Langkah kaki ketiganya dan suara roda brankar yang melewati lorong itu terdengar kencang malam itu. Beberapa orang yang melihatnya ikut panik dan menatap dengan rasa was-was juga meski mereka tidak tahu apa yang tengah terjadi tapi mereka berpikir pasti ada seseorang yang sedang sekarat saat ini.
Sampai di depan ruang operasi Niko melepas mereka dan duduk di kursi tunggu yang dingin dengan gusar.
Niko hanya bisa duduk terdiam tanpa sedikit pun bergerak, sudut kedua matanya menggenang air yang berusaha dia tahan.
Sudah hampir dua jam lebih lampu itu belum juga berubah warna, saat Niko menoleh untuk memastikannya.
Apa yang harus dia lakukan pada gadis itu.
Bagaimana dengan keluarganya, Niko semakin memikirkannya dia semakin cemas.
Saat itu juga suara panggilan berbunyi dari ponsel pintarnya yang ada di saku jaket milik Aspen.
Niko mengambil ponsel itu di layarnya tertera nama seseorang yang dia kenali.
“Hello ... ini Niko.” Jawab Niko singkat.
“Selamat malam Tuan Niko, kami ingin mengabarkan berita terkait insiden beberapa jam tadi.”
“Cepat katakan!” hardik Niko dengan suara tegas dan penasaran.
“Pelaku sudah ditangkap, dalangnya hanya seorang pemuda yang butuh uang dan dia mendapat perintah dari seorang pesaing Tuan Niko.”
“Apa katamu? Hanya orang iseng. Nggak mungkin, sialan!”
“Maaf Tuan Niko, seperti itu kenyataannya. Apa Tuan mengenal orang tersebut ... sudah saya kirimkan fotonya.”
Niko langsung menyentuh layar ponsel itu dengan cepat, sebuah foto terkirim.
“Sialan! Dia ...” Niko mengumpat dengan kesal.
“Hallo, pastikan dia di penjara sampai mati.” Kata Niko dengan suara tegas dan penuh amarah.
“Baik Tuan!”
“Kau urus semuanya jangan sampai berita ini masuk menyebar. Pastikan semua wartawan dan reporter kau bungkam. Aku tidak ingin ada satupun berita mengenai masalah ini.”
“Baik Tuan!”
“Dan jangan lupa, si bangsat itu pastikan dia tidak akan pernah muncul lagi dalam hidupku.”
“Baik Tuan!”
“Jadi motifnya?” tanya Niko lagi.
“Dia butuh uang dan kebetulan dia mendapatkan tawaran yang menarik. Menurutnya dia tidak ingin membunuhmu hanya ingin memberimu peringatan. Dan si dalang ini merasa sakit hati karena Tuan menolak tawarannya.”
“Sialan! Hancurkan hidupnya buat dia bangkrut dan menderita seumur hidup karena sudah berani menyentuh hidupku.”
“Baik Tuan Niko.”
Tuuuutttt…
Sambungan telepon itu terputus.
Rahang Niko mengeras, kepalan tinjunya kuat dadanya bergemuruh.
Niko merasa kesal, karena bajingan itu membuat seorang gadis yang tidak berdosa harus mengalami masa sulit saat ini.
-----
Setelah kurang dari lima jam lampu itu berubah warna, ada beberapa orang yang keluar dari ruang operasi dengan cepat Niko berdiri dan berjalan menghampiri mereka.
“Bagaimana dengan hasilnya?” tanya Niko pada mereka.
“Semua baik-baik saja semoga dia bisa bertahan.” Jawab sang dokter menepuk pundak Niko lalu dia pergi diikuti oleh yang lainnya.
Selang beberapa menit, Aspen keluar dengan masih terbaring di atas brankar.
“Apa kau baik-baik saja Aspen?” tanya Niko saat dia sudah mendekat.
Aspen hanya mengangguk.
Niko mengikuti mereka menuju ruangan yang sebelumnya.
Di dalam ruangan Aspen lebih terlihat segar dan baik-baik saja setelah beberapa jam istirahat.
Aspen menatap Niko, wajah sepupunya itu tidak seperti biasa.
“Apa yang terjadi Niko?”
“Aspen, apa dia akan baik-baik saja?”
“Hm … entahlah! Aku sendiri masih ragu tapi kata dokter dia gadis yang kuat dan hebat bisa bertahan sejauh ini.”
Aspen mendesah dalam.
Niko pun mengikuti.
Keduanya terdiam untuk beberapa saat.
