Home / Romansa / Holding On To You / 11. Pusat Perhatian

Share

11. Pusat Perhatian

Author: Yellowflies
last update Last Updated: 2021-06-14 16:39:47

Jika Merona tengah serius mendengarkan dan memperhatikan hal-hal apa saja yang dijelaskan oleh dokter yang membimbing kelompoknya di rumah sakit jantung maka, lain halnya dengan Grazian yang kini tengah memamerkan kehebatannya bermain basket sembari bertelanjang dada memberikan tontonan gratis untuk kaum hawa yang memekik memujanya. Semakin heboh teriakan mereka setiap kali Grazian berhasil menggiring bola basket masuk sempurna ke dalam ring.

Terasa semakin seksi ketika lelaki itu mengelap peluhnya dengan punggung tangan, lalu menyugar rambutnya hingga keningnya terlihat membuat jantung para gadis berdebar-debar ingin mendaratkan satu kecupan manis di atas kening mulus itu. Grazian tentu saja menikmati popularitasnya, bahkan melemparkan kedipan genit pada sekumpulan gadis yang berdiri di pinggir lapangan setelah berhasil melempar kembali memasukan bola ke dalam ring.

“Aaah! Grazian main mata ke gue!” pekik salah satu di antara mereka.

“Mana ada? Sama gue kali, tuh! Senyum dia ke gue.”

Saat dua gadis itu sibuk berdebat soal siapa yang menerima senyuman dan kedipan mata genit Grazian, lelaki itu justru sudah kembali menebar senyum pada gadis-gadis lainnya. Meski begitu tentu sudah pasti ada beberapa gadis yang tak menyukai tingkah polah Grazian yang menurut mereka keterlaluan. Mulai dari cara lelaki itu mempermainkan hati wanita sampai cara Grazian tebar pesona. Ada juga yang tak melirik Grazian sama sekali, seperti gadis yang duduk di lorong sibuk dengan bukunya itu.

Beberapa masih waras untuk tidak memperhatikan Grazian karena tumpukan tugas-tugas kampus lebih butuh perhatian untuk segera diselesaikan. Hanya saja jumlah mereka lebih sedikit dibandingkan deretan penggemar garis berat Grazian. Gadis-gadis yang rela meneriakan namanya di siang yang terik hari ini, atau gadis yang rela mendesah di bawah kendalinya.

“Oke gue nyerah!” seru Darren yang mulai kelelahan dan tak bisa mengimbangi permainan Grazian. “Gila! Capek gue mana tuh cewek-cewek pada duku lo lagi.”

Grazian terkekeh mendekati Darren , mengulurkan tangannya pada sepupunya. Darren menerima uluran tangan Grazian untuk membantunya berdiri. Melawan Grazian sejak dahulu Darren tidak pernah menang. “Karena lo mengaku kalah dari gue, seperti perjanjian mulai sekarang lo enggak usah bahas apapun soal orang yang udah buang gue.”

“Mereka orang tua lo, bego!”

“Eiiisttt… ingat jangan bahas apapun tentang mereka.” Grazian mengambil bajunya yang tersampir di tiang penyangga ring basket. “Kalau lo melanggar, gue tidurin tunangan lo!”

“Anjir! Ngancemnya enggak lucu.”

“Itu karena ancaman gue enggak main-main makanya, enggak lucu.”

Grazian berlalu meninggalkan Darren di lapangan. Bertelanjang dada menuju kantin. Benar-benar membuat kehebohan luar biasa. Begitu sampai di kantin Grazian langsung duduk di samping Rachel yang sudah lebih dulu ada di sana tengah menikmati jam istirahat bersama dua gadis lainnya. Grazian lalu memakain lagi bajunya. Tangannya terulur mengambil jus jeruk milik Rachel.

“Udah pamernya?” tanya Rachel dengan senyuman kecilnya.

“Aku enggak pamer tapi, mereka aja yang doyan.”

“Iya mereka doyan terus kamu sodorin.” Balas Rachel tak mau kalah.

