempati tempat yang semula Merona tempati. Duduk lesehan di atas karpet berbulu menghadap laptop. Grazian masuk ke situs akademik milik Merona untuk melihat perkembangan nilai gadis itu.

“Kamu mau makan di meja makan apa di sana?”

“Di sini. Disuapin.”

Merona yang pada akhirnya bertindak lebih dewasa dari Grazian dalam urusan rumah dan mengurus lelaki itu. Menyiapkan makanan, termasuk menyuapinya. Mencuci baju-baju mereka dan juga membersihkan apartemen. Grazian tidak bisa diandalkan dalam urusan kebersihan tempat tinggal mereka tapi, Grazian bisa diandalkan untuk urusan lainnya. Seperti biaya bulanan listrik, air dan kuliah.

“MK pak Budi kenapa kamu dapet B?” tanya Grazian begitu Merona duduk di sisinya.

“Pak Budi itu enggak pernah kasih nila A ke siswa mana pun, Zian. Katanya A itu terlalu sempurna sedangkan manusia enggak ada yang sempurna.”

“Dokter gemblung.” Kata Grazian tekekeh. “Ayo suapin, sayang.”

Merona mulai menyuapi Grazian, membiarkan mulut lelaki itu penuh. “Lusa aku ada kunjungan ke rumah sakit jantung sama teman-teman sekelas.”

“Bayarnya udah kan?”

“Udah tapi, aku kehabisan uang jajan.”

Grazian melirik Merona, menarik hidung mancung gadis itu. “Tumben banget belum akhir bulan udah habis.”

“Aku kemarin beli beberapa alat kesehatan yang udah mulai rusak.”

“Mau berapa?”

“Dua juta, boleh?”

Grazian merogok saku celananya untuk mengambil ponselnya. Dia mengirim uang ke rekening Merona lewar mobile banking. Lalu menunjukkan transaksinya pada Merona. “Ini sudah ya.”

“Kok lima juta? Aku kan cuma minta dua juta.”

“Upah buat masakan kamu hari ini yang enak banget dan upah karena udah nyuapin aku. Hehehe.”

Terkesan saling memanfaatkan tapi, memang benar adanya.

***

 Saat malam kian gelap Grazian sudah siap dengan jaket kulitnya. Wangi tubuhnya pun menyeruak memanjakan indra penciuman Merona. Gadis itu melirik Grazian yang sudah rapi. Merona tidak perlu bertanya kemana akan pergi lelaki itu tapi, Grazian selalu membuat laporan lebih dahulu pada Merona.

“Aku mau nongkrong, ada balapan malam ini. Kamu enggak usah ikut, diem di sini dan belajar yang rajin.” Katanya jenaka, lalu mengusap puncak kepala Merona dengan lembut.

“Emang siapa juga yang mau ikut tapi, ingat ya besok kamu ada jam kuliah. Jangan bolos.”

“Cium dulu deh kalau gitu, baru aku enggak bolos.” pinta Grazian sembari memajukan bibirnya ke hadapan Merona.

“Udah sana pergi!” Merona mengusir Grazian tapi, lelaki itu menarik Merona sampai berdiri dari tempat duduknya. “Zian! Lepas deh.”

Tidak mengindahkan perkataan Merona hal yang kemudian Grazian lalukan adalah mencium manis bibir gadis itu seperti yang sudah-sudah. Saat terjadi sentuhan intim seperti sekarang ini jantung Merona selalu berdetak lebih cepat dari biasanya dan membuat perasaan cintanya pada Grazian kian mendalam. Hanya saja Grazian selalu tahu kapan mengakhiri ciuman dengan Merona, juga tahu kapan membatasi perasaan gadis itu agar tak keluar dari mulut manisnya.

