Beranda / Romansa / Hello Mr. Niko / Bab 5 - Donor Darah

Share

Bab 5 - Donor Darah

Penulis: Ratna Fa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-29 09:43:33

“Ada di sini.” Teriak Niko lantang dengan tangan kanan terangkat lurus ke atas, sontak semua orang yang ada di sana menengok ke tempatnya berdiri.

Sementara itu Aspen yang berdiri di sisi kanan Niko terlihat pucat, dia paham dengan apa yang dilakukan Niko.

Niko lalu menatapnya saat tangannya sudah kembali turun dan seorang perawat dengan sedikit berlari mendekat ke arah mereka.

“Niko ...” gigi Aspen bergemeretak saat itu juga dia sadar kalau yang dimaksud oleh Niko adalah dirinya sendiri.

“Hey, jangan bilang kau masih takut dengan jarum suntik Aspen Larsen.” Goda Niko menyeringai saat mendapati perubahan wajah Aspen, pucat pasi.

Niko menahan senyum melihat Aspen gugup.

“Permisi, jadi siapa di antara kalian yang akan menjadi pendonornya?” tanya si perawat saat dia sudah berdiri di depan mereka.

Dengan cepat Niko menunjuk ke arah Aspen dengan wajah menunduk, Niko pun membetulkan topinya. Dia tidak ingin orang tahu siapa dia sebenarnya.

“Mn ...” hanya itu yang keluar dari mulut Aspen dengan kedua kakinya yang lemas.

Aspen baru sadar sudah hampir puluhan tahun dia tidak bersentuhan dengan benda yang namanya jarum suntik. Insiden pada saat kelas enam sekolah dasar membuatnya trauma.

Itu mengapa dia selalu menjaga kesehatan karena dia tidak ingin sakit dan menghindari untuk datang ke rumah sakit.

Aspen melotot pada Niko saat itu juga, Niko hanya tersenyum terlihat dari kedua bola matanya.

“Kalau begitu mari ikut dengan saya untuk melakukan pemeriksaan.” Kata si perawat tanpa sedikit pun curiga dengan penampilan Niko yang mengenakan masker dan topi.

“Oh ya, apakah pasien yang membutuhkan darah adalah seorang gadis yang punya luka tembak di punggungnya?” tanya Niko pada si perawat.

“Ah, iya betul. Apa kalian mengenalnya?”

“Kami ... kami ...” Niko agak ragu saat menjawab.

“Kami temannya.” Jawab Aspen dengan cepat.

“Ahm begitu. Kalau begitu silahkan ikuti saya.” Si perawat membawa keduanya berjalan lebih dalam ke ruangan rumah sakit.

Saat di dalam sebuah ruangan Aspen sudah duduk di kursi dengan wajah masih pucat sementara Niko tengah menunggu di luar ruangan dengan gelisah.

“Sebelum kita mulai, silahkan untuk mengisi form ini terlebih dahulu.” Seorang perawat lainnya memberikan selembar kertas kosong pada Aspen.

Dengan cepat juga Aspen mengisi form tersebut setelahnya ia berikan kembali pada si perawat.

“Sudah siap?” tanya si perawat yang pertama kali bertemu dengan Aspen.

Perawat itu paham sekali kalau si pendonor darah di depannya ini memiliki trauma pada jarum suntik.

“Bisa lebih santai. Kami sudah memeriksa semuanya dan kebetulan sekali kamu punya tubuh yang sehat dan bagus. Sungguh beruntung gadis itu dengan cepat mendapatkan donor darah karena biasanya golongan darah ini sangat langkah.”

Aspen tidak sama sekali bisa fokus mendengar apa yang dikatakan si perawat, jantungnya berdebar kencang.

“Hei ... apa kau baik-baik saja?”

“Hm … sebenarnya, aku … aku ... takut dengan jarum suntik.” Pada akhirnya Aspen mengatakannya dengan wajah memerah dan pucat bercampur menjadi satu.

Si Perawat tersenyum menatap Aspen, dia sudah terbiasa menemui pasien seperti Aspen.