“Sama kayak kamu kalau disodorin juga langsung mangap.”

Dengan keras Rachel menepuk pundak Grazian yang kokoh. “Emang asal banget tuh mulut, eh betewe malam ini kamu ada acara enggak?”

Sebelum menjawab pertanyaan Rachel, lebih dahulu lelaki itu melirik pada dua gadis di hadapannya yang sejak tadi hanya menyimak. “Bisa pergi dulu enggak, gue mau berduaan aja sama pacar gue.”

Mereka pun beranjak mengerti dengan terpaksa sebab mereka masih ingin menatap wajah rupawan itu lebih lama lagi tapi, Grazian sedang tidak ingin diganggu siapapun. Dia hanya ingin tenang dulu. Kepalanya terasa berdenyut nyeri mungkin akibat terlalu lama bermain di bawah terik matahari yang menyengat. “Hel, pijitin dong. Sakit nih kepala aku.”

“Belagu banget sih lagian pake segala main basket pas lagi panas-panasnya.”

Grazian nyengir. “Lupa gue kalau gue biasanya main di ranjang.”

“Emang. Malam ada acara enggak?” Rachel mengulangi pertanyaannya yang belum dijawab oleh Grazian.

“Ada, mau ngamar sama cewek aku yang lainnya. ahahaha.”

“Yang mana? Bukannya kamu bilang beberapa udah kamu putusin ya?” Rachel memijat kening Grazian pelan dengan posisi kepala lelaki itu bertumpu pada meja.

“Aku putusin sekaligus lewat group.”

Rachel tertawa mendengarnya. Saat sesi bercinta mereka beberapa waktu yang lalu Grazian membuat group yang isinya adalah pacar-pacarnya. Entah ada berapa banyak anggota di sana tapi, Grazian membuat pesan singkat yang bertujuan untuk memutuskan mereka sekaligus.

Terima kasih untuk yang sudah mau menerima undangan gue masuk ke group ini. Kalian adalah pacar-pacar terbaik gue tapi, gue mau melakukan seleksi yang lebih ketat lagi. Jadi kalian yang di sini adalah yang gagal menjadi pacar gue. so, gue mulai sekarang memutuskan hubungan dalam bentuk apapun dengan kalian. Kita selesai ya, cari cowok yang lebih baik, asal jangan cari gue lagi. Grazian.

“Padahal aku lagi pengen.” Kata Rachel terus terang perihal hasratnya dengan Grazian.

“Ya udah deh aku ngamar sama kamu aja. Cewek yang lain belum tentu services-nya enak. Kamu aja deh yang udah pasti enaknya.

***

Merona dan teman-teman tengah makan siang di kantin rumah sakit sambil sesekali bercanda dan membahas apa saja yang mereka dapatkan hari ini. Duduk satu meja dengan Aresh, Hanna dan dua teman lainnya yang berada dalam satu kelompok. Merona memilih menu makanan sehat berupa salad dengan irisan daging kukus, nasi merah dan beberapa sayuran tumis dengan sedikit minyak dan bumbu. Untuk minumnya Merona lebih suka sebotol air mineral.

Salah satu teman semeja mereka membicarakan Grazian. “Eh, eh.. lihat deh di Instasory anak FH, Grazian lagi main besket gak pakai baju.”

Erika yang satu meja langsung mengambil ponselnya untuk memastikan. “Keren sih tapi, aku masih pikir-pikir lagi deh kalau mau jadiin Grazian pacar untuk hubungan jangka panjang.”

“Lho emangnya kenapa? Bukannya lo udah kencan ya sama dia?” tanya Hanna penasaran.

“Iya tapi, gitu deh. Aku rasa Grazian kurang akhlak.”

Merona yang mendengar itu tertawa kecil hingga teman satu mejanya menatap pada Merona. “Rona kamu kenapa?” tanya Erika.