Grazian belum atau tidak akan pernah siap mendengar kata-kata cinta dari Merona. Takut dirinya tak sanggup membalas tapi, juga tak mau kehilangan. Masih menikmati manis bibir Merona, kini tangan Grazian menyusup masuk ke dalam piama yang dikenakan Merona. Halus kulit punggung itu membuat Grazian tersenyum disela-sela ciumannya. “Aku pergi dulu, jangan tidur larut malam.” Katanya setelah melepaskan ciumannya dari Merona.

Tanpa melihat keadaan Merona setelah diciumnya, Grazian langsung keluar. lain halnya dengan Merona yang memegangi dadanya. Bukan detak karena gembira tapi, denyut sakit karena Grazian yang tak pernah tegas dengan perasaannya, juga menyalahkan diri yang belum sanggup pergi dari hidup Grazian. Perasaan sakit inilah yang harus ditanggungnya jika masih ingin tetap bersama Grazian.

Ingatannya membawa Merona pada kejadian beberapa tahun yang lalu ketika mereka masih duduk di bangku SMA. Saat itu di taman sekolah mereka duduk berdua menikmati roti yang dibagi menjadi dua. Seluruh sekolah yakin bahwa mereka mempunyai hubungan asmara dan itu membuat iri semuanya. Sayangnya apa yang nampak di luar tak selalu sama dengan di dalam.

Hari itu juga Grazian tiba-tiba saja berkata. “Roo, jangan jatuh cinta sama aku untuk sekarang ataupun nanti.”

“Kenapa? Kamu kan baik, Zian.”

“Kalau kamu jatuh cinta sama aku, hal yang aku takutkan adalah aku yang enggak bisa membalas perasaan kamu dan menyakiti kamu, lalu kamu pergi dari kehidupan aku dan aku enggak mau itu terjadi.”

“Itu namanya egois Zian, lagi pula perasaan seseorang itu tidak bisa diatur-atur.”

“Iya aku tahu tapi, saat kamu punya perasaan cinta ke aku, tolong jangan pernah bilang Roo. Jangan sekalipun dan enggak usah tanya kenapa. Mengerti?”

“Iya, Zian.”

Padahal hari itu juga Merona sudah mulai menyadari perasaannya terhadap Grazian. Merona akhirnya tetap memilih bungkam membenarkan perkataan Grazian yang jika dirinya mengatakan cinta bisa saja mereka saling menjauh dan Merona juga seperti Grazian yang tak sanggup jika harus berjauhan. Apalagi hanya Grazians satu-satunya tumpuan hidup Merona.

***

Terima kasih untuk yang membaca Grazian dan Merona sampai sejauh ini. Jangan lupa kasih komentarnya ya seberapa brengseknya Grazian.

Related chapters

  • Holding On To You   7. Bad Grazian

    Ada banyak pelarian yang bisa diambil untuk melepaskan penat, marah dan segala emosi. Sayangnya tak semua mengambil tempat pelarian yang tepat. Grazian salah satunya yang memilih menjadi nakal untuk melepaskan emosinya walau dia tahu tak pernah ada yang selesai dari jalan yang dipilihnya.Semakin malam semakin ramai jalanan di tepi kota yang akan menjadi arena balap dadakan. Sekumpulan muda-muda membentuk dua kelompok di sisi kiri dan kanan jalan. Mendukung jagoan mereka masing-masing. Grazian sendiri tentu lebih mengandalkan Genta siswa SMA yang nasibnya hampir sama dengan Grazian. Punya orang tua tapi, terasa yatim piatu.Gadis-gadis berpakaian seksi, celana pendek yang dipadu dengan tangtop ketat. Satu dari mereka bergelayut manja di lengan Grazian. Tidak tahu siapa namanya tapi, Grazian menikmati ketenarannya di antara para gadis. Membiarkan satu dari mereka menciumnya atau memberikannya minum. Grazian tidak turun ke jalan dia hanya akan mengawasi Genta Ja

