Beranda / Romansa / Here To Hurt You / Bab 5 : Mau tidak Mau

Share

Bab 5 : Mau tidak Mau

Auris merasa tidak aman.

"Kalau begitu aku pergi" bisik Auris, ia berjalan membelakangi Arsen dan berpapasan namun tidak saling melihat.

Arsen memperhatikan gerakan Auris yang berjalan membelakanginya sembari menunduk.

Arsen kemudian berkata "Sebaiknya kau dikamar sendiri, jangan sering keluyuran, Auris" Arsen menekankan ucapannya saat menyebut nama Auris, gadis itu sontak melirik dengan kaku.

"Aku tau" katanya dengan menegapkan tubuhnya tidak membungkukan lagi.

Auris menghentakkan kakinya lalu membuka pintu dan menutupnya.

"Kenapa aku terus bertemu dengannya huh" ucap Auris ia memukul udara melampiaskan kekesalannya.

Sedangkan Arsen melanjutkan pekerjaannya untuk memeriksa Ivy yang keadaannya tidak baik.

"Nona Ivy, istirahat yang cukup dan minum obat secara teratur jangan melewatkannya" pesan Arsen pada Ivy karena mengetahui jika Ivy kemarin melewatkan minum obatnya.

Arsen kemudian keluar lalu menatap pintu ruangan Auris, kali ini dia tahu ruangan itu milik gadis tengil yang selalu membuat ulah. Arsen melewati pintu kamar Auris dan melanjutkan tugasnya untuk memeriksa pasiennya.

-Aku Doktermu-

"Apa?" Auris berteriak tidak percaya pada Bibi Etna.

"Nona, tenanglah. Dokter Arsen juga adalah dokter hebat" ucap Bibi Mely.

Auris menggelengkan kepalanya "Kenapa Dokter Clara melimpahkan tugasnya pada dokter itu bi?"

"Pihak rumah sakit sudah memilih Dokter Arsen yang paling baik untuk menggantikan Dokter Clara. Bibi mendengar dokter penyakit dalam disini kekurangan orang sedangkan pasien bertambah banyak"

"Aku tidak mau carikan dokter lain saja" tegas Auris, ia menarik selimut sampai menutupi wajahnya menyembunyikan raut wajah kesalnya.

"Nona itu tidak bisa, dokter yang lain sudah memegang pasiennya masing-masing. Dan hanya dokter Arsen yang mampu menangani pasien banyak kata suster memberitahukan tadi"

Terdengar helaan nafas dari Auris yang masih tidak terima dokter sebaik dokter Clara diganti.

"Sampaikan pada dokter itu aku tidak mau diperiksa olehnya"

"Mau tidak mau kau harus diperiksa olehku" ucap seseorang yang baru saja datang ternyata dia sudah mendengar percakapan dua orang itu.

Bibi Etna langsung memberi salam pada Dokter Arsen. Sosok dokter yang di hadapannya sangat tampan namun kenapa Auris bilang dia jelek dan kasar.

Arsen mendekati Auris lalu membuka selimut itu, ia melihat Auris yang sudah kesal. Arsen tersenyum mencoba bersikap ramah.

"Nona Auris kau akan pengap jika menutup wajahmu seperti itu" Arsen merapikan selimut Auris gadis itu hanya menatap tajam Arsen.

Satu suster yang di belakang Arsen segera mengecek tekanan darah Auris di lengannya.

"150/72 Dok" ucap suster.

"Auris Sebaiknya kau harus mengatur emosimu supaya tidak terkena tekanan darah tinggi" ucap Arsen yang tengah sibuk membaca catatan yang dibuat oleh Dokter Clara.

Auris melirik bibinya lalu melirik suster yang selalu merawatnya.

"Suster, kapan Dokter Clara pulang?" tanya Auris yang berharap Dokter Clara pulang segera namun belum sehari dokternya pergi.

Suster tersenyum "Dokter Clara tidak bisa dipastikan kapan pulangnya. Nona tenang saja ada Dokter Arsen akan merawatmu " ucapnya.

Auris tidak mau mendengarkan jawaban itu yang ingin ia dengar adalah jawaban Dokter Clara segera pulang.

"Buka mulutmu" titah Arsen lalu Clara menurutinya. Arsen memperhatikan lidah Clara yang menunjukkan dirinya dehidrasi dan panas dalam.