Ini untuk pertama kalinya Aspen melihat Niko begitu khawatir pada orang lain atau karena gadis itu telah menyelamatkan hidupnya tapi dia dulu pernah melakukan hal yang sama Niko cuek saja.
“Hey Niko ... ada apa denganmu? Dulu saat aku melakukan hal yang sama kau biasa saja kepadaku.” Tanya Aspen penasaran dengan apa yang sedang dipikirkan Niko saat ini.
“Mn ... aku hanya mengkhawatirkan keluarganya. Dan gadis itu ...” Niko berhenti lalu menunduk dengan kedua tangan menopang dagunya duduk di sudut ruangan.
“Aku tidak pernah melihatmu panik seperti ini sebelumnya Niko. Dan dia bukan siapa-siapa kita.”
“Aspen, kau jangan berkata seperti itu.”
“Tapi, aku pernah mengalami hal yang lebih sulit. Kau ingat saat aku menolongmu jatuh ke jurang dan aku hampir mati saat kita duduk di bangku SMP.”
“Kondisinya berbeda Aspen.”
“Aku juga sekarat saat itu dan kau masih berhutang padaku hahahaha ...”
“Apa kau cemburu pada gadis itu Aspen?”
“Hah? Aku cemburu jangan ngaco Niko.”
Niko tersenyum mendengarnya.
“Maka hentikan omong kosongmu. Aku hanya khawatir kalau dia ...”
“Jangan berpikir seperti itu, kita harus percaya dia bisa bertahan.”
“Apa kau sudah selidiki siapa keluarganya?”
“Sebentar.”
Aspen meraih jaket yang ada di depannya dan merogoh saku bagian dalam.
Pada ponselnya ada notifikasi, dengan cepat dia membuka email yang dia terima.
“Aku baru saja mendapatkannya. Tidak ada data apa pun yang mereka dapatkan, gadis itu …” Aspen terdiam menunduk menatap layar ponsel yang masih menyala.
“Apa maksudmu?”
“Dia ... tidak punya siapa-siapa di sini.” Jawab Aspen mendesah.
“Apa katamu?”
“Iya, dia sebatang kara Nik.” Aspen menoleh menatap Niko.
Mereka saling berpandangan.
“Itu berarti ...”
“Yah, kau harus merawatnya karena kau telah membuatnya seperti itu.” Kata Aspen menaruh ponsel miliknya di sembarang tempat di atas brankar.
Niko mendesah dalam, suaranya terdengar sampai tempat Aspen.
“Lalu apa rencanamu?” tanya Aspen pada Niko, “Kita tidak mungkin menjaganya kan? Masih banyak jadwal yang harus kau lakukan dan beberapa misi yang harus kita lakukan.”
“Aspen ...”
Panggil Niko pelan menatap sepupunya itu dengan tegas, dia sudah melepaskan topi dan maskernya kali ini.
“Apa yang kau pikirkan saat ini?”
“Hmm ...”
“Ayolah Aspen.. cepat katakan padaku..”
“Kita harus menjaganya dan merawatnya.” Jawab Aspen.
“Ok!”
“Tapi Nik ... semuanya ... bagaimana?”
“Batalkan semuanya, bayar dendanya. Apa kau ingin kita menjadi orang yang tidak bertanggung jawab, kau tahu aku siapa? Bagaimana kalau kejadian itu menimpa orang-orang di negeri kita. Apa aku harus diam saja.”
“Nik, tapi dia ... kita bisa menyewa seseorang untuk merawatnya bukan?”
“Hmm ... aku tidak yakin.”
“Niko William jangan gila.” Aspen dengan cepat bangun lalu berdiri menghampiri Niko.
“Nik ...” Aspen memegang pundak Niko.
“Setelah semuanya selesai, bawa dia ke apartemen kita. Pastikan semuanya baik-baik saja sampai dia bisa kembali normal seperti semula. Aku berhutang nyawa padanya Aspen. Gimana? Apa aku salah? Menurutmu?”
Niko kini yang menatap Aspen dengan tajam.
Mata dan tatapan itu, Aspen tidak bisa membantahnya.
Niko memang terlahir sebagai pewaris dan pengganti ayahnya. Tidak bisa dipungkiri, selama ini ayah ibunya selalu memberinya nasehat agar terus mendukung dan menjaga Niko. Jadi seperti ini ...
“Baiklah, kalau itu yang kau inginkan. Aku akan melakukan semuanya dengan baik.”
“Hm …” Niko mengangguk dan tersenyum kecil.
“Rahasiakan semua ini pada kedua orang tuaku terutama ibuku. Paham!”