    Last Updated : 2021-06-07
  • Holding On To You   8. Merona

    Merona cemberut ketika Grazian memintanya mengantar lelaki itu ke perbatasan ibu kota menuju Heaven Hill salah satu pemakaman elit tempat dimana neneknya tidur tenang di sana. Selepas kelas Merona selesai Grazian langsung menghubungi gadis itu dan memintanya ke parkiran. Sekarang keduanya dalam perjalanan dengan Merona yang menjadi supirnya. Grazian? dia tidur di kursi sebelah sambil melipat tangan dan sandaran kursi yang direndahkan.“Dari sekian banyaknya hotel, mall dan rumah makan yang kakek punya kenapa kamu mintanya ketemu di pemakaman?” tanya Merona kesal. Tak habis pikir dengan jalan pikiran Grazian.“Kan sekalian ketemu nenek juga, sayang.”“Tapi, ini udah sore Zian. Bisa-bisa kita pulang kemaleman, aku ada tugas.”Grazian membuka matanya sebentar untuk melihat Merona yang menggerutu sambil mengendalikan kemudi mobil. “Fokus aja ke jalan Roo, ngocehnya nanti kalau udah sampai.”Sedan

    Last Updated : 2021-06-07
  • Holding On To You   9. Edelweiss

    Grazian membawa Merona jalan-jalan di salah satu pusat perbelanjaan untuk membeli makanan yang akan dibawa Merona saat kunjungan ke rumah sakit jantung esok hari. Langkah kaki Merona membeku ketika pandangan matanya menangkap sosok orang tuanya tengah berjalan menggandeng seorang anak kecil lelaki berusia tiga tahun dan ayahnya mendorong kereta bayi. Senyum jelas terlihat di wajah mereka. Lain halnya dengan hati Merona yang merasa dilupakan oleh orang tuanya sendiri.Grazian menyadari hal itu lantas menarik pundak Merona berniat membawa gadis itu menjauh dari hal yang menyakitinya tapi, Merona tak mau menurut. “Aku ingin mereka lihat aku, Zian.”“Roo, itu hanya akan menyakiti kamu. Ayo!”Tapi, Merona berjalan menghampiri. Grazian menghela nafas pada akhirnya memang Merona harus dibiarkan melihat kenyataan. Lelaki itu berjalan mengikuti Merona yang sudah berdiri di hadapan kedua orang tuanya. Mereka langsung berhenti melangkah begitu melih

    Last Updated : 2021-06-08
  • Holding On To You   10. Hadiah Kecil

    Merona ingat saat dirinya kecil dahulu, ketika merayakan ulang tahunnya bersama Pelangi. Ingatan yang pada akhirnya membawa perih, sebab sejak kecil selalu Pelangi yang didahulukan. Saat Merona meminta kue ulang tahunnya bertema unicorn tapi, yang ada hanya kue ulang tahun yang Pelangi mau dengan tema princess Disney Land. Merona mengalah saat ayahnya bilang kalau Pelangi sedang sakit.Bahkan pernah beberapa kali Merona tidak mendapat gaun ulang tahun dan juga hadiahnya. Bertahun-tahun hal itu terjadi sampai Merona tidak lagi merengek ini dan itu pada orang tuanya. Merona pendam sendiri sakit hatinya saat dibanding-bandingkan dengan Pelangi yang penurut, Pelangi yang cerdan dan Pelangi yang manis. Bahkan keluarga besarnya lebih suka Pelangi dibandingkan dirinya.Hal yang kemudian Merona syukuri adalah dirinya yang tak memiliki wajah serupa dengan Pelangi. Mereka bukan kembar identik yang sama persisi, hanya pada mata dan garis wajah saja yang serupa.

