Saat Aspen sudah selesai mengurusi semua administrasi rumah sakit, dia sedang berjalan menuju ruang pasien, seseorang menyapanya, “Hai, tunggu!”
Aspen berhenti dan menoleh, sosok wanita tengah berjalan ke arahnya dengan tersenyum.
“Eh?”
Aspen menggaruk kepalanya merasa bingung dengan senyuman wanita itu.
Ternyata dia dokter yang menangani Amerika, Aspen baru menyadari saat mereka sudah dekat satu sama lainnya.
“Kau masih punya hutang padaku?” kata dokter wanita itu pada Aspen.
Raut wajah Aspen terlihat bingung lalu berkata, “Hutang apaan?” tanya Aspen.
“Tanda tangan super modelmu it
Ketiganya berjalan keluar gedung rumah sakit, Aspen yang tak tega melihat Amerika berjalan di sisinya segera membantunya. Tangan Amerika menggamit lengan Aspen dengan kuat, seperti ini membuatnya lebih baik dari sebelumnya.Meski terlihat sehat tapi bahu Amerika masih terasa nyeri dan itu membuatnya tidak nyaman setiap kali dia bergerak.Sambil menahan sakit, meringis sesekali Amerika masih bisa menahannya.Saat sudah sampai di parkiran belakang gedung, Aspen dengan cepat menekan tombol kunci otomatis pada mobil Porsche warna hitam yang terlihat mencolok.Amerika tertegun sesaat, menatap takjub mobil mewah di depannya. Benarkah dia akan naik mobil ini? Seumur hidupnya baru kali ini dia mencoba merasakannya.Amerika menatap As
Saat itu juga suara panggilan telepon berdering dari dalam saku pakaian Niko.Mom Calling …Secepat kilat Niko melempar ponsel miliknya ke Aspen.Seperti sudah biasa dengan kebiasaan Niko, Aspen menangkap ponsel itu dengan cepat dan tepat mendarat di tangannya.“Hallo … Yang Mulia … saya Aspen.”“ASPEN … MANA ANAKKU.”Suara teriakan dari ujung telepon dapat di dengar oleh semua orang termasuk Amerika yang sudah berdiri dengan mulut terbuka.“Pangeran Niko …” jawab Aspen lalu menatap Niko.Dengan cepat Niko
Satu minggu telah berlalu …Amerika memutuskan untuk kembali ke rumahnya setelah dia yakin kalau dirinya sudah baik-baik saja.Kini yang ada dibayangannya adalah para penagih hutang yang akan menghajarnya atau bahkan membunuhnya.Memikirkan hal itu membuat Amerika bergidik ngeri.“Apa kau sudah siap Nona?” tanya Aspen saat dia keluar dari kamar dan melihat Amerika tengah duduk di sofa ruang tengah.Niko masih tertidur pulas setelah beberapa hari melakukan pekerjaan padatnya dan beberapa hari juga ketegangan antara Niko dan Amerika berkurang.Niko dan Aspen hampir setiap hari kembali ke rumah lewat tengah malam dan Amerika sudah tertidur, pun dengan
“Jadi, aku harus tinggal bersama kalian di sini?”Tanya Amerika lagi, lebih tepatnya menegaskan pertanyaannya.“Yups!”Jawab Aspen singkat lalu tersenyum.“Karena Niko tidak suka dengan orang yang terlambat, dengan kau tinggal di sini itu akan memudahkan semua pekerjaanmu tanpa harus bolak balik ke rumah lalu datang ke sini. Poin pertama pekerjaan utama kamu adalah membantu semua keperluan Niko, baik menyiapkan sarapan, pakaian dan segala hal keperluannya. Kedua, kau juga harus menemaninya kemanapun dia pergi selama jam kerja dan kalau ada pekerjaan di luar jam kerja kami akan memberikanmu bonus, sesuai yang tertera di pasal kedua. Selanjutnya semua hal yang berkaitan dengan kehidupan pribadi Niko tidak boleh disebarluaskan, ji
Mendengar teriakan Niko dari dalam kamar mandi, Aspen dengan cepat langsung berlari.Beberapa saat yang lalu tiba-tiba lampu padam, Niko tengah berada di dalam kamar mandi.Saat pintu dibuka, Niko tengah terduduk di lantai dengan lemas, kedua tangan mendekap kakinya, wajahnya tertunduk dia seperti kehilangan kendali. Aspen menyalakan lampu pada ponsel pribadinya agar Niko bisa melihat cahaya dengan jelas.Tubuhnya yang setengah telanjang dalam keadaan basah kuyup.Jantungnya naik turun, Aspen dengan cepat juga membawa Niko keluar dari kamar mandi.Amerika yang melihat kondisi Niko berubah menjadi terkejut, dia berdiri di luar dengan masih tercengang.Aspen sudah membawanya ke dala