“Baiklah! Jadi apa yang kau lakukan sebelumnya? Apa kau suka sekali berolahraga dan menjaga pola makan? Karena sungguh tidak ada satu pun penyakit dalam tubuhmu.” Perlahan si perawat mengajak ngobrol Aspen.

Aspen ragu untuk menjawab, akan tetapi saat dia menatap si perawat, Aspen akhirnya menjawab, “Iya, aku memang suka berolahraga dan menjaga pola makan agar aku tidak sakit dan … mn ... kau pasti tahu alasannya.” Sudut bibir Aspen terangkat, dia menahan senyumnya.

“Oh seperti itu, jarang sekali pemuda sekarang yang punya tubuh sehat, yah kau tahu sendiri kuliner sekarang sangat menggiurkan.” Si perawat berusaha tersenyum dan mengajak Aspen mengobrol agar dia tidak tegang dengan begitu si perawat akan mudah menyuntikkan jarumnya.

“Ok, kita tunggu beberapa saat kau bisa tidur dulu.”

“Apa ... maksudmu ...” Aspen melirik ke lengan tangannya yang sudah tertancap jarum suntik.

Dia menatap si perawat merasa dikelabui dan tetapi itu tidak sesakit yang pernah dia alami dulu.

“Hm ... kau berhasil melaluinya Tuan Aspen Larsen.” Kata si perawat dengan wajah penuh senyuman.

“Saya tinggal dulu untuk beberapa saat biarkan kami mengambil darahmu.” Kata si perawat dijawab dengan anggukan oleh Aspen.

Saat si perawat keluar ruangan, Niko tengah mondar mandir di lorong saat itu juga dia berhenti melihat si perawat sudah keluar dari ruangan.

“Bagaimana? Apa kau berhasil membujuknya?” tanya Niko dengan wajah khawatir dan panik.

Si perawat menjawab dengan tersenyum.

“Ah ... Aspen akhirnya. Syukurlah ... kupikir ...”

“Kau tenang saja, temanmu sungguh baik-baik saja. Tunggu beberapa saat sampai kami mendapatkan darah yang kami butuhkan.” Kata si perawat.

Niko mengangguk, setelahnya si perawat meninggalkan Niko sendirian.

Dari kaca bening pintu Niko bisa melihat Aspen tengah terbaring dengan lengan tangannya tertancap jarum suntik dan darah mengalir dari selang yang terpasang.

Kau berhasil bajingan kecil Aspen Larsen.

Gumam Niko dengan tersenyum.

Tepat saat itu juga dua orang perawat, seorang laki-laki dan perempuan lainnya berjalan bergegas ke arahnya. Lalu kemudian melewatinya, mereka menerobos pintu.

Niko terlihat panik saat pintu terbuka dan keduanya dengan panik mendorong brankar Aspen dengan cepat.

“Hei, ada apa ini?” tanya Niko.

“Kami membutuhkannya sekarang juga, pasien tengah kritis saat ini.”

Jawab si perawat lelaki dengan wajah cemas dan panik.

Aspen yang terbaring hanya diam menatap kedua perawat itu dan juga Niko.

Dengan cepat Niko pun akhirnya membantu mereka mendorong brankar.

Jantung Niko berdebar kencang, apa yang sebenarnya terjadi pada gadis yang sudah menolongnya itu.

Mungkinkah dia tidak bisa diselamatkan …

Bersambung ...

Bab terkait

  • Hello Mr. Niko   Bab 6 - Harapan

    Langkah kaki ketiganya dan suara roda brankar yang melewati lorong itu terdengar kencang malam itu. Beberapa orang yang melihatnya ikut panik dan menatap dengan rasa was-was juga meski mereka tidak tahu apa yang tengah terjadi tapi mereka berpikir pasti ada seseorang yang sedang sekarat saat ini.Sampai di depan ruang operasi Niko melepas mereka dan duduk di kursi tunggu yang dingin dengan gusar.Niko hanya bisa duduk terdiam tanpa sedikit pun bergerak, sudut kedua matanya menggenang air yang berusaha dia tahan.Sudah hampir dua jam lebih lampu itu belum juga berubah warna, saat Niko menoleh untuk memastikannya.Apa yang harus dia lakukan pada gadis itu.Bagaimana dengan keluarganya, Niko semakin memikirkannya dia semakin cem