    Last Updated : 2021-06-08
  • Holding On To You   11. Pusat Perhatian

    Jika Merona tengah serius mendengarkan dan memperhatikan hal-hal apa saja yang dijelaskan oleh dokter yang membimbing kelompoknya di rumah sakit jantung maka, lain halnya dengan Grazian yang kini tengah memamerkan kehebatannya bermain basket sembari bertelanjang dada memberikan tontonan gratis untuk kaum hawa yang memekik memujanya. Semakin heboh teriakan mereka setiap kali Grazian berhasil menggiring bola basket masuk sempurna ke dalam ring. Terasa semakin seksi ketika lelaki itu mengelap peluhnya dengan punggung tangan, lalu menyugar rambutnya hingga keningnya terlihat membuat jantung para gadis berdebar-debar ingin mendaratkan satu kecupan manis di atas kening mulus itu. Grazian tentu saja menikmati popularitasnya, bahkan melemparkan kedipan genit pada sekumpulan gadis yang berdiri di pinggir lapangan setelah berhasil melempar kembali memasukan bola ke dalam ring. “Aaah! Grazian main mata ke gue!” pekik salah satu di antara mereka. “Mana ada? Sama gue kali, tuh! Senyum dia ke gue

    Last Updated : 2021-06-14
  • Holding On To You   12. Hujan Sore Hari

    Lebih dari apapun ada yang Grazian ingat dari setiap tetes hujan yang jatuh mencium bumi. Hujan yang sejuk dan membuat damai itu nyatanya tak pernah demikian bagi Grazian. Tidak sama sekali, Grazian tidak pernah menyukai hujan sebab hujan selalu berhasil membuat memori kelamnya kembali naik ke permukaan menyusup dan mengisi celah-celah kosong di hatinya. Terlebih lagi hujan sore ini diiringi dengan gemuruh bercampur kilat yang menyala di langit. Seperti anak kecil Grazian meringkuk dibalik selimut dengan telinga yang disumbat earphone mendengarkan kencangnya musik dalam volume suara seratus persen hanya untuk meredam suara kejam langit yang berteriak marah itu. Selain earphone, Grazian juga menutup telinga dengan bantal. Mencoba memejamkan matanya untuk sekedar membuat perasaannya tenang. Tapi, sekuat apapun Grazian berusaha meredam apa yang bergejolak dalam hati dan pikirannya tetap saja lelaki itu tak mampu. Kesal sebab suara musik rock yang diput

    Last Updated : 2021-06-18
  • Holding On To You   13. Pillow Talk

    Pukul dua belas malam lampu kamar masih menyala. Dari tempat tidur Grazian memperhatikan Merona yang menggunaka meja belajarnya untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Malam ini setelah makan malam Grazian menahan Merona di kamarnya, bahkan lelaki itu juga mengunci pintu kamarnya agar Merona tak bisa keluar. kelakuan Grazian yang seenaknya itulah yang sering membuat Merona kesal tapi, gadis itu masih bisa menahan diri untuk mengumpati lelaki yang bertelanjang dada itu. Saat Merona menutup laptopnya, senyum terbit di bibir Grazian. Tahu benar bahwa gadis itu sudah selesai dengan tugasnya. Merona tanpa bicara masuk ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci mukanya. Beruntung ada satu botol face wash miliknya yang tersedia di kamar mandi milik Grazian. Soal sikat gigi gadis itu mengambil kemasan baru dari dalam laci. Grazian senantiasa menunggu Merona sampai gadis itu keluar dari kamar mandi, lalu mengambil tempat di sisinya. Merona mendesak Grazian deng

    Last Updated : 2021-06-18
  • Holding On To You   14. Berbagi

    Di taman kampus gedung fakultas hukum Grazian duduk di atas rumput bersama Rachel. Di tangannya ada satu cup boba yang Rachel belikan untuk teman ranjangnya itu. "Habis dari mana lo?" Tanya Rachel sebab saat masuk kelas lelaki itu hampir datang terlambat."Cewek baru, lo tahu dia lebih gokil dari lo."Rachel terkekeh kecil. "Masa?"Sejenak Grazian merenungi segala petualangan hidupnya di atas ranjang bersama gadis-gadis. Lelaki itu menatap Rachel dari samping. "Lo pernah merasa bosan enggak sih dengan hidup yang gini-gini aja?""Gini-gini gimana maksud lo? Bukannya hidup kita seru ya? Bebas, enggak terkekang kayak kehidupan orang-orang.""Justru karena terlalu bebas, kayaknya kita enggak punya tujuan. Sekarang gue tanya, lulus nanti lo mau jadi apa?""Pengacara mungkin?""Masih mungkin enggak jelas," Grazian mendesah, lalu dia menyedot es bobanya dengan rakus. "Kayak gue harus lebih sering minum dan makan yang manis-manis. Pahit banget hidup, gue."Rachel kini mengamati Grazian. "Lo b