“Baik.”
Bersambung..
Aspen sudah kembali seperti semula setelah istirahat beberapa jam.Setelah menyelesaikan segalanya baik administrasi rumah sakit dan kamar inap VIP yang dia pesan dua kamar, satu untuk dia dan Niko dan satunya untuk Amerika.Aspen sudah kembali ke ruangan saat itu Niko tengah tertidur pulas.“Ada apa denganmu sepupuku, tidak biasanya kau bersikap seperti ini.” Kata Aspen lirih menatap Niko dengan tersenyum kecil.Suara ponsel Aspen berbunyi, dia langsung memeriksanya.Ada banyak foto yang diterimanya dari pesan pribadi Aspen.Foto-foto itu adalah tempat tinggal Amerika yang dia minta kepada anak buahnya beberapa jam yang lalu setelah dia berdiskusi dengan Niko.
Tanpa disadarinya Aspen tertidur di sofa bersama Amerika sementara Niko terbangun dan terkejut saat melihat isi ruangan kosong tidak ada Aspen di sana.Bergegas Niko bangun dari tempat tidur, dia berjalan keluar.Niko langsung menuju ruangan yang ada di sebelahnya, saat dia membuka pintu Aspen ada di sana.Niko mendengus saat menemukan Aspen, dia sudah panik sebelumnya khawatir terjadi sesuatu pada Aspen.Bukan tanpa alasan, kejadian donor danar membuatnya merasa bersalah.“Aspen bangunlah.” Niko menyentuh lengan Aspen yang tertidur dengan duduk di sofa.“Hmm ...” Aspen membuka matanya, melihat Niko sudah berdiri di hadapannya dia sedikit terkejut, kedua al
“Nona, bisakah kau sedikit sopan.” Kata Aspen pada Amerika.Amerika terdiam untuk beberapa saat, dia menunduk mengapa hidupnya setragis ini. Dia hanya ingin dengan begitu semua masalah hidupnya akan terselesaikan.Tapi pada kenyataannya peluru itu justru membuatnya masuk ke dalam masalah lagi, dua orang ini tidak akan membiarkan dirinya lepas begitu saja.Lalu bayangan para penagih hutang yang selalu mengejarnya membuatnya semakin bergidik. Amerika terisak tanpa dia sadari air mata jatuh dengan deras.Aspen dan Niko bingung melihat Amerika menangis histeris.Tiba-tiba ruangan itu hening …Suara tangisan Amerika pecah.
Di sebuah apartemen pinggiran kota Paris yang sedikit kumuh, beberapa orang pria dengan tubuh kekar dan tampan seram tengah mendobrak sebuah kamar tak berpenghuni, setelah pintu terbuka salah satu dari mereka mendengus kesal.“Sialan! Ke mana kaburnya gadis jalang itu.”Pria itu mengepalkan tinju, rahangnya mengeras.“Bro Dimitri, sepertinya dia sudah melarikan diri.” Kata salah satu anak buahnya setelah dia mengitari kamar itu.“Ah, sialan!” Pria yang disebut Dimitri itu langsung menendang sembarang benda dengan kesal.Klontang!Suara benda-benda yang jatuh ke lantai membuat keributan.Sementara di
“Ah, maafkan aku! Kupikir dia gadis yang berbeda,” jawab Aspen tersipu malu karena telah salah mengira.“Boleh aku tahu di mana barang-barang pribadiku?” tanya Amerika pada mereka berdua.“Sebentar,” Aspen memberikan tas kertas coklat yang sudah dibawanya kepada Amerika.Tas warna coklat itu berisi barang-barang pribadi Amerika.Dengan tangan kirinya Amerika menerimanya dari Aspen.Tanpa pikir panjang dan mengacuhkan kedua pria itu, Amerika langsung mencari ponsel miliknya. Saat dia menemukannya wajahnya terlihat tersenyum kecil, merasa lega.Lalu dia langsung memeriksa pesan pribadi yang masuk dan banyak sekali panggilan telepon dari seseorang
Aspen hanya meringis saat dia menoleh pada Niko yang terlihat kesal mendengar perkataan Aspen.Amerika hanya bisa bengong, pria tampan berotot di hadapannya ini ternyata bisa bersikap manis juga, pikir Amerika.“Baiklah, hari ini kau bisa pulang setelah menyelesaikan semua urusan administrasi. Dan ini ada beberapa resep obat yang harus kau minum juga agar kau cepat pulih kembali. Semoga lekas kembali sehat Nona Amerika. Ah, kulitmu sungguh bagus sekali, aku sebagai wanita iri melihatnya, di mana kau merawatnya?”Mendengar kalimat si dokter, Amerika hanya tersenyum, sejak kapan dia perawatan kulit. Bahkan untuk biaya hidupnya saja dia kesusahan, batin Amerika yang pada akhirnya hanya meringis tanpa menjawab sepatah kata pun.“Gadis sekarang memang
Merasa canggung buru-buru Aspen menarik diri menjauh dari Amerika, setelah posisi aman dia langsung menarik napas panjang dengan perlahan. Wajahnya memerah, Niko menangkap basah perubahan wajah Aspen yang tak biasa.Amerika masih tertunduk merasa malu, untuk pertama kalinya dia sedekat itu dengan seorang pria yang baru saja dia kenal.Pipinya merona terasa panas, meski begitu dia tetap wanita yang punya rasa juga terhadap lawan jenis jika sedekat itu. Apalagi Amerika belum pernah sekalipun sedekat itu dengan para pria.Selama ini Amerika sibuk dengan bekerja untuk mencari uang. Dia tidak pernah memikirkan tentang perasaan atau berteman dengan para pria selama hidupnya.Sungguh memalukan, batin Amerika. Kenapa dia terlalu mencolok dan canggung seperti ini.