“Ya lucu aja sih kebanyakan para perempuan yang lihat Grazian langsung naksir, pengen jadi pacarnya tapi, giliran tahu jeleknya malah marah-marah dan nyalahin di brengsek. Padahal kan dari awal juga Grazian selalu buat kesepakatan sama pacar-pacarnya itu kalau dia enggak pakai hati.”

Semua mengangguk membenarkan. Kabar itu memang sudah tersebar sejak lama, para pacar dan mantan Grazian mengakui akan hal itu. Grazian menegaskan pada para gadis yang ingin jadi pacarnya bahwa lelaki itu tidak memakai hati tapi, mereka boleh memeluknya, menciumnya dan juga boleh minta uang darinya. Bodohnya mereka para gadis mau-mau saja dengan harapan bahwa suatu hari nanti mereka akan bisa menaklukan hati seorang Grazian.

Aresh lebih memilih diam saja mendengarkan para gadis itu bergosip, sesekali matanya beradu pandang dengan Merona. Gadis itu nampak abai padanya setelah percakapan mereka. Aresh sendiri masih mencari celah di hati Merona, berharap ada sisa ruangan di hati itu yang bisa dia tempati. Aresh tengah berusaha mengerti Merona dengan memperhatikan setiap apa yang gadis itu perbuat dan katakan. Ingin mengenal Merona lebih jauh lagi.

“Tapi, pesona Grazian tetap enggak bisa ditolak dia ganteng banget.” Erika memekik sampai temannya di meja lain menimpali.

“Bener, biar kata bad boy dan play boy gue masih rela kok jadi pacarnya tapi, sayang gue kayaknya enggak lolos kriteria dia deh. Pacarnya kan cantik-cantik dan seksi.”

Merona menghela nafas pada akhirnya dia memilih untuk menghabiskan makannnya karena mulai muak dengan teman-teman sekelasnya yang hampir setiap hari membicarakan Grazian. Kadang Merona marah ketika mendengar salah satu dari mereka sudah berhasil kencan dengan Grazian atau ketika sebagian dari mereka mulai menjelek-jelekan Grazian tapi, Merona menahan diri. Masih tahu batasan dirinya untuk tidak mencampuri urusan Grazian yang satu itu.

Yellowflies

Jangan lupa tinggalkan komentarnya ya, dan vote juga. terima kasih

| Like

Related chapters

  • Holding On To You   12. Hujan Sore Hari

    Lebih dari apapun ada yang Grazian ingat dari setiap tetes hujan yang jatuh mencium bumi. Hujan yang sejuk dan membuat damai itu nyatanya tak pernah demikian bagi Grazian. Tidak sama sekali, Grazian tidak pernah menyukai hujan sebab hujan selalu berhasil membuat memori kelamnya kembali naik ke permukaan menyusup dan mengisi celah-celah kosong di hatinya. Terlebih lagi hujan sore ini diiringi dengan gemuruh bercampur kilat yang menyala di langit. Seperti anak kecil Grazian meringkuk dibalik selimut dengan telinga yang disumbat earphone mendengarkan kencangnya musik dalam volume suara seratus persen hanya untuk meredam suara kejam langit yang berteriak marah itu. Selain earphone, Grazian juga menutup telinga dengan bantal. Mencoba memejamkan matanya untuk sekedar membuat perasaannya tenang. Tapi, sekuat apapun Grazian berusaha meredam apa yang bergejolak dalam hati dan pikirannya tetap saja lelaki itu tak mampu. Kesal sebab suara musik rock yang diput

    Last Updated : 2021-06-18
  • Holding On To You   13. Pillow Talk

    Pukul dua belas malam lampu kamar masih menyala. Dari tempat tidur Grazian memperhatikan Merona yang menggunaka meja belajarnya untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Malam ini setelah makan malam Grazian menahan Merona di kamarnya, bahkan lelaki itu juga mengunci pintu kamarnya agar Merona tak bisa keluar. kelakuan Grazian yang seenaknya itulah yang sering membuat Merona kesal tapi, gadis itu masih bisa menahan diri untuk mengumpati lelaki yang bertelanjang dada itu. Saat Merona menutup laptopnya, senyum terbit di bibir Grazian. Tahu benar bahwa gadis itu sudah selesai dengan tugasnya. Merona tanpa bicara masuk ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci mukanya. Beruntung ada satu botol face wash miliknya yang tersedia di kamar mandi milik Grazian. Soal sikat gigi gadis itu mengambil kemasan baru dari dalam laci. Grazian senantiasa menunggu Merona sampai gadis itu keluar dari kamar mandi, lalu mengambil tempat di sisinya. Merona mendesak Grazian deng