    Last Updated : 2022-06-22

Latest chapter

  • Holding On To You   32. Tanpa Tatap

    Masih ada dua jam lagi sebelum keberangkatannya. Grazian yang berada di kantor kakeknya untuk sebuah urusan itu, diam-diam menyusup pergi ke kediaman lama Merona. Pria itu yakin gadisnya ada di sana. Lolos dari beberapa pengawal yang menjaganya bukanlah hal yang mudah. Grazian bahkan harus menukar pakaiannya dengan office boy, lalu menutupi wajahnya dengan topi. Keluar dari pintu belakang, Grazian menyetop taksi di depan kantor kemudian.Jika sekarang Grazian tidak memaksakan dirinya bertemu Merona, maka Grazian khawatir tidak akan pernah ada lagi kesempatan bertemu Merona. Tahu benar bahwa kakeknya itu tidak main-main dengan segala rencananya. Pikiran Grazian tidak tenang selama dalam perjalanan, bagaimana dirinya ditinggalkan begitu saja oleh Merona ketika mereka telah membagi segala rasa. Kenyataan bahwa Grazian terlampau mencintai Merona tak terelakan begitu saja.Maka saat taxi berhenti di depan rumah Merona, pemuda itu langsung turun membuka gerbang rumah yang rupanya tidak diku

  • Holding On To You   31. Tak Pernah Cukup

    Melihat bagaimana bahagianya Merona membuat Grazian tidak mempermasalahkan dirinya yang sudah mual menaiki macam-macam wahana. Malam yang semakin larut membuat keduanya semakin dekat merapat. Kembang api diluncurkan ke langit. Letupan-letupan indah itu menjadi penutup malah hangat mereka. Kini keduanya sudah kembali ke apartemen membawa serta sisa-sisa tawa.“Aku enggak nyangka kalau kamu ketakutan naik wahan ekstrim,” ucap Merona mengingat beberapa kejadian yang membuat Grazian nyaris muntah.“Bukan takut Sayang, tapi pusing.”“Udah tua ya?”“Bisa aja kamu,” lalu Grazian membawa Merona duduk di atas pangkuannya. Merapatkan tubuh ideal itu padanya. “Besok aku pergi, Roo.”Mata Merona mengerjap, kaget mendengar pengakuan Grazian. Memang sebelum Merona tahu bahwa Grazian akan pergi selama liburan, tapi dia hanya tidak menyangkan akan secepat itu. “Aku kira lusa atau beberapa hari lagi.”“Aku pikir begitu, tapi tadi sore kakek minta aku pergi besok.”Merona tidak tahu harus menjawab apa.

  • Holding On To You   30. Senja dan Kamu

    Keseharian hidup Grazian dan Merona sangatlah jauh berbeda. Jika Grazian lebih suka keluyuran mencari tempat-tempat baru yang seru untuk nongkrong, Merona justru lebih senang menghabiskan waktunya belajar di kamar. Saat teman-temannya sibuk mengunggah segala kemewahan tempat dan makanan yang mereka nikmati ke sosial media, maka Merona hanya cukup dengan melihatnya. Bukan lantaran tidak ingin atau tidak tertarik, tapi ada hal yang lebih Merona prioritaskan yaitu belajar dengan baik lalu lulus kuliah segera.Merona ingin membuat Grazian bangga padanya sekaligus membuktikan pada kakek dan orang tuanya bahwa dia layak untuk Grazian. Kehidupan muda Merona hampir tidak seseru kawan-kawannya. Tidak banyak warna dalam dunianya, tapi kehadiran sosok Grazian sudah cukup memberinya pelangi. Perjuangan yang dilakukan Merona adalah semata-mata untuk bisa bertahan dengan Grazian, dan juga untuk hatinya sendiri.Maka saat duduk berdua seperti sekarang bersama Grazian adalah hal yang tak akan Merona