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-29
  • Hello Mr. Niko   Bab 7 - Kurang Nutrisi

    Aspen sudah kembali seperti semula setelah istirahat beberapa jam.Setelah menyelesaikan segalanya baik administrasi rumah sakit dan kamar inap VIP yang dia pesan dua kamar, satu untuk dia dan Niko dan satunya untuk Amerika.Aspen sudah kembali ke ruangan saat itu Niko tengah tertidur pulas.“Ada apa denganmu sepupuku, tidak biasanya kau bersikap seperti ini.” Kata Aspen lirih menatap Niko dengan tersenyum kecil.Suara ponsel Aspen berbunyi, dia langsung memeriksanya.Ada banyak foto yang diterimanya dari pesan pribadi Aspen.Foto-foto itu adalah tempat tinggal Amerika yang dia minta kepada anak buahnya beberapa jam yang lalu setelah dia berdiskusi dengan Niko.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30
  • Hello Mr. Niko   Bab 8 - Malaikat Tampan

    Tanpa disadarinya Aspen tertidur di sofa bersama Amerika sementara Niko terbangun dan terkejut saat melihat isi ruangan kosong tidak ada Aspen di sana.Bergegas Niko bangun dari tempat tidur, dia berjalan keluar.Niko langsung menuju ruangan yang ada di sebelahnya, saat dia membuka pintu Aspen ada di sana.Niko mendengus saat menemukan Aspen, dia sudah panik sebelumnya khawatir terjadi sesuatu pada Aspen.Bukan tanpa alasan, kejadian donor danar membuatnya merasa bersalah.“Aspen bangunlah.” Niko menyentuh lengan Aspen yang tertidur dengan duduk di sofa.“Hmm ...” Aspen membuka matanya, melihat Niko sudah berdiri di hadapannya dia sedikit terkejut, kedua al

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-31
  • Hello Mr. Niko   Bab 9 - Jangan Menangis!

    “Nona, bisakah kau sedikit sopan.” Kata Aspen pada Amerika.Amerika terdiam untuk beberapa saat, dia menunduk mengapa hidupnya setragis ini. Dia hanya ingin dengan begitu semua masalah hidupnya akan terselesaikan.Tapi pada kenyataannya peluru itu justru membuatnya masuk ke dalam masalah lagi, dua orang ini tidak akan membiarkan dirinya lepas begitu saja.Lalu bayangan para penagih hutang yang selalu mengejarnya membuatnya semakin bergidik. Amerika terisak tanpa dia sadari air mata jatuh dengan deras.Aspen dan Niko bingung melihat Amerika menangis histeris.Tiba-tiba ruangan itu hening …Suara tangisan Amerika pecah.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-01
  • Hello Mr. Niko   Bab 10 - Salah Kamar

    Di sebuah apartemen pinggiran kota Paris yang sedikit kumuh, beberapa orang pria dengan tubuh kekar dan tampan seram tengah mendobrak sebuah kamar tak berpenghuni, setelah pintu terbuka salah satu dari mereka mendengus kesal.“Sialan! Ke mana kaburnya gadis jalang itu.”Pria itu mengepalkan tinju, rahangnya mengeras.“Bro Dimitri, sepertinya dia sudah melarikan diri.” Kata salah satu anak buahnya setelah dia mengitari kamar itu.“Ah, sialan!” Pria yang disebut Dimitri itu langsung menendang sembarang benda dengan kesal.Klontang!Suara benda-benda yang jatuh ke lantai membuat keributan.Sementara di

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-03
  • Hello Mr. Niko   Bab 11 - Aku yang Akan Merawatnya