    Last Updated : 2021-06-18
  • Holding On To You   14. Berbagi

    Di taman kampus gedung fakultas hukum Grazian duduk di atas rumput bersama Rachel. Di tangannya ada satu cup boba yang Rachel belikan untuk teman ranjangnya itu. "Habis dari mana lo?" Tanya Rachel sebab saat masuk kelas lelaki itu hampir datang terlambat."Cewek baru, lo tahu dia lebih gokil dari lo."Rachel terkekeh kecil. "Masa?"Sejenak Grazian merenungi segala petualangan hidupnya di atas ranjang bersama gadis-gadis. Lelaki itu menatap Rachel dari samping. "Lo pernah merasa bosan enggak sih dengan hidup yang gini-gini aja?""Gini-gini gimana maksud lo? Bukannya hidup kita seru ya? Bebas, enggak terkekang kayak kehidupan orang-orang.""Justru karena terlalu bebas, kayaknya kita enggak punya tujuan. Sekarang gue tanya, lulus nanti lo mau jadi apa?""Pengacara mungkin?""Masih mungkin enggak jelas," Grazian mendesah, lalu dia menyedot es bobanya dengan rakus. "Kayak gue harus lebih sering minum dan makan yang manis-manis. Pahit banget hidup, gue."Rachel kini mengamati Grazian. "Lo b

    Last Updated : 2022-06-22
  • Holding On To You   15. Tidak Sungguh

    Jika ditanya hal apa yang dibenci Grazian maka, jawabannya adalah masa lalunya. Grazian tak pernah suka jika seseorang bertanya tentang masa lalunya termasuk perihal keluarganya. Keduanya sangat berkaitan. Lelaki itu lahir karena sebuah kesalahan begitu ibunya menyebut lantang bahwa Grazian adalah sebuah kesalahan tapi, terpaksa harus dibesarkan untuk sebuah warisan keluarga. Ketika Grazian tumbuh orang tua justru sibuk berselingkuh dengan kekasih mereka masing-masing. Grazian kecil sering diabaikan. Orang tuanya pulang hanya membawa keributan besar di rumah mewahnya. Segala barang dibanting dan berisik, lalu mereka saling menyalahkan membawa-membawa nama Grazian dalam pertengkaran itu. Grazian adalah kesalahan, Grazian membuat kedua orang tuanya terisak, Grazian hadirnya tak pernah diinginkan dan banyak lagi penyesalan-penyelsaln yang keluar dari mulut orang tuanya tentang Grazian.Tak pernah ada yang baik-baik saja di balik dunia Grazian yang gemerlap. Percayalah semua itu hanya pel

    Last Updated : 2022-06-23
  • Holding On To You   16. Serius

    Grazian datang ke kediaman kakeknya, bukan untuk kembali tinggal, tapi untuk membicarakan beberapa hal serius dengan kakeknya itu, selain karena memang dirinya diundang untuk datang oleh kakeknya.Kehadiran Grazian sudah dinantikan. Lelaki itu memarkirkan motornya sembarangan. Dia melirik dua penjaga, dan berkata. "Motor gue tetap di sini jangan lo pindahin."Membawa kakinya masuk, Grazian melihat kakeknya dengan Arman sedang bicara di ruang tamu. Arman sudah seperti anak dari kakeknya karena Arman yang selalu ada, dan juga Arman yang lebih paham bagaimana kakeknya itu.Grazian duduk di dekat mereka. "Jadi apa yang mau kakek bicarakan?""Ah, anak muda ini terlalu terburu-buru. Padahal kakek ingin minum kopi dulu dengan kamu," ucap Danuwiratmaja pada cucunya itu. "Arman tolong buatkan dia kopi.""Baik, Tuan." Arman beranjak."Gulanya sedikit saja," pinta Grazian yang dibalas anggukan dari Arman."Zian, kamu tahu sendiri bukan kalau kakek ini sudah tua dan kakek tidak bisa mempercayakan