  • Holding On To You   29. Jalan

    Merona takjub dengan perubahan yang terjadi pada Grazian. Hari ke hari cowok yang terkenal brengsek itu semakin menunjukkan kebaikannya. Tidak lagi bergelut panas dari ranjang ke ranjang lainnya. Tidak juga mengadu motor di jalanan. Grazian fokus dengan kuliahnya. Belajar, lalu mengurus kedai kopi miliknya dan sesekali datang menemui kakeknya untuk mengurus bisnis yang akan wariskan padanya. Jelas saja apa yang dilakukan Grazian membuat Merona senang tanpa ragu mengembangkan senyum bangganya. Hari-harinya saat menjalani ujian Grazian lebih rajin datang ke perpustakaan untuk belajar dan meminjam beberapa buku. Tak jarang Grazian juga ikut belajar kelompok bersama teman-temannya. Hal yang hampir tidak pernah dilakukan sebelumnya. Saat selesai ujian cowok itu akan bercerita pada Merona bahwa dia bisa mengerjakan soalnya dengan lancar bahkan mempunyai keyakinan kalau nilainya akann sangat bagus. Merona percaya itu karena sejatinya Grazian sangat cerdas, hanya saja tertutup oleh malasnya

  • Holding On To You   28. Mengutarakan

    Sepulang kuliah Merona dikagetkan dengan kedatangan ayahnya yang menunggu di lobi apartemen. Entah itu bagian dari rencana kakek atau tidak, yang jelas Merona selalu was-was bertemu ayahnya. Perasaannya berkecamuk antara benci dan juga sayang sebagai anak. Sisa-sisa rasa sakit hati itu masih subur tumbuh di hatinya. Sekuat apapun Merona membuangnya namun saat berhadapan langsung seperti sekarang hatinya kembali perih.Meski perih Merona tetap mendekat. “A-ayah ada apa kemari?” “Apa tidak boleh seorang Ayah datang untuk melihat kondisi putrinya?”Boleh-boleh saja. Tak ada yang salah dengan kunjungan Haris hari ini, tapi seandainya hal itu dilukakan lebih cepat mungkin Merona akan senang hati menerima kehadiran pria itu. Hanya saja yang tersisa sekarang adalah luka. “Kalau saja Ayah datang lebih cepat, mungkin aku akan senang.”“Roo, apa sesulit itu memaafkan orang tuamu sendiri?”Genangan air mata sudah siap tumpah dari pelupuk. Merona menatap ayahnya dengan pandangan kabur. “Apa ses

  • Holding On To You   27. Isi Pikiran

    Merona senang dan merasa sangat bahagia bisa terus bersama Grazian. Setidaknya selagi dirinya bisa. Kabar perihal rencana kepergian Grazian ke Macau adalah ketakutan Merona. Seyakin dirinya pada tindakan kakek. Pria tua memang sudah terlalu lama baik pada dirinya dengan tetap membiarkan Merona tinggal bersama Grazian. Setelah semua kebaikan itu, mesti ada sesuatu yang harus Merona bayar.Seperti siang ini Merona tak menyangka kakek memintanya bertemu di sebuah restoran dengan ruangan privat. Saat Merona masuk dengan diantar pramusaji, dia sudah melihat kakek duduk santai menikmati hidangan yang disajikan. Kakek melihat kedatangannya, lalu memintanya segera duduk.“Duduklah,” pintanya dengan suara tua yang khas.Merona menarik kursi untuknya duduk di hadapan kakek. Sajian makanan yang sudah tersedia tak cukup mampu menggugah seleranya. Merona tak pernah berani membuka pembicaraan dengan kakek. Sejak dulu dia takut pada kakek yang sering kali menatapnya sinis.“Grazian sudah memberitahu