"Suster pasang infusannya lagi"

Auris memegang jas putih Arsen.

"Aku tidak mau di infus" pinta Auris.

Arsen menatap mata itu lalu melirik Suster Anet.

"Baiklah kalau tidak mau, sebaiknya banyak minum dan jangan banyak bergerak. Tubuhmu masih belum pulih"

"Baik, Dokter" ucap Auris, Arsen menyembunyikan senyumnya saat Auris memanggilnya Dokter.

Arsen mengeluarkan stetoskop dan memeriksa tubuh Auris, ia terkejut dengan detak jantung Auris yang berdetak sangat cepat. Ia mengecek bagian punggung Auris lalu membuat kesimpulan.

"Apa ada yang dirasa sakit?"

"Tidak ada"

Arsen mengangguk lalu melepaskan stetoskopnya, ia menulis beberapa indikasi dan tambahan obat untuk Auris.

"Istirahatlah, nanti setiap tiga jam suster akan memeriksa. Jadi jangan kemana-mana" ucap Arsen, Auris mendengar ucapan itu mendesah.

"Apa kau dengar?"

"Iya aku dengar dengan jelas"

"Bagus"

Arsen melangkah pergi diikuti suster di belakangnya. Auris menatap kepergian Arsen lalu menggerutu.

"Tiga jam sekali, apa-apaan. Dokter Clara tidak seketat dan serewel itu" ujar Auris menggerutu, ia membenarkan posisi duduknya. Bibinya yang mendengar ocehan itu tersenyum.

Saat berjalan di koridor rumah sakit, ada seorang perawat pria berlari menuju Arsen.

"Dokter Arsen ada pasien Gawat darurat!" ujar Tomy yang berhenti tepat di depan Arsen.

"Suster Anet, lanjutkan pekerjaanku nanti aku akan mengecek ulang" titah Arsen pada suster itu.

Arsen langsung melangkah cepat menuju ruang operasi.

Saat di depan ruang operasi dia di sambut oleh asisten dokter.

"Pasien mengalami kecelakaan keadaannya kritis dan terjadi pendarahan di otaknya" ujar Dokter Karl.

Arsen langsung membuka jas putihnya lalu langsung bersiap melakukan operasi tak lupa menggantinya seragamnya dengan pakaian tindakan atau operation theatre uniforms.

Pakaian ini terdiri apron medis, penutup kepala, sarung tangan, serta terusan operasi.

Ia mengenakan penutup kepala dan masker kemudian mencuci tangannya dengan anti septik dan mengenakan sarung tangan latex.

Pakaiannya berwarna hijau kebiruan dengan lengan pendek memasuki meja operasi. Satu dokter anestesi melaporkan tugasnya.

Arsen dibantu dokter bedah profesional melakukan operasi darurat itu.

Satu jam berlalu di ruang operasi para dokter tengah sibuk dengan tugasnya, Arsen menggunakan kacamata khusus dan pisau bedah.

"Mess" ucap Arsen dan dokter perempuan langsung meletakkan pisau mess di tangan Arsen yang sedang fokus dengan selaput.

Di luar ruangan operasi Dokter Laura beru saja sampai setelah mendengar kabar bahwa keponakannya kecelakaan mobil dan kritis. Ia bersama ibu Axel menunggu hasil operasi.

"Bibi tenang, ada Arsen yang menanganinya. Axel akan baik-baik saja" ucap Laura pada ibu Axel yang terlihat khawatir sedikit tenang karena Arsen yang menanganinya.

Tiga jam berlalu, Arsen keluar dari ruang operasi. Ia tidak melepaskan penutup kepalanya dan menemui keluarga pasien.

"Dokter bagaimana operasinya? Apa anakku selamat?" tanya ibu Axel.

Arsen menagngguk "Operasinya berjalan lancar, pasien akan segera dipindahkan ke ruangan. Mungkin butuh sehari untuk siuman" ucap Arsen.

Laura menghampiri Arsen dan tersenyum "Terimakasi Arsen kau menyelamatkan keponakanku" ucapnya Arsen baru mengetahui jika pasien itu keponakan Laura.

"Ini semua berkat dirinya sudah melewati operasi" ucap Arsen kemudian dia permisi untuk masuk kembali.

Arsen melepaskan penutup kepalanya setelah merapihkan rambutnya setelah itu mengenakan seragamnya berwarna hijau kebiruan. Setelah bersih,Arsen mengambil jas dokternya lalu mengenakannya.

Para dokter yang lain membereskan meja operasi dan peralatan lainnya.

Arsen berjalan keluar dari ruangan operasi lalu menuju ruangan pribadinya.

Di dalam ruangan Arsen duduk di sofa meluruskan kakinya dan beristirahat sejenak. Ia melepaskan maskernya lalu menghirup udara dalam-dalam.

Tok tok...

"Masuklah"

Seorang dokter temannya datang menemui Arsen. Pria itu langsung duduk di hadapan Arsen.

"Arsen, lama tidak bertemu" ujarnya dengan tersenyum.

"Iya"

Galen menggelengkan kepalanya "Arsen kapan kau tidak dingin seperti ini. Berbicara dengan pria kaku sepertimu membuatku pusing" ucapnya.

Arsen tidak memperdulikan ocehan temannya itu.

"Katakan saja kenapa kau kemari?"

Gelen berdiri lalu menunjuk Arsen "Kau?! Tentu saja untuk mengganggumu"

Arsen memejamkan matanya sembari bersandar di sofa.

"Hari ini padat sekali, aku baru saja istirahat dan ternyata bersamaan denganmu. Oh ya Arsen aku dengar keponakan Laura dioperasi olehmu?"

Arsen bergumam mengiyakan.

"Ini kesempatan untuk mendekati Laura karena telat menyelamatkan keponakannya" ujar Galen yang senyam senyum sedangkan Arsen malah diam.

"Hei Arsen apa kau mendengarkan!" Galen menendang kecil kaki Arsen.

"Mendengarkanmu"

"Lalu apa responmu terhadap Laura? Ini kesempatan Arsen"

"Aku tidak tertarik sama sekali"

Galen berdecak "Ck, dokter secantik dan sepintar itu kau menolaknya?"

"Kau tidak mendengar gosip ya?" celetuk Galen lagi.

Arsen membuka matanya lalu menatap Galen.

"Gosip apa?"

"Akhirnya kau merespon, aku beritahukan bahwa semua dokter dan perawat sudah tau hubunganmu dan Laura sangat dekat bahkan kalian dijuluki pasangan malaikat" jelas Galen.

Arsen mengernyitkan alisnya "Mana ada aku dekat dengannya"

"Lalu kenapa kalian sering makan bersama dan Laura sering kemari?"

"Tidak lain untuk membicarakan pekerjaan Galen, kau terlalu jauh" Arsen duduk menyilangkan kakinya.

"Tapi semua orang bertuju padamu san Laura yang sangat dekat. Dan tidak berani ada yang mendekatimu lagi, sebelumnya kau dokter yang diidolakan banyak suster dan dokter tapi setelah gosip kau dan Laura mereka patah hati dan membuat sebuah grup WA" terang Galen, Arsen yang mendengarnya menggelengkan kepala.

"Berlebihan sekali"

"Eits kau belum melihat ya, biar aku tunjukan" Galen mengeluarkan ponselnya lalu memperlihatkan sebuah grup WA yang dibuat oleh para suster.

"KompahAr" ucap Galen.

"Komunitas patah hati Arsen" jelas Galen yang menjabarkan kepanjangan grup itu.

Arsen berdecak lalu tertawa "Bubarkan grup itu Galen!"

"Aku bukan adminnya" timpal Galen.

"Biarkan saja Arsen karena itu menambah citramu sebagai dokter tampan setelahku" Galen tertawa karena menurutnya lebih tampan dirinya daripada Arsen dan Arsen hanya mengiyakan. Padahal Arsen jauh lebih tampan dengan tubuhnya tinggi 187 cm juga rambutnya yang tebal. Wajahnya juga manis sekaligus tampan namun Arsen tidak memperdulikan hal tersebut.

Laura berada di ruang rawat inap VVIP bersama ibunya Axel. Nyonya Berlin yang menunggu Axel. Laura datang untuk mengantarkan makanan yang dipesannya untuk Nyonya Berlin.

"Bibi, makan dulu. Axel nanti juga segera sadar" ucap Laura memberikan keranjang makanan dan menaruhnya di meja.

"Terimakasih, Laura nanti Bibi akan memakannya"

"Baik kalau begitu Laura lanjut bekerja dulu. Ayah juga akan kemari menjenguk Axel" ucap Laura sebelum pergi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status