"Dokter manis sekali" ucap Auris dengan memegang bibirnya, wajah itu terlihat tanpa bersalah sedangkan Arsen yang jadi korbannya menatap tajam Auris.Di dalam hati Arsen terasa gemuruh yang mencuat dan otaknya tidak bisa menerima kenyataan gadis itu mencuri ciumannya. "Auris kau..."."Maaf dokter aku tidak sengaja" Auris memegang tengkuknya yang tidak gatal."Setelah melakukannya, kau bilang tidak sengaja?!" geram Arsen."Dokter jangan marah, itu adalah ciuman untuk membujukmu".Arsen yang tidak terima dipermainkan oleh Auris segera membalas perbuatan gadis itu.Dengan tubuhnya yang tegap, Arsen menarik tubuh Auris lalu merapatkan ke tembok. Dia mengunci Auris diantara tangannya yang diletakkan di tembok.Auris yang dalam posisi ini merasa tidak nyaman. Ia selalu menghindari kontak mata itu."Apa kau selalu melakukan itu jika membujuk seseorang hmm?" tanya Arsen yang setengah berbisik membuat Auris merinding mendengarnya."Tidak" jawab Auris dengan gugup."Kau berbohong, pasti sudah t
Saat mendengar suara itu, Auris mengedarkan pandangannya mencari sosok suara yang dikenalnya."Sean?" panggil Auris beranjak mencari sumber suara itu, ia sangat yakin pria itu disini.Auris mencari ke sekitar namun tidak menemukannya, Auris berjalan ke lobi namun tidak ada sosok itu.Padahal Sean masih ada mengamatinya tanpa diketahui Auris karena Sean berada di balik garda penyekat ruangan lobi dengan pintu keluar.Sean tidak tega jika harus menemuinya, dia hanya akan menyiksa perasaan Auris. Apalagi Sean mengetahui hari dimana Auris kembali ke rumahnya dan diusir oleh Tuan George.Dirinya merasa sangat bersalah namun tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menebusnya.Auris terlihat kebingungan dan berhenti diantara pintu masuk utama rumah sakit. Saat dia ingin keluar langkahnya terhenti ketika seseorang memanggilnya."Auris sedang apa diluar?" tanya Suster Anet yang kebetulan ada di lobi.Auris menengok ke arah suster dan saat itu juga Sean memilih pergi mengambil kesempatan Auris
-Royal Greens Hospital, Melbourne Australia- Seorang gadis tengah menatap ke luar jendela. Dari lantai 5 dirinya bisa melihat gedung-gedung tinggi berjajar rapi, ia melihat jalanan yang selalu ramai di luar sana berbeda dengan dirinya yang merasa kesepian dan hampa di ruangan rumah sakit. Pemandangan ini yang selalu mengobati kebosanan di tempat ini.Gadis yang terduduk di atas tempat tidur itu tersenyum getir lalu menghela nafas berat. Kakinya sudah gatal ingin berlarian di luar rumah sakit yang terasa mengurungnya. Gadis yang berkulit putih susu dengan mata biru dan rambutnya berwarna kecokelatan terurai sampai ke punggung terus membayangkan betapa indahnya jika bisa berhasil keluar dari tempat ini.Di ruangan ini memang fasilitasnya lengkap, namun tetap saja gadis ini terus resah ingin segera keluar dan bebas.Pintu terbuka tiba-tiba dan menampilkan seorang dokter wanita dengan berjas putih."Selamat siang, Auristella" Dokter yang bernama Dokter Clara itu tersenyum pada Auristella.
