Ketika dipersimpangan, Arsen berhenti laku berkata pada Laura."Laura kau duluan saja, aku pergi dulu"Terlihat Laura kecewa "Kemana Arsen?"."Masih ada tiga jam jadi aku ingin istirahat dirumah saja" jawab Arsen, Laura paham terlihat juga Arsen kelelahan."Oke kalau begitu sampai jumpa, hati-hati dijalan"Arsen mengangguk sebelum pergi.Di sepanjang perjalanan Arsen menerima panggilan dari ibunya yang merindukannya, akhir pekan jika tidak sibuk Arsen akan mengunjunginya.'Arsen jangan terlalu memporsir tenagamu nak, kau harus istirahat. Suaramu terdengar parau apa kau tidak merasa?' ucap ibunya."Aku baik-baik saja ma sebentar lagi aku akan pulang" 'Baiklah nanti istirahat jangan keluar malam-malam cuacanya tidak bagus'"Hmm, iya" "Dokter Arsen" sapa Dokter Maurin, Arsen menyapanya terdengar oleh sang ibunda.'Siapa tadi?'"Dokter ahli saraf Maurin" beritahu Arsen.'Suaranya terdengar cantik, Arsen ibu meminta kau jangan terlalu fokus pada pekerjaanmu sesekali bersenang-senanglah da
Satu jam berlalu, Auris berniat untuk tidur siang namun dirinya terganggu oleh rasa gatal di sekejur tubuhnya. Dengan tangan kirinya ia berusaha meredakan gatal itu dengan menggaruk area yang gatal.Auris menadahkan kepalanya untuk menggaruk bagian leher dan wajahnya. Lama kelamaan Auris kesal dan tidak mau diam, ia berjalan mondar mandir nengitari ruangannya. Ia melihat keluar tidak ada suster yang lewat. Auris masih bisa tahan dengan rasa gatalnya."Sial, ini sangat menyiksa" geram Auris.Aurir menekan tombol yang ada di dekat tempat tidur untuk memanggil perawat. Ia memilih untuk duduk karena pegal berjalan tapi tangannya masih menggaruk.Pintu ruangannya terbuka, suster Anet datang menghampiri Auris. "Nona Auris ada apa?""Suster bantu aku garuk punggungku" ucap Auris yang berusaha menjangkau punggungnya namun tidak sampai. Suster Anet sedikit heran lalu dia membantu Auris."Tubuhku gatal semua sus" keluh Auris."Apa kamu memakan sesuatu yang membuatmu alergi?" tanya Suster Anet
Di lobi perusahaan Aurich Sea Architects, Sean tengah menunggu Lian yang terpaksa kembali lagi ke ruangan untuk mengambil berkas tidak sengaja tertinggal disana. Tidak lama kemudian Lian datang dengan nafasnya sedikit tersekal."Ini Bos" Lian memberikan sebuah map berwarna biru tua itu."Terimakasih" Sean mengambil berkas yang nantinya akan dia analisis terkait kontrak kerjasama dengan sebuah perusahaan The Dreams yang baru ini meminta kerjasama. Keduanya masuk ke mobil yang sudah siap di depan halaman perusahaan.Sean yang sudah bisa berjalan sendiri membuka pintunya dan duduk di kursi belakang sedangkan Lian bersiap untuk mengemudi."Besok kirimkan lagi bunga untuk Auris, ingat jangan sampai bunga itu tersentuh mawar" perintah Sean, diiyakan oleh Lian.Pria itu melihat gemerlip lampu jalanan di malam hari ini. Meski Sean tidak bisa bertemu Auris, dengan mengirimkan buket bunga lily bisa mewakili dirinya. Tapi apakah Auris merindukan sama sepertinya?Kamar 504Setelah diberikan oba
"Dokter manis sekali" ucap Auris dengan memegang bibirnya, wajah itu terlihat tanpa bersalah sedangkan Arsen yang jadi korbannya menatap tajam Auris.Di dalam hati Arsen terasa gemuruh yang mencuat dan otaknya tidak bisa menerima kenyataan gadis itu mencuri ciumannya. "Auris kau..."."Maaf dokter aku tidak sengaja" Auris memegang tengkuknya yang tidak gatal."Setelah melakukannya, kau bilang tidak sengaja?!" geram Arsen."Dokter jangan marah, itu adalah ciuman untuk membujukmu".Arsen yang tidak terima dipermainkan oleh Auris segera membalas perbuatan gadis itu.Dengan tubuhnya yang tegap, Arsen menarik tubuh Auris lalu merapatkan ke tembok. Dia mengunci Auris diantara tangannya yang diletakkan di tembok.Auris yang dalam posisi ini merasa tidak nyaman. Ia selalu menghindari kontak mata itu."Apa kau selalu melakukan itu jika membujuk seseorang hmm?" tanya Arsen yang setengah berbisik membuat Auris merinding mendengarnya."Tidak" jawab Auris dengan gugup."Kau berbohong, pasti sudah t