Saat Aspen sudah selesai mengurusi semua administrasi rumah sakit, dia sedang berjalan menuju ruang pasien, seseorang menyapanya, “Hai, tunggu!”Aspen berhenti dan menoleh, sosok wanita tengah berjalan ke arahnya dengan tersenyum.“Eh?”Aspen menggaruk kepalanya merasa bingung dengan senyuman wanita itu.Ternyata dia dokter yang menangani Amerika, Aspen baru menyadari saat mereka sudah dekat satu sama lainnya.“Kau masih punya hutang padaku?” kata dokter wanita itu pada Aspen.Raut wajah Aspen terlihat bingung lalu berkata, “Hutang apaan?” tanya Aspen.“Tanda tangan super modelmu it
Di ruang sidang dewan istana, beberapa anggota dewan terdiri dari sepuluh orang salah satunya Mister Launch, ayah Karina. Semalam Karina sudah ketakutan begitu mendapat kabar dari Amanda bahwa Niko sudah membuat Alex tidak bisa berjalan dan membawa ibunya pergi dari kediaman mereka. Karina tidak bisa tidur semalaman, tadi pagi saat ayahnya hendak pergi ke istana dia juga berpesan agar ayahnya bisa membantu membujuk Niko untuk tidak membuatnya menderita karena dia sudah menyesali atas apa yang sudah dia lakukan pada Amerika. Mister Launch menghela napas dalam saat dia duduk dengan gelisah, semua mata tertuju kepadanya. Karena dari kesepuluh anggota dewan istana keluarga Launch selalu yang membuat keputusan sepihak dan terlihat jelas tidak mendukung Niko dengan alasan karena putrinya tidak dilirik Niko sama sekali.
Tidak berapa lama Niko sudah keluar dari gedung tersebut.Masuk ke dalam mobil dengan raut wajah dingin membuat Aspen tidak banyak bertanya kepadanya.Suara ponsel Niko berbunyi, sebuah nama tertera di layar depannya.Dimitri …“Hallo …”“Bos, semua yang sudah bos perintahkan, sudah aku lakukan.”“Bagus, lalu …”“Kondisi ayahnya Amerika sudah membaik, awalnya perempuan itu menolak bantuaku tapi setelah aku jelaskan dia menjadi senang entah apa yang dia pikirkan.”“Aku tahu.”
Dalam waktu singkat setelah membawa pulang Amerika kembali ke kastil tempat mereka tinggal selama di Rosen. Niko meminta ibunya dan juga bibinya, ibunya Aspen untuk menjaga Amerika, karena gadis itu masih trauma.“Bibi, maaf merepotkanmu kali ini.” Ucap Niko pada Lucia yang juga sebagai kepala pelayan di kediaman ibunya.“Tidak apa-apa Pangeran, selama kau pergi, biar aku yang akan menjaganya.” Jawab Lucia.“Terima kasih.” Ucap Niko.“Nik, semuanya sudah siap. Apa kita pergi sekarang?” tanya Aspen.Niko menatap Amerika yang masih tertidur dengan tubuh diselimuti, sebelumnya seorang dokter istana sudah memeriksa Amerika dan diberikan obat penenang sehingga dia mengantuk lalu tert
“APA? ADA APA?” Amina bergegas menuju kamar Alex yang sudah dipenuhi para pelayan.Semua orang menyingkir memberikan jalan kepada Amina.“DIA KENAPA?” teriak Amina suaranya memekakan telinga.“Amina tenangkan dirimu.” Ucap Adrian pada istrinya.“Bagaimana bisa kau berkata seperti itu, hah? Dia anakmu. Apa kau tidak melihatnya dia terluka.”“Dia hanya pingsan dan menurut dokter istana lukanya juga tidak parah.”“Adrian …” bola mata Amina melotot.“Kalian semua bisa keluar.” Perintah Adrian pada semua pelayan.