    Last Updated : 2022-06-26
  • Holding On To You   17. Grazian Sinting

    "Oweeek." Merona muntah-muntah mengeluarkan sesuatu dari mulutnya yang tanpa bisa terkontrol juga ikut tertelan. "Oweeek..."Grazian ikut masuk ke kamar mandi. Tangannya menepuk-nepuk pelan punggung Merona. "Ya maaf, Roo kalau aku kebablasan.""Sumpah, ini tuh enggak enak banget rasanya," Merona menyalakan keran dan berkumur banyak-banyak guna menghilangkan sisa-sisa rasa dari cairan yang Grazian keluarkan dalam mulutnya.Tangan Grazian yang semula di punggung bergeser ke pundak merapikan pakaian Merona yang melorot. "Dasar amatir, segitu aja udah muntah-muntah. Kayaknya kamu harus sering-sering latihan, Roo.""Enggak, aku kapok," balas Merona, dia mengambil tisu dan menyeka mulutnya. "Kayaknya mendingan kamu cari mulut perempuan lain aja deh buat menelan cairan kamu itu.""Yakin? Nanti cemburu lagi."Merona menghela nafasnya. "Sumpah ya, kamu tuh nyebelin banget Zian. Enggak bisa apa berhenti dan mulai serius sama hidup."Sejenak Grazian diam menelaah ucapan Merona. Ada perasaan yang

    Last Updated : 2022-06-27
  • Holding On To You   18. Menjadi Kekasih

    Darren mendengus sebal ketika tempatnya disambangi Grazian yang tanpa permisi masuk begitu saja ke kamarnya ketika tengah mengerjakan tugasnya. "Ada apa?" tanya Darren malas."Om sama tante kemana?" Grazian balik bertanya, lalu merebahkan dirinya di tempat tidur Darren."Eropa, urusan pekerjaan."Grazian lalu bangun lagi. "Lo enggak berniat ambil alih perusahaan kakek, The King?"Tampaknya Grazian ingin serius bicara maka, Darren mengenyampingkan tugas-tugasnya dahulu. Kursinya diputar agar bisa menghadap Grazian yang duduk di tempat tidur."Lo tahukan kalau yang anak kakek itu mama, jadi mama enggak akan dapat sebanyak yang bokap lo dapat. Perusahaan utama jelas jadi milik bokap lo, mama dapat anak perusahaan, restoran. Ditambah lagi papa juga punya perusahaan sendiri yang akan gue warisi, jadi gue enggak tertarik sama sekali dengan The Kings.""Yakan siapa tahu lo mau, jadi kakek enggak harus mendesak gue lagi.""The Kings itu Casino terbesar ke tiga di dunia, dan terbesar pertama d

    Last Updated : 2022-06-28
  • Holding On To You   19. Merona Diam

    Saat pagi menjelang dengan malas Grazian membuka matanya. Tirai yang dibuka oleh Merona membawa matahari pagi masuk menyilaukan matanya. Seperti pagi-pagi sebelumnya, Grazian menggerutu ketika dibangunkan oleh Merona."Silau banget, Roo. Tutup lagi dong."Merona tentu saja tidak mengindahkan permintaan Grazian. "Hari ini kamu ada kelas, jam sembilan dan ini sudah jam tujuh. Buruan bangun.""Masih dua jam lagi.""Awas ya kalau kamu sampai bolos. Aku mau ke kampus sekarang nih.""Iya, kamu pergi aja sana."Merona mendengus tentu saja. Tingkah Grazian setiap pagi tidak pernah benar. Meninggalkan Grazian yang masih di tempat tidur, Merona segara menyambar tasnya. Dia sudah membuatkan sarapan untuk lelaki itu, jadi perasaanya lebih tenang.Di dekat apartemen ada halte, Merona melihat Aresh yang beberapa hari belakangan terlihat menghindarinya. "Hai, Resh." sapanya kemudian."Hai," balas Aresh singkat. Dia melirik Merona. "Enggak diantar cowok lo?""Lo tuh sebenarnya kenapa sih, Resh? Lo te

    Last Updated : 2022-06-29

Latest chapter

  • Holding On To You   32. Tanpa Tatap

    Masih ada dua jam lagi sebelum keberangkatannya. Grazian yang berada di kantor kakeknya untuk sebuah urusan itu, diam-diam menyusup pergi ke kediaman lama Merona. Pria itu yakin gadisnya ada di sana. Lolos dari beberapa pengawal yang menjaganya bukanlah hal yang mudah. Grazian bahkan harus menukar pakaiannya dengan office boy, lalu menutupi wajahnya dengan topi. Keluar dari pintu belakang, Grazian menyetop taksi di depan kantor kemudian.Jika sekarang Grazian tidak memaksakan dirinya bertemu Merona, maka Grazian khawatir tidak akan pernah ada lagi kesempatan bertemu Merona. Tahu benar bahwa kakeknya itu tidak main-main dengan segala rencananya. Pikiran Grazian tidak tenang selama dalam perjalanan, bagaimana dirinya ditinggalkan begitu saja oleh Merona ketika mereka telah membagi segala rasa. Kenyataan bahwa Grazian terlampau mencintai Merona tak terelakan begitu saja.Maka saat taxi berhenti di depan rumah Merona, pemuda itu langsung turun membuka gerbang rumah yang rupanya tidak diku

  • Holding On To You   31. Tak Pernah Cukup

    Melihat bagaimana bahagianya Merona membuat Grazian tidak mempermasalahkan dirinya yang sudah mual menaiki macam-macam wahana. Malam yang semakin larut membuat keduanya semakin dekat merapat. Kembang api diluncurkan ke langit. Letupan-letupan indah itu menjadi penutup malah hangat mereka. Kini keduanya sudah kembali ke apartemen membawa serta sisa-sisa tawa.“Aku enggak nyangka kalau kamu ketakutan naik wahan ekstrim,” ucap Merona mengingat beberapa kejadian yang membuat Grazian nyaris muntah.“Bukan takut Sayang, tapi pusing.”“Udah tua ya?”“Bisa aja kamu,” lalu Grazian membawa Merona duduk di atas pangkuannya. Merapatkan tubuh ideal itu padanya. “Besok aku pergi, Roo.”Mata Merona mengerjap, kaget mendengar pengakuan Grazian. Memang sebelum Merona tahu bahwa Grazian akan pergi selama liburan, tapi dia hanya tidak menyangkan akan secepat itu. “Aku kira lusa atau beberapa hari lagi.”“Aku pikir begitu, tapi tadi sore kakek minta aku pergi besok.”Merona tidak tahu harus menjawab apa.

  • Holding On To You   30. Senja dan Kamu

    Keseharian hidup Grazian dan Merona sangatlah jauh berbeda. Jika Grazian lebih suka keluyuran mencari tempat-tempat baru yang seru untuk nongkrong, Merona justru lebih senang menghabiskan waktunya belajar di kamar. Saat teman-temannya sibuk mengunggah segala kemewahan tempat dan makanan yang mereka nikmati ke sosial media, maka Merona hanya cukup dengan melihatnya. Bukan lantaran tidak ingin atau tidak tertarik, tapi ada hal yang lebih Merona prioritaskan yaitu belajar dengan baik lalu lulus kuliah segera.Merona ingin membuat Grazian bangga padanya sekaligus membuktikan pada kakek dan orang tuanya bahwa dia layak untuk Grazian. Kehidupan muda Merona hampir tidak seseru kawan-kawannya. Tidak banyak warna dalam dunianya, tapi kehadiran sosok Grazian sudah cukup memberinya pelangi. Perjuangan yang dilakukan Merona adalah semata-mata untuk bisa bertahan dengan Grazian, dan juga untuk hatinya sendiri.Maka saat duduk berdua seperti sekarang bersama Grazian adalah hal yang tak akan Merona