Saat mendengar suara itu, Auris mengedarkan pandangannya mencari sosok suara yang dikenalnya."Sean?" panggil Auris beranjak mencari sumber suara itu, ia sangat yakin pria itu disini.Auris mencari ke sekitar namun tidak menemukannya, Auris berjalan ke lobi namun tidak ada sosok itu.Padahal Sean masih ada mengamatinya tanpa diketahui Auris karena Sean berada di balik garda penyekat ruangan lobi dengan pintu keluar.Sean tidak tega jika harus menemuinya, dia hanya akan menyiksa perasaan Auris. Apalagi Sean mengetahui hari dimana Auris kembali ke rumahnya dan diusir oleh Tuan George.Dirinya merasa sangat bersalah namun tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menebusnya.Auris terlihat kebingungan dan berhenti diantara pintu masuk utama rumah sakit. Saat dia ingin keluar langkahnya terhenti ketika seseorang memanggilnya."Auris sedang apa diluar?" tanya Suster Anet yang kebetulan ada di lobi.Auris menengok ke arah suster dan saat itu juga Sean memilih pergi mengambil kesempatan Auris
-Royal Greens Hospital, Melbourne Australia- Seorang gadis tengah menatap ke luar jendela. Dari lantai 5 dirinya bisa melihat gedung-gedung tinggi berjajar rapi, ia melihat jalanan yang selalu ramai di luar sana berbeda dengan dirinya yang merasa kesepian dan hampa di ruangan rumah sakit. Pemandangan ini yang selalu mengobati kebosanan di tempat ini.Gadis yang terduduk di atas tempat tidur itu tersenyum getir lalu menghela nafas berat. Kakinya sudah gatal ingin berlarian di luar rumah sakit yang terasa mengurungnya. Gadis yang berkulit putih susu dengan mata biru dan rambutnya berwarna kecokelatan terurai sampai ke punggung terus membayangkan betapa indahnya jika bisa berhasil keluar dari tempat ini.Di ruangan ini memang fasilitasnya lengkap, namun tetap saja gadis ini terus resah ingin segera keluar dan bebas.Pintu terbuka tiba-tiba dan menampilkan seorang dokter wanita dengan berjas putih."Selamat siang, Auristella" Dokter yang bernama Dokter Clara itu tersenyum pada Auristella.
Arsen segera keluar mobil dan membukakan pintu belakang secara kasar. Sedangkan gadis yang ketahuan itu merasa ketakutan apalagi melihat ekspresi pria di hadapannya."Turun!" Arsen membuka pintu dan mempersilahkan orang yang tidak dikenalnya keluar.Auris menundukkan kepalanya, kakinya mencari pijakan untuk turun. Dirinya sudah di sergap oleh pria jangkung."Siapa kau, kenapa bisa ada dimobilku?!" tanya Arsen yang sudah bersiap jika orang itu menyerang namun melihat gerak geriknya. Arsen berpikir bukan orang yang kuat.Tidak ada jawaban terpaksa, Arsen melepaskan masker gadis itu. Auris menatap Arsen dengan tatapan yang sendu juga ketakutan. Arsen melihat celana yang dikenakan gadis itu adalah celana pasien di rumah sakit tempatnya bekerja."Siapa namamu?"."A..aku Auris. Maaf sudah menyelinap tanpa izin" ucap Auris yang menundukkan bahunya. Melihat situasi renggang Auris berniat melarikan diri."Kau pasien Royal Greens Hospital?" Arsen bertanya kemudian menempelkan tangannya di mobil
"Dokter Arsen, kenapa pakaianmu basah?" tanya Dokter Laura yang terlihat khawatir, Auris hanya mendengar perkataan itu sebelum pintu lift tertutup.Laura terus memberi perhatian pada Arsen namun pria itu hanya menanggapinya dengan datar.Arsen memang terkenal dengan julukan dokter kulkas, saking dinginnya jika diajak berbicara apalagi dengan lawan jenis seolah Arsen membatasi dirinya. Padahal Arsen sudah lama single dan belum ada yang bisa mengisi hatinya. Arsen terlalu fokus dengan pekerjaannya dan posisinya sebagai Dokter sampai hidupnya sudah lama gelap."Aku tercebur ke kolam" jawab Arsen, Laura ingin membuka jasnya untuk Arsen namun Arsen menolak."Kenapa kau juga ada disini?" tanya Arsen yang sedang berjalan bersama dengan Laura."Baru saja aku mau pulang, pekerjaanku sudah selesai. Oh ya besok ada kunjungan Ketua""Pagi?""Iya, kau tau sendiri Ketua Smith terlalu rajin, bahkan ayam belum berkokok dia sudah ada disini" Laura tertawa, Arsen tersenyum mendengarnya.Melihat pria itu