    “Ah, maafkan aku! Kupikir dia gadis yang berbeda,” jawab Aspen tersipu malu karena telah salah mengira.“Boleh aku tahu di mana barang-barang pribadiku?” tanya Amerika pada mereka berdua.“Sebentar,” Aspen memberikan tas kertas coklat yang sudah dibawanya kepada Amerika.Tas warna coklat itu berisi barang-barang pribadi Amerika.Dengan tangan kirinya Amerika menerimanya dari Aspen.Tanpa pikir panjang dan mengacuhkan kedua pria itu, Amerika langsung mencari ponsel miliknya. Saat dia menemukannya wajahnya terlihat tersenyum kecil, merasa lega.Lalu dia langsung memeriksa pesan pribadi yang masuk dan banyak sekali panggilan telepon dari seseorang

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-04
  • Hello Mr. Niko   Bab 12 - Tidak Biasa

    Aspen hanya meringis saat dia menoleh pada Niko yang terlihat kesal mendengar perkataan Aspen.Amerika hanya bisa bengong, pria tampan berotot di hadapannya ini ternyata bisa bersikap manis juga, pikir Amerika.“Baiklah, hari ini kau bisa pulang setelah menyelesaikan semua urusan administrasi. Dan ini ada beberapa resep obat yang harus kau minum juga agar kau cepat pulih kembali. Semoga lekas kembali sehat Nona Amerika. Ah, kulitmu sungguh bagus sekali, aku sebagai wanita iri melihatnya, di mana kau merawatnya?”Mendengar kalimat si dokter, Amerika hanya tersenyum, sejak kapan dia perawatan kulit. Bahkan untuk biaya hidupnya saja dia kesusahan, batin Amerika yang pada akhirnya hanya meringis tanpa menjawab sepatah kata pun.“Gadis sekarang memang

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-04
  • Hello Mr. Niko   Bab 13 - Apa Katamu?

    Merasa canggung buru-buru Aspen menarik diri menjauh dari Amerika, setelah posisi aman dia langsung menarik napas panjang dengan perlahan. Wajahnya memerah, Niko menangkap basah perubahan wajah Aspen yang tak biasa.Amerika masih tertunduk merasa malu, untuk pertama kalinya dia sedekat itu dengan seorang pria yang baru saja dia kenal.Pipinya merona terasa panas, meski begitu dia tetap wanita yang punya rasa juga terhadap lawan jenis jika sedekat itu. Apalagi Amerika belum pernah sekalipun sedekat itu dengan para pria.Selama ini Amerika sibuk dengan bekerja untuk mencari uang. Dia tidak pernah memikirkan tentang perasaan atau berteman dengan para pria selama hidupnya.Sungguh memalukan, batin Amerika. Kenapa dia terlalu mencolok dan canggung seperti ini.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-06

Bab terbaru

  • Hello Mr. Niko   Bab 105 - Because I Love You

    Di ruang sidang dewan istana, beberapa anggota dewan terdiri dari sepuluh orang salah satunya Mister Launch, ayah Karina. Semalam Karina sudah ketakutan begitu mendapat kabar dari Amanda bahwa Niko sudah membuat Alex tidak bisa berjalan dan membawa ibunya pergi dari kediaman mereka. Karina tidak bisa tidur semalaman, tadi pagi saat ayahnya hendak pergi ke istana dia juga berpesan agar ayahnya bisa membantu membujuk Niko untuk tidak membuatnya menderita karena dia sudah menyesali atas apa yang sudah dia lakukan pada Amerika. Mister Launch menghela napas dalam saat dia duduk dengan gelisah, semua mata tertuju kepadanya. Karena dari kesepuluh anggota dewan istana keluarga Launch selalu yang membuat keputusan sepihak dan terlihat jelas tidak mendukung Niko dengan alasan karena putrinya tidak dilirik Niko sama sekali.

  • Hello Mr. Niko   Bab 104 - Dua Hati

    Tidak berapa lama Niko sudah keluar dari gedung tersebut.Masuk ke dalam mobil dengan raut wajah dingin membuat Aspen tidak banyak bertanya kepadanya.Suara ponsel Niko berbunyi, