Arsen segera keluar mobil dan membukakan pintu belakang secara kasar. Sedangkan gadis yang ketahuan itu merasa ketakutan apalagi melihat ekspresi pria di hadapannya.
"Turun!" Arsen membuka pintu dan mempersilahkan orang yang tidak dikenalnya keluar.Auris menundukkan kepalanya, kakinya mencari pijakan untuk turun. Dirinya sudah di sergap oleh pria jangkung."Siapa kau, kenapa bisa ada dimobilku?!" tanya Arsen yang sudah bersiap jika orang itu menyerang namun melihat gerak geriknya. Arsen berpikir bukan orang yang kuat.Tidak ada jawaban terpaksa, Arsen melepaskan masker gadis itu.Auris menatap Arsen dengan tatapan yang sendu juga ketakutan. Arsen melihat celana yang dikenakan gadis itu adalah celana pasien di rumah sakit tempatnya bekerja."Siapa namamu?"."A..aku Auris. Maaf sudah menyelinap tanpa izin" ucap Auris yang menundukkan bahunya. Melihat situasi renggang Auris berniat melarikan diri."Kau pasien Royal Greens Hospital?" Arsen bertanya kemudian menempelkan tangannya di mobil mengapit Auris, agar gadis itu tidak kabur."Iya, maafkan aku"Sreetttt... Auris mengolongi lengan Arsen dan berlari. Ia takut jika tertangkap dan pria itu melaporkannya.Secepat kilat sampai Arsen tidak sempat mencegahnya, gadis itu berlari menuju pelataran rumahnya.Auris terlihat kebingungan jalan mana yang dia ambil. Ia tak mengenal tempat ini sampai pusing mencari jalan namun dia sembarangan pergi ke belakang.Sedangkan Arsen mengejarnya."Mana jalan keluarnya?" Auristella benar-benar kebingungan saat jalan yang diambilnya salah. Ini malah ke belakang rumah yang ada sebuah kolam. Auris segera memutar balik namun di hadang oleh Arsen.Auris ingin melewatinya dengan mengitari kolam berbentuk persegi itu. Ia tidak bisa melompat tembok pembatas yang sangat tinggi. Ia berlari tanpa arah sampai tidak sadar kakinya menginjak lantai tepi kolam yang licin.Srakk... sendal Auris terbang sedangkan tubuhnya seperti melayang dan terhempas.Byurrr...Auris terjatuh ke kolam dengan kedalaman 2 meter. Tubuhnya meronta-ronta mencari dasar untuk kakinya berpijak namun tak sampai. Mulutnya kemasukan air dan tangannya terus mengepak air namun air tidak bisa dijadikan pegangan.Tubuh Auris kehabisan nafas dan tenaga tak bisa mencari pijakan. Dan perlahan air itu menenggelamkan kepalanya.Arsen berlari lalu langsung menceburkan dirinya ke kolam.Kolam yang biasa digunakannya berenang tidak membuatnya tenggelam namun Auris yang tak bisa berenang bahkan kali pertamanya dia merasakan air kolam namun malah menenggelamkannya. Dia gelagapan, hampir setengah mati.Arsen berenang sedikit lalu meraih tubuh Auris yang semakin menjauh sampai ke tengah karena gadis itu terus mengepakkan tangannya.Arsen menggendong tubuh Auris menuju tepian, gadis itu memejamkan matanya. Mungkin tidak sadar hidungnya kemasukan air, setelah naik, ia meletakkan tubuh Auris ke tempat kering di dekat kolam."Bangunlah" ucap Arsen kini tubuhnya basah kuyup, ia menepuk pipi gadis itu."Hhhh... aku tidak bisa bernafas" teriak Auris yang menyangka dirinya masih di kolam. Arsen membantu Auris duduk, ia menahan punggung gadis itu dengan satu tangan."Kau sudah di darat" ujarnya lagi kali ini Auris mengerjapkan matanya, ia