Dari tempat Amerika, dia bisa mendengar suara letusan senjata yang sangat keras tapi di luar kamar tidak terdengar apa-apa.“Nik, maafkan aku! Huwaaaa … Mama … tolong aku.” Setelah berbicara Alex melihat darah segar keluar dari kakinya tak lama kemudian dia pingsan.Niko mengambil pistol miliknya lalu dia pergi meninggalkan Alex yang masih tergeletak di lantai tidak sadarkan diri.“Niko …” seru Aspen.“Bereskan semuanya seperti biasa, aku hanya memberinya peringatan. Dia sendiri yang menembak kakinya.” Kata Niko raut wajahnya dingin, dia memberikan pistol yang ada di tangannya pada Aspen.“Baiklah!” kata Aspen, dia langsung masuk ke kamar setelah itu menghub
Alex membuka resleting baju Amerika saat pintu didobrak dari luar dengan keras.BRAK!Seketika Niko masuk bersama dengan Aspen dan dua orang pengawalnya.Alex terkejut bola matanya melebar saat dia melihat Niko yang langsung berjalan berlari menerjangnya.“Dasar bajingan!” teriak Niko dengan keras.Tendangannya mengenai wajah Alex.“AUW … PENGAWAL.” Teriak Alex sambil memegang wajahnya yang terasa sakit akibat tendangan keras Niko.Aspen dan yang lain langsung menghajar para pengawal yang ada di kamar sebelah saat mereka tahu bahwa ada orang lain di dalamnya.
Aspen dengan cepat mengirimkan share lokasi pada Caesar.Saat Caesar sudah keluar dan berada di halaman istana dia mendengar suara ponselnya bergetar dari saku celananya.Dengan cepat Caesar meraih ponsel miliknya lalu dia mendesah dan sedikit berteriak pada beberapa pengawal Niko.“Semuanya ikuti mobilku sekarang juga.” Seru Caesar.“Siap Tuan!” jawab mereka langsung masuk ke dalam mobil yang lainnya.Rombongan mobil itu melaju kencang ke luar istana.Penjaga gerbang istana dengan cepat membuka pintu gerbang otomatis ketika mereka melihat iring-iringan mobil Pangeran Niko bergerak keluar.Dari pesta kebun Amand
“Aspen bawa alatnya kemari.” Perintah Niko, dia berjongkok menatap tajam bola mata Bella. “A-apa yang akan kau lakukan, Niko jangan macam-macam.” Teriak Bella mengancam dan juga ketakutan saat dia sadar Niko sepertinya tahu sesuatu. Niko menyeringai jahat saat sudut bibirnya berkedut, sangat menyeramkan. Semua orang yang melihat ekspresi Niko saat ini pastinya bakalan kencing di celana seperti yang dirasakan Bella. “Aku akan menjemput anakmu, tapi sebelumnya ada yang harus aku lakukan terlebih dahulu kepadamu. Sepertinya aku sudah memberimu begitu banyak waktu tapi ternyata kau saja yang tidak tahu diri dan jangan salahkan aku kalau aku bertindak seperti ini kepadamu, wahai Bibiku.” “Niko, aku mohon jangan lakukan
“Amerika, aku ada keperluan lain sebentar kau bisa kembali ke kastil bersama Caesar.” Ucap Niko, dia memajukan badannya pada Amerika, berbisik di telinganya. Karina dan juga Amanda yang sedari tadinya tanpa berkedip sekalipun mengawasi mereka dengan intens. “Kamu mau ke mana?” tanya Amerika bola matanya melebar. “Aku ada urusan yang harus aku selesaikan saat ini juga.” Jawab Niko, dia sudah berdiri. Saat itu juga Aspen pun berjalan mendekati Niko. Tapi Niko berbelok sebentar kea rah ayahnya yang sedang berbicara dengan seseorang. “Yang Mulia bisa kita mengobrol sebentar.” Niko berbisik pada ayahnya. Si tamu menundukkan bad