  • Holding On To You   26. Level

    Bagi hampir sebagain orang berpasangan dengan seseorang yang sesuai level mereka adalah keharusan. Entah itu secara kecerdasan, gelar atau pun kekayaan. Pentingnya bukan hanya untuk memperkuat status sosial mereka, tapi juga untuk mencegah rasa minder dari pasangan tersebut. Seperti yang dilakukan oleh Danisha—wanita yang sudah melahirkan Darren. Benar memang bahwa Darren sudah bertunangan, namun bagi Danisha untuk merestui sampai ke jenjang pernikahan jelas tidak akan terjadi.Sepulang dari gala dinner, Darren duduk di teras rumah sederhana Alesha. Ayahnya gadis itu adalah seorang kepala sekolah SMP dan ibunya seorang penjahit. Meski kehidupan Alesha tidak kekurangan, namun di mata Danisha tidak kekurangan saja belum cukup. Darren dibuat galau malam ini setelah dipertemukan dengan Angela. Terlebih lagi kakek Alesha adalah orang yang tak pernah disukai Danisha. “Kopinya,” ujar Alesha menyuguhkan secangkir kopi hitam buatan tangannya sendiri.Darren tersenyum menatap tunangannya itu. “

  • Holding On To You   25. Sahabat

    Merona menghela nafas lega tatkala yang berdiri di hadapannya adalah Hanna. Cewek itu sudah tahu perihal hubungannya dengan Grazian, tapi Hanna tetap merasa tidak nyaman ketika melihat Merona bersama Grazian. Pandangan mata Hanna pada Grazian sangat tajam. “Lo kalau berani nyakitin Merona, gue potong burung lo dua kali. Sampai ke akarnya!” ucapnya memperingati Grazian. Apa yang baru saja Hanna katakan membuat Grazian ngeri sekaligus tersenyum kikuk. “Hehehe... Iya.”Hanna lalu memijat keningnya. “Aduh, pusing gue menghadapi kenyataan ini,” katanya lalu pergi begitu saja. Merona dan Grazian saling berpandangan dan terkekeh kemudian. “Itu enggak apa-apa dia tahu?”“Dia justru tahu duluan tanpa aku kasih tahu,” jawab Merona. “Dia hapal sama tas yang aku pakai.”Mereka keluar dari perpustakaan setelah mendapatkan beberapa buku yang Merona butuhkan. Saat keduanya keluar mereka melihat Hanna yang sedang membeli cilok. Merona tersenyum tipis melihat hal itu. Saat Merona dan Grazian mendek

  • Holding On To You   24. Kepergok?

    Merona duduk di bangku taman bersama Hanna. Ada setumpuk camilan dan minuman segar di tengah-tengah mereka. Bukan sedang mengerjakan tugas, tapi sedang bergosip. Hanna menjadi sumber paling terpercaya bagi Merona. Sahabatnya itu bercerita dengan sangat menggebu-gebu. “Gue bahkan menyusup ke WAG deretan para mantan Grazian,” jelas Hanna ketika berhasil mendapatkan link group khusus yang dibuat mantan Grazian. “Serius mereka sampai punya group? Buat apaan coba?”“Isinya tuh mencari tahu pacar Grazian yang baru. Lo kayaknya beneran kudu waspada. Di antara mereka ada satu yang terobsesi banget sama Grazian. Nih, lo lihat sendiri aja obrolan mereka.”Hanna memberikan ponselnya pada Merona agar sahabatnya itu membaca sendiri obrolan mereka. “Terus kalau misalnya mereka tahu siapa pacarnya Grazian sekarang, mau diapain gitu?”“Disuruh putus kali.”Merona mengembalikan ponsel itu pada Hanna. “Grazian emang sudah keterlaluan sebagai cowok. Mungkin enggak sedikit dari mereka yang hatinya saki

DMCA.com Protection Status