Arsen segera keluar mobil dan membukakan pintu belakang secara kasar. Sedangkan gadis yang ketahuan itu merasa ketakutan apalagi melihat ekspresi pria di hadapannya."Turun!" Arsen membuka pintu dan mempersilahkan orang yang tidak dikenalnya keluar.Auris menundukkan kepalanya, kakinya mencari pijakan untuk turun. Dirinya sudah di sergap oleh pria jangkung."Siapa kau, kenapa bisa ada dimobilku?!" tanya Arsen yang sudah bersiap jika orang itu menyerang namun melihat gerak geriknya. Arsen berpikir bukan orang yang kuat.Tidak ada jawaban terpaksa, Arsen melepaskan masker gadis itu. Auris menatap Arsen dengan tatapan yang sendu juga ketakutan. Arsen melihat celana yang dikenakan gadis itu adalah celana pasien di rumah sakit tempatnya bekerja."Siapa namamu?"."A..aku Auris. Maaf sudah menyelinap tanpa izin" ucap Auris yang menundukkan bahunya. Melihat situasi renggang Auris berniat melarikan diri."Kau pasien Royal Greens Hospital?" Arsen bertanya kemudian menempelkan tangannya di mobil
"Dokter Arsen, kenapa pakaianmu basah?" tanya Dokter Laura yang terlihat khawatir, Auris hanya mendengar perkataan itu sebelum pintu lift tertutup.Laura terus memberi perhatian pada Arsen namun pria itu hanya menanggapinya dengan datar.Arsen memang terkenal dengan julukan dokter kulkas, saking dinginnya jika diajak berbicara apalagi dengan lawan jenis seolah Arsen membatasi dirinya. Padahal Arsen sudah lama single dan belum ada yang bisa mengisi hatinya. Arsen terlalu fokus dengan pekerjaannya dan posisinya sebagai Dokter sampai hidupnya sudah lama gelap."Aku tercebur ke kolam" jawab Arsen, Laura ingin membuka jasnya untuk Arsen namun Arsen menolak."Kenapa kau juga ada disini?" tanya Arsen yang sedang berjalan bersama dengan Laura."Baru saja aku mau pulang, pekerjaanku sudah selesai. Oh ya besok ada kunjungan Ketua""Pagi?""Iya, kau tau sendiri Ketua Smith terlalu rajin, bahkan ayam belum berkokok dia sudah ada disini" Laura tertawa, Arsen tersenyum mendengarnya.Melihat pria itu
Auris menatap sinis dokter yang sudah mengatainya gila."Jangan sembarangan, dia pasienku" ucap Dokter Clara sembari menghela nafas dan menggelengkan kepalanya, sedangkan Dokter Arsen menatap Auris dengan tatapan yang heran namun ada senangnya bertemu gadis itu lagi."Auristella sedang apa? Kenapa pakaianmu kotor" tanya Dokter Clara, Auris berdiri dan mendekap kucing yang terlihat lemas itu."Aku menyelamatkan kucing ini" jawab Auris lalu menatap satu persatu dokter di hadapannya."Maaf, Dokter Clara. Aku segera kembali" ucap Auris lalu bersiap untuk pergi, ia melangkah menjauhi ke empat dokter."Bau sekali" celetuk Dokter Laura, Arsen terus memandangi gadis itu."Aku pergi dulu" ucap Dokter Clara yang segera menyusul Auris."Pasien Clara, semuanya aneh-aneh, benarkan?" Dokter Laura mencari sosok Arsen yang sudah tidak ada, hanya ada Dokter Louis."Kemana Arsen?""Baru saja pergi" ucap Louis yang menunjuk Arsen sudah ada di dalam rumah sakit terlihat dari jendela.Di tempat lain, Auri
Auris merasa tidak aman."Kalau begitu aku pergi" bisik Auris, ia berjalan membelakangi Arsen dan berpapasan namun tidak saling melihat.Arsen memperhatikan gerakan Auris yang berjalan membelakanginya sembari menunduk.Arsen kemudian berkata "Sebaiknya kau dikamar sendiri, jangan sering keluyuran, Auris" Arsen menekankan ucapannya saat menyebut nama Auris, gadis itu sontak melirik dengan kaku."Aku tau" katanya dengan menegapkan tubuhnya tidak membungkukan lagi.Auris menghentakkan kakinya lalu membuka pintu dan menutupnya."Kenapa aku terus bertemu dengannya huh" ucap Auris ia memukul udara melampiaskan kekesalannya.Sedangkan Arsen melanjutkan pekerjaannya untuk memeriksa Ivy yang keadaannya tidak baik."Nona Ivy, istirahat yang cukup dan minum obat secara teratur jangan melewatkannya" pesan Arsen pada Ivy karena mengetahui jika Ivy kemarin melewatkan minum obatnya.Arsen kemudian keluar lalu menatap pintu ruangan Auris, kali ini dia tahu ruangan itu milik gadis tengil yang selalu me
Hari Arsen mengambil shif malam, ia sedang menunggu pemeriksaan pasien di jam malam sembari meneliti perkembangan pasien. Ia membaca menggunakan kacamata.Dua puluh menit berlalu, hari ini menunjukkan pukul 07.30 pm, Arsen bersiap lebih awal setengah jam dari waktunya pemeriksaan pasien. Arsen melihat arloji yang melingkar di tangannya. Ia melangkah menuju tempat ganti pakaian yang ada di ruangan ini berbentuk skat menggunakan gorden.Semenjak Dokter Clara melimpahkan semua tugas kepadanya, Arsen berusaha membagi waktu.Arsen kini hanya sendirian memeriksa, ia bergegas mengganti bajunya karena baju tadi sudah di pakai dan sedikit berkeringat.Sedangkan di luar ruangannya terlihat Auris sedang berdebat dengan Dokter Galen."Kenapa aku tidak bisa mengganti dokternya?".Gelen terlihat memijit kepalanya "Ya karena tidak bisa nona, sudah ada prosedurnya dan semua dokter sedang sibuk" Galen mencoba memberi pengertian."Aku ingin bertemu dengan Dokter Ares!"Ketika mendengar nama Ares, Galen