Amerika sudah tiba di rumahnya, saat membuka pintu dia langsung terkejut melihat semua isi rumahnya berantakan.Menghela napas panjang Amerika masuk dengan berjalan sedikit berjinjit, berusaha menghindari beberapa barang miliknya yang masih layak pakai agar tidak rusak terinjak olehnya.Wajahnya berubah sedih saat dia berusaha membereskan satu persatu barang-barang miliknya yang berserakan semuanya.Memang kamar berukuran kecil itu tidak terlalu ada banyak barang akan tetapi semua barang ini juga masih terpakai olehnya.Buku-buku yang dia beli rusak parah padahal buku itu adalah buku panduan cara merawat rambut dan seni memotong rambut yang dia beli dengan menabung beberapa bulan lamanya dari hasil kerja kerasnya.Tidak bisa
Aspen sedang berada di sebuah ruangan bersama Niko dan Caesar, salah seorang anak buah Aspen.“Bagaimana hasilnya? Apa kalian sudah menemukan Bella?” tanya Niko pada keduanya.“Beberapa hari yang lalu kami menemukannya sedang menginap di sebuah hotel tak jauh dari tempat kejadian penembakan. Tapi keesokan harinya dia sudah tidak berada di sana.”Jelas Caesar pada Niko.“Aku pikir dia tahu kalau sedang kita awasi.” Ujar Aspen duduk dengan gelisah tangan kanannya mengepal.“Aku harap kita bisa segera menemukannya sebelum acara berlangsung. Aku ingin dia ditangkap secepatnya dan kita bawa pulang.”Niko meremas tangannya sendiri saat ber
Di istanah Rosen – Kediaman keluarga William.Nenek sudah duduk di meja makan saat menjelang makan malam. Beberapa anggota keluarga juga sudah berdatangan.Malam ini nenek mengundang semua keluarga besar untuk makan malam, sudah lama sekali mereka tidak berkumpul bersama.Alan William dan Lisa Hansen, kedua orang tua Niko duduk berdekatan dengan nenek. Mereka terlihat panik, karena malam ini Niko lagi-lagi absen untuk menghadiri acara ini.Adrian William berserta keluarganya juga sudah berada di sana.“Yang Mulia, kami sudah hadir semua. Ada apakah mendadak mengundang kami untuk jamuan makan malam hari ini.” Tanya Alex pada neneknya yang duduk di kursi kepala keluarga.
Di ruang sidang dewan istana, beberapa anggota dewan terdiri dari sepuluh orang salah satunya Mister Launch, ayah Karina. Semalam Karina sudah ketakutan begitu mendapat kabar dari Amanda bahwa Niko sudah membuat Alex tidak bisa berjalan dan membawa ibunya pergi dari kediaman mereka. Karina tidak bisa tidur semalaman, tadi pagi saat ayahnya hendak pergi ke istana dia juga berpesan agar ayahnya bisa membantu membujuk Niko untuk tidak membuatnya menderita karena dia sudah menyesali atas apa yang sudah dia lakukan pada Amerika. Mister Launch menghela napas dalam saat dia duduk dengan gelisah, semua mata tertuju kepadanya. Karena dari kesepuluh anggota dewan istana keluarga Launch selalu yang membuat keputusan sepihak dan terlihat jelas tidak mendukung Niko dengan alasan karena putrinya tidak dilirik Niko sama sekali.
Tidak berapa lama Niko sudah keluar dari gedung tersebut.Masuk ke dalam mobil dengan raut wajah dingin membuat Aspen tidak banyak bertanya kepadanya.Suara ponsel Niko berbunyi, sebuah nama tertera di layar depannya.Dimitri …“Hallo …”“Bos, semua yang sudah bos perintahkan, sudah aku lakukan.”“Bagus, lalu …”“Kondisi ayahnya Amerika sudah membaik, awalnya perempuan itu menolak bantuaku tapi setelah aku jelaskan dia menjadi senang entah apa yang dia pikirkan.”“Aku tahu.”