terkejut lalu memeluk kakinya yang lemas."Aku hampir saja pindah alam" gumamnya, Arsen memperhatikan gadis itu.Beberapa saat kemudian setelah merasa tenang, Auris berdiri lalu mengibaskan bajunya yang basah kuyup. Ia sibuk dengan dirinya sendiri kemudian menatap pria yang sudah menatapnya tajam."Maaf, aku tidak sengaja menyelinap dan tidak sengaja jatuh" ujar Auris yang mulai kedinginan, ia memeluk dirinya sendiri.Arsen yang melihat gadis itu kedinginan tidak tega namun masih waspada jika gadis itu orang jahat."Hei, kenapa kau bisa masuk ke mobilku?"Auris mengusap-usap lengannya kemudian menatap pria itu."Aku ingin keluar dari rumah sakit dan tidak ada cara selain menyelinap naik mobil orang dan tertangkap basah oleh paman" jawabnya dengan santai.Arsen mengernyitkan dahinya, saat Auris menyebutnya paman."Apa aku sudah setua itu dipanggil paman oleh gadis tengil sepertimu?" Arsen berdecak.Auris memperhatikan wajah pria itu lalu tertawa kecil "Ah ternyata kau masih muda, siapa namamu bro?".Auris berusaha mencairkan suasana ketegangan yang menyelimutinya."Matamu rabun" timpal Arsen."Ish, sembarangan!" Auris melirik tajam.Arsen bisa menilai gadis ini adalah gadis polos yang bar-bar. Ia mengambil ponselnya, untung saja anti air jadi tidak masalah basah. Ia menghubungi seseorang."Halo, apa ada pasien kabur? Dia seorang gadis bernama.." Arsen melirik Auris yang sudah tegang karena Arsen melaporkannya."..ah bernama Auris" tambah Arsen yang baru mengingat nama gadis itu.Auris menarik ponsel Arsen lalu mematikan panggilan itu."Apa sih, kenapa kau malah memberitahu pihak rumah sakit? Aku sudah berjuang keluar dari tempat terkutuk itu" kecam Auris, ia kemudian melangkah pergi dengan wajah yang kesal.Arsen merasa Auris kurang ajar padanya, ia menarik lengan gadis itu."Apa?" Auris menyolot."Urusanmu belum selesai" tegas Arsen tersenyum jahat.Auris mengernyitkan alisnya."Kau sudah menyelinap ke mobilku lalu sekarang kau mau pergi begitu saja?""Aku sudah meminta maaf padamu, anggap saja kau sudah beramal membantuku ya" ujar Auris tersenyum manis berharap pria itu memaafkannya namun sama sekali tidak berpengaruh."Aku tidak berniat beramal padamu"Arsen sengaja memperhatikan Auris, terdengar helaan nafas dari Auris."Pelit sekali"."Aku akan bersikap baik jika kau bersikap sopan padaku""Baiklah, Tuan apa maumu?"."Kembali ke rumah sakit!" tegas Arsen."Tidak mau!"."Akan kupaksa".Arsen mengangkat tubuh Auris yang basah ke bahunya. Ia membawa gadis itu ke mobil dan sedikit melemparkan ke kursi."Lepaskan aku bodoh!"."Berteriak sampai tenggorokan putus aku tidak akan melepaskanmu, pasien yang berani kabur harus dipindahkan ke ruang isolasi" ancam Arsen dengan tersenyum jahat."Kau!"."Diamlah atau mau aku bius hmm?"."Beraninya membius!".Auris terdiam saat Arsen memasang sabuk pengaman padanya.Dengan cepat, Arsen langsung masuk mobil dan menancapkan gas. Mobil itu kembali ke rumah sakit.Kali ini Arsen mengendarai lebih cepat agar keduanya tidak kedinginan pakaiannya basah dan tak ada waktu untuk berganti pakaian.Sesampai di halaman depa rumah sakit, Arsen memarkirkan mobilnya.Ia membuka pintu mobil belakang, lalu berkata "Turunlah, sudah sampai"."Aku tidak mau"."Auris... kau akan kuhukum""Siapa kau? Beraninya menghukumku" ketus Auris."Bukan siapa-siapa" Arsen berubah dingin, terpaksa Auris turun dengan bajunya yang sedikit basah. Di dalam mobil tadi Arsen menyalakan penghangat cukup membantu agar tidak kedinginan.Auris melangkahkan kakinya dengan malas, saat melihat Arsen ia takut jika dimarahi lagi. Suatu saat nanti Auris akan membalas pria itu! Awas saja.Baru sampai pintu masuk, ada dua perawat yang berlarian menghampiri Auris. Perawat itu segera mengenakan selimut pada Auris karena sebelumnya, Arsen mengirim pesan agar menyiapkan selimut dan air hangat untuknya mandi.Meski Arsen tidak menangani Auris namun dirinya akan mencari tahu tentang gadis itu."Dokter Arsen, anda baik-baik saja?" tanya seorang suster. Auris melirik pria di sampingnya."Tidak apa-apa" jawab Arsen.'Dokter? Dokter macam apa itu yang memarahi pasiennya. Untung saja aku tidak di rawat oleh Dokter bajingan sepertimu' Auris terus merutuki di dalam hatinya. Jika dokter itu mendengar bisa habis dirinya."Dimana wali pasiennya?" tanya Arsen pada suster."Wali Nona Auristella tidak ada disini, pihak keluarga mengatakan tengah ada acara penting""Hmm, pantas saja dia berani kabur" ucap Arsen yang berjalan di belakang Auris."Iya, Dok. Nanti akan menjaga lebih ketat lagi untuk mengawasi Nona Auristella" ujar suster, Arsen mengangguk.Tepat di pintu lift, dirinya berhenti dan melihat Auris yang memalingkan wajahnya."Dokter Arsen tidak naik?" tanya suster."Tidak, kalian saja" ucapnya, suster menekan tombol angka lima dan lift itu mulai tertutup."Dokter Arsen, kenapa pakaianmu basah?" tanya Dokter Laura yang terlihat khawatir, Auris hanya mendengar perkataan itu sebelum pintu lift tertutup.Laura terus memberi perhatian pada Arsen namun pria itu hanya menanggapinya dengan datar.Arsen memang terkenal dengan julukan dokter kulkas, saking dinginnya jika diajak berbicara apalagi dengan lawan jenis seolah Arsen membatasi dirinya. Padahal Arsen sudah lama single dan belum ada yang bisa mengisi hatinya. Arsen terlalu fokus dengan pekerjaannya dan posisinya sebagai Dokter sampai hidupnya sudah lama gelap."Aku tercebur ke kolam" jawab Arsen, Laura ingin membuka jasnya untuk Arsen namun Arsen menolak."Kenapa kau juga ada disini?" tanya Arsen yang sedang berjalan bersama dengan Laura."Baru saja aku mau pulang, pekerjaanku sudah selesai. Oh ya besok ada kunjungan Ketua""Pagi?""Iya, kau tau sendiri Ketua Smith terlalu rajin, bahkan ayam belum berkokok dia sudah ada disini" Laura tertawa, Arsen tersenyum mendengarnya.Melihat pria itu
Auris menatap sinis dokter yang sudah mengatainya gila."Jangan sembarangan, dia pasienku" ucap Dokter Clara sembari menghela nafas dan menggelengkan kepalanya, sedangkan Dokter Arsen menatap Auris dengan tatapan yang heran namun ada senangnya bertemu gadis itu lagi."Auristella sedang apa? Kenapa pakaianmu kotor" tanya Dokter Clara, Auris berdiri dan mendekap kucing yang terlihat lemas itu."Aku menyelamatkan kucing ini" jawab Auris lalu menatap satu persatu dokter di hadapannya."Maaf, Dokter Clara. Aku segera kembali" ucap Auris lalu bersiap untuk pergi, ia melangkah menjauhi ke empat dokter."Bau sekali" celetuk Dokter Laura, Arsen terus memandangi gadis itu."Aku pergi dulu" ucap Dokter Clara yang segera menyusul Auris."Pasien Clara, semuanya aneh-aneh, benarkan?" Dokter Laura mencari sosok Arsen yang sudah tidak ada, hanya ada Dokter Louis."Kemana Arsen?""Baru saja pergi" ucap Louis yang menunjuk Arsen sudah ada di dalam rumah sakit terlihat dari jendela.Di tempat lain, Auri
Auris merasa tidak aman."Kalau begitu aku pergi" bisik Auris, ia berjalan membelakangi Arsen dan berpapasan namun tidak saling melihat.Arsen memperhatikan gerakan Auris yang berjalan membelakanginya sembari menunduk.Arsen kemudian berkata "Sebaiknya kau dikamar sendiri, jangan sering keluyuran, Auris" Arsen menekankan ucapannya saat menyebut nama Auris, gadis itu sontak melirik dengan kaku."Aku tau" katanya dengan menegapkan tubuhnya tidak membungkukan lagi.Auris menghentakkan kakinya lalu membuka pintu dan menutupnya."Kenapa aku terus bertemu dengannya huh" ucap Auris ia memukul udara melampiaskan kekesalannya.Sedangkan Arsen melanjutkan pekerjaannya untuk memeriksa Ivy yang keadaannya tidak baik."Nona Ivy, istirahat yang cukup dan minum obat secara teratur jangan melewatkannya" pesan Arsen pada Ivy karena mengetahui jika Ivy kemarin melewatkan minum obatnya.Arsen kemudian keluar lalu menatap pintu ruangan Auris, kali ini dia tahu ruangan itu milik gadis tengil yang selalu me
Hari Arsen mengambil shif malam, ia sedang menunggu pemeriksaan pasien di jam malam sembari meneliti perkembangan pasien. Ia membaca menggunakan kacamata.Dua puluh menit berlalu, hari ini menunjukkan pukul 07.30 pm, Arsen bersiap lebih awal setengah jam dari waktunya pemeriksaan pasien. Arsen melihat arloji yang melingkar di tangannya. Ia melangkah menuju tempat ganti pakaian yang ada di ruangan ini berbentuk skat menggunakan gorden.Semenjak Dokter Clara melimpahkan semua tugas kepadanya, Arsen berusaha membagi waktu.Arsen kini hanya sendirian memeriksa, ia bergegas mengganti bajunya karena baju tadi sudah di pakai dan sedikit berkeringat.Sedangkan di luar ruangannya terlihat Auris sedang berdebat dengan Dokter Galen."Kenapa aku tidak bisa mengganti dokternya?".Gelen terlihat memijit kepalanya "Ya karena tidak bisa nona, sudah ada prosedurnya dan semua dokter sedang sibuk" Galen mencoba memberi pengertian."Aku ingin bertemu dengan Dokter Ares!"Ketika mendengar nama Ares, Galen
Sesampainya di depan pintu ruangan inap itu, Sean mempersiapkan dirinya karena tadi dia buru-buru kemari. Mungkin wajahnya terlihat kusam.Pintu terbuka dari luar, Auris yang sadar langsung menengok. Seketika ekspresi wajah Auris berubah menjadi bahagia. Ia turun dari tempat tidurnya lalu melangkah perlahan menghampiri Sean sedangkan pria itu kemudian tersenyum. Ia menitipkan barang yang ditangannya pada Bibi Etna. Sean merentangkan kedua tanganya langsung memeluk tubuh hangat gadis itu. Begitupun Auris membalas pelukannya Sean menempelkan bibirnya di rambut halus Auris dan menghirup wangi rambutnya. Rasa rindunya begitu mencuat sampai bertemu lagi dengan orang yang dirindukan Sean sangat bahagia, apalagi Auris adalah orang yang pantas menjadi separuh hidupnya.Sean dan Auris sudah sangat mengenal sejak kecil saat usia Auris 8 tahun, Sean yang berusia 11 tahun. Selama kurang lebih 15 tahun mengenal, Auris menganggap Sean orang yang penting dalam hidupnya. Meski beberapa saat mereka b
Semalam Sean sudah tidak sadarkan diri dan tidak ingat lagi langsung terlelap. Auris yang sudah bangun lebih awal memperhatikan Sean yang baru bangun tidur. Sean duduk lalu mengusap wajahnya lalu tersenyum pada Auris."Selama pagi" sapa Sean, Auris menanggapinya dengan tersenyum "Pagi".Pria itu berdiri lalu mendekati Auris, matanya sudah tidak mengantuk dan Semalam Auria juga tidur nyenyak hanya satu kali suster mengontrol saat tengah malam. Sean juga ikut terbangun."Bagaimana keadaanmu?" tanya Sean."Membaik" jawab Auris, Sean tersenyum lalu melihat arloji yang melingkar di tangannya. Ternyata sudah pukul 06.16 am.Di ruang operasi, Arsen tengah memimpin berjalannya operasi pengangkatan batu empedu yang di derita pasien wanita itu. Operasi dilakukan di pagi hari karena hari ini sudah ada 3 pasien yang akan di operasi dan semuanya pasien prioritas. Semalam Arsen pulang pukul 11, dan tadi pukul 5 dia sudah berada di rumah sakit. Arsen sama sekali belum sarapan hanya meneguk segelas a
Dari belakang anak laki-laki muncul seseorang yang langsung menariknya dan menghindari tabrakan.Srakkk.. Mobil muatan banyak itu mengerem sampai berbekas di jalan. Orang-orang refleks berteriak, namun ada satu orang yaitu Sean yang tengah memegang dua minuman itu langsung berlari di seberang sana karena melihat Auris berlari menghadang mobil. Ia meletakkan sembarang minuman itu.Tubuh Auris terguling beberapa kali karena terserempet bagian samping mobil, sampai akhirnya dia bisa menahan anak laki-laki itu agar tidak terluka dalam dekapannya. Keduanya berhasil menghindari hantaman mobil dan anak laki-laki selamat namun Auris meringis kesakitan memegangi perut bagian atas.Anak yang bernama Leo terbangun dan melihat orang yang menyelamatkannya kesakitan. Leo menangis dan merasa bersalah."Kak.. kakak".Beberapa orang berlari menghampiri keduanya namun takut membantu korban kecelakaan. Auris menatap Leo dengan berkaca-kaca, dia juga tersenyum anak itu baik-baik saja."Auris" Sean langsu
Sean menghirup dalam-dalam udara kemudian terdiam sesaat. Kakinya mulai terasa apalagi dengan posisi berdiri seperti ini. Ia menatap Auris lagi dan merasa Auris sedikit mengobatinya meski gadis itu tidak berbuat apa-apa."Pangeran?".Lamunan Sean terbuyar, Auris lalu bertanya "Minumanku dimana? Aku haus"."Maaf, aku akan membelinya nanti ya. Sekarang Tuan putri harus sembuh dulu"Auris terlihat kecewa "Tidak bisa sekarang?""Air putih saja oke. Aku akan mengambilnya""Tuan putriku. Saat aku pergi kau jangan kemana-mana" titah Sean."Iya iya, ayolah nanti aku mati kehausan!" pekik Auris, Sean langsung meminta suster untuk membawa air mineral karena jika harus ke luar, Sean tidak kuat untuk saat ini. Ia menunggu di luar ruangan saja.Sean mengetik sebuah pesan untuk sekretarisnya dan meminta beberapa orang untuk menjaga Auris mengganti menjaganya. Ia terpaksa meninggalkan Auris untuk sesuatu yang penting dan tidak boleh terlambat.Air mineral sudah datang, Sean berterimakasih pada suster