  • Holding On To You   29. Jalan

    Merona takjub dengan perubahan yang terjadi pada Grazian. Hari ke hari cowok yang terkenal brengsek itu semakin menunjukkan kebaikannya. Tidak lagi bergelut panas dari ranjang ke ranjang lainnya. Tidak juga mengadu motor di jalanan. Grazian fokus dengan kuliahnya. Belajar, lalu mengurus kedai kopi miliknya dan sesekali datang menemui kakeknya untuk mengurus bisnis yang akan wariskan padanya. Jelas saja apa yang dilakukan Grazian membuat Merona senang tanpa ragu mengembangkan senyum bangganya. Hari-harinya saat menjalani ujian Grazian lebih rajin datang ke perpustakaan untuk belajar dan meminjam beberapa buku. Tak jarang Grazian juga ikut belajar kelompok bersama teman-temannya. Hal yang hampir tidak pernah dilakukan sebelumnya. Saat selesai ujian cowok itu akan bercerita pada Merona bahwa dia bisa mengerjakan soalnya dengan lancar bahkan mempunyai keyakinan kalau nilainya akann sangat bagus. Merona percaya itu karena sejatinya Grazian sangat cerdas, hanya saja tertutup oleh malasnya

  • Holding On To You   28. Mengutarakan

    Sepulang kuliah Merona dikagetkan dengan kedatangan ayahnya yang menunggu di lobi apartemen. Entah itu bagian dari rencana kakek atau tidak, yang jelas Merona selalu was-was bertemu ayahnya. Perasaannya berkecamuk antara benci dan juga sayang sebagai anak. Sisa-sisa rasa sakit hati itu masih subur tumbuh di hatinya. Sekuat apapun Merona membuangnya namun saat berhadapan langsung seperti sekarang hatinya kembali perih.Meski perih Merona tetap mendekat. “A-ayah ada apa kemari?” “Apa tidak boleh seorang Ayah datang untuk melihat kondisi putrinya?”Boleh-boleh saja. Tak ada yang salah dengan kunjungan Haris hari ini, tapi seandainya hal itu dilukakan lebih cepat mungkin Merona akan senang hati menerima kehadiran pria itu. Hanya saja yang tersisa sekarang adalah luka. “Kalau saja Ayah datang lebih cepat, mungkin aku akan senang.”“Roo, apa sesulit itu memaafkan orang tuamu sendiri?”Genangan air mata sudah siap tumpah dari pelupuk. Merona menatap ayahnya dengan pandangan kabur. “Apa ses

  • Holding On To You   27. Isi Pikiran

    Merona senang dan merasa sangat bahagia bisa terus bersama Grazian. Setidaknya selagi dirinya bisa. Kabar perihal rencana kepergian Grazian ke Macau adalah ketakutan Merona. Seyakin dirinya pada tindakan kakek. Pria tua memang sudah terlalu lama baik pada dirinya dengan tetap membiarkan Merona tinggal bersama Grazian. Setelah semua kebaikan itu, mesti ada sesuatu yang harus Merona bayar.Seperti siang ini Merona tak menyangka kakek memintanya bertemu di sebuah restoran dengan ruangan privat. Saat Merona masuk dengan diantar pramusaji, dia sudah melihat kakek duduk santai menikmati hidangan yang disajikan. Kakek melihat kedatangannya, lalu memintanya segera duduk.“Duduklah,” pintanya dengan suara tua yang khas.Merona menarik kursi untuknya duduk di hadapan kakek. Sajian makanan yang sudah tersedia tak cukup mampu menggugah seleranya. Merona tak pernah berani membuka pembicaraan dengan kakek. Sejak dulu dia takut pada kakek yang sering kali menatapnya sinis.“Grazian sudah memberitahu