Dalam waktu singkat setelah membawa pulang Amerika kembali ke kastil tempat mereka tinggal selama di Rosen. Niko meminta ibunya dan juga bibinya, ibunya Aspen untuk menjaga Amerika, karena gadis itu masih trauma.“Bibi, maaf merepotkanmu kali ini.” Ucap Niko pada Lucia yang juga sebagai kepala pelayan di kediaman ibunya.“Tidak apa-apa Pangeran, selama kau pergi, biar aku yang akan menjaganya.” Jawab Lucia.“Terima kasih.” Ucap Niko.“Nik, semuanya sudah siap. Apa kita pergi sekarang?” tanya Aspen.Niko menatap Amerika yang masih tertidur dengan tubuh diselimuti, sebelumnya seorang dokter istana sudah memeriksa Amerika dan diberikan obat penenang sehingga dia mengantuk lalu tert
“APA? ADA APA?” Amina bergegas menuju kamar Alex yang sudah dipenuhi para pelayan.Semua orang menyingkir memberikan jalan kepada Amina.“DIA KENAPA?” teriak Amina suaranya memekakan telinga.“Amina tenangkan dirimu.” Ucap Adrian pada istrinya.“Bagaimana bisa kau berkata seperti itu, hah? Dia anakmu. Apa kau tidak melihatnya dia terluka.”“Dia hanya pingsan dan menurut dokter istana lukanya juga tidak parah.”“Adrian …” bola mata Amina melotot.“Kalian semua bisa keluar.” Perintah Adrian pada semua pelayan.
Dari tempat Amerika, dia bisa mendengar suara letusan senjata yang sangat keras tapi di luar kamar tidak terdengar apa-apa.“Nik, maafkan aku! Huwaaaa … Mama … tolong aku.” Setelah berbicara Alex melihat darah segar keluar dari kakinya tak lama kemudian dia pingsan.Niko mengambil pistol miliknya lalu dia pergi meninggalkan Alex yang masih tergeletak di lantai tidak sadarkan diri.“Niko …” seru Aspen.“Bereskan semuanya seperti biasa, aku hanya memberinya peringatan. Dia sendiri yang menembak kakinya.” Kata Niko raut wajahnya dingin, dia memberikan pistol yang ada di tangannya pada Aspen.“Baiklah!” kata Aspen, dia langsung masuk ke kamar setelah itu menghub
Alex membuka resleting baju Amerika saat pintu didobrak dari luar dengan keras.BRAK!Seketika Niko masuk bersama dengan Aspen dan dua orang pengawalnya.Alex terkejut bola matanya melebar saat dia melihat Niko yang langsung berjalan berlari menerjangnya.“Dasar bajingan!” teriak Niko dengan keras.Tendangannya mengenai wajah Alex.“AUW … PENGAWAL.” Teriak Alex sambil memegang wajahnya yang terasa sakit akibat tendangan keras Niko.Aspen dan yang lain langsung menghajar para pengawal yang ada di kamar sebelah saat mereka tahu bahwa ada orang lain di dalamnya.
Aspen dengan cepat mengirimkan share lokasi pada Caesar.Saat Caesar sudah keluar dan berada di halaman istana dia mendengar suara ponselnya bergetar dari saku celananya.Dengan cepat Caesar meraih ponsel miliknya lalu dia mendesah dan sedikit berteriak pada beberapa pengawal Niko.“Semuanya ikuti mobilku sekarang juga.” Seru Caesar.“Siap Tuan!” jawab mereka langsung masuk ke dalam mobil yang lainnya.Rombongan mobil itu melaju kencang ke luar istana.Penjaga gerbang istana dengan cepat membuka pintu gerbang otomatis ketika mereka melihat iring-iringan mobil Pangeran Niko bergerak keluar.Dari pesta kebun Amand
“Aspen bawa alatnya kemari.” Perintah Niko, dia berjongkok menatap tajam bola mata Bella. “A-apa yang akan kau lakukan, Niko jangan macam-macam.” Teriak Bella mengancam dan juga ketakutan saat dia sadar Niko sepertinya tahu sesuatu. Niko menyeringai jahat saat sudut bibirnya berkedut, sangat menyeramkan. Semua orang yang melihat ekspresi Niko saat ini pastinya bakalan kencing di celana seperti yang dirasakan Bella. “Aku akan menjemput anakmu, tapi sebelumnya ada yang harus aku lakukan terlebih dahulu kepadamu. Sepertinya aku sudah memberimu begitu banyak waktu tapi ternyata kau saja yang tidak tahu diri dan jangan salahkan aku kalau aku bertindak seperti ini kepadamu, wahai Bibiku.” “Niko, aku mohon jangan lakukan
“Amerika, aku ada keperluan lain sebentar kau bisa kembali ke kastil bersama Caesar.” Ucap Niko, dia memajukan badannya pada Amerika, berbisik di telinganya. Karina dan juga Amanda yang sedari tadinya tanpa berkedip sekalipun mengawasi mereka dengan intens. “Kamu mau ke mana?” tanya Amerika bola matanya melebar. “Aku ada urusan yang harus aku selesaikan saat ini juga.” Jawab Niko, dia sudah berdiri. Saat itu juga Aspen pun berjalan mendekati Niko. Tapi Niko berbelok sebentar kea rah ayahnya yang sedang berbicara dengan seseorang. “Yang Mulia bisa kita mengobrol sebentar.” Niko berbisik pada ayahnya. Si tamu menundukkan bad