  • Holding On To You   26. Level

    Bagi hampir sebagain orang berpasangan dengan seseorang yang sesuai level mereka adalah keharusan. Entah itu secara kecerdasan, gelar atau pun kekayaan. Pentingnya bukan hanya untuk memperkuat status sosial mereka, tapi juga untuk mencegah rasa minder dari pasangan tersebut. Seperti yang dilakukan oleh Danisha—wanita yang sudah melahirkan Darren. Benar memang bahwa Darren sudah bertunangan, namun bagi Danisha untuk merestui sampai ke jenjang pernikahan jelas tidak akan terjadi.Sepulang dari gala dinner, Darren duduk di teras rumah sederhana Alesha. Ayahnya gadis itu adalah seorang kepala sekolah SMP dan ibunya seorang penjahit. Meski kehidupan Alesha tidak kekurangan, namun di mata Danisha tidak kekurangan saja belum cukup. Darren dibuat galau malam ini setelah dipertemukan dengan Angela. Terlebih lagi kakek Alesha adalah orang yang tak pernah disukai Danisha. “Kopinya,” ujar Alesha menyuguhkan secangkir kopi hitam buatan tangannya sendiri.Darren tersenyum menatap tunangannya itu. “

  • Holding On To You   25. Sahabat

    Merona menghela nafas lega tatkala yang berdiri di hadapannya adalah Hanna. Cewek itu sudah tahu perihal hubungannya dengan Grazian, tapi Hanna tetap merasa tidak nyaman ketika melihat Merona bersama Grazian. Pandangan mata Hanna pada Grazian sangat tajam. “Lo kalau berani nyakitin Merona, gue potong burung lo dua kali. Sampai ke akarnya!” ucapnya memperingati Grazian. Apa yang baru saja Hanna katakan membuat Grazian ngeri sekaligus tersenyum kikuk. “Hehehe... Iya.”Hanna lalu memijat keningnya. “Aduh, pusing gue menghadapi kenyataan ini,” katanya lalu pergi begitu saja. Merona dan Grazian saling berpandangan dan terkekeh kemudian. “Itu enggak apa-apa dia tahu?”“Dia justru tahu duluan tanpa aku kasih tahu,” jawab Merona. “Dia hapal sama tas yang aku pakai.”Mereka keluar dari perpustakaan setelah mendapatkan beberapa buku yang Merona butuhkan. Saat keduanya keluar mereka melihat Hanna yang sedang membeli cilok. Merona tersenyum tipis melihat hal itu. Saat Merona dan Grazian mendek

  • Holding On To You   24. Kepergok?

    Merona duduk di bangku taman bersama Hanna. Ada setumpuk camilan dan minuman segar di tengah-tengah mereka. Bukan sedang mengerjakan tugas, tapi sedang bergosip. Hanna menjadi sumber paling terpercaya bagi Merona. Sahabatnya itu bercerita dengan sangat menggebu-gebu. “Gue bahkan menyusup ke WAG deretan para mantan Grazian,” jelas Hanna ketika berhasil mendapatkan link group khusus yang dibuat mantan Grazian. “Serius mereka sampai punya group? Buat apaan coba?”“Isinya tuh mencari tahu pacar Grazian yang baru. Lo kayaknya beneran kudu waspada. Di antara mereka ada satu yang terobsesi banget sama Grazian. Nih, lo lihat sendiri aja obrolan mereka.”Hanna memberikan ponselnya pada Merona agar sahabatnya itu membaca sendiri obrolan mereka. “Terus kalau misalnya mereka tahu siapa pacarnya Grazian sekarang, mau diapain gitu?”“Disuruh putus kali.”Merona mengembalikan ponsel itu pada Hanna. “Grazian emang sudah keterlaluan sebagai cowok. Mungkin enggak sedikit dari mereka yang hatinya saki

DMCA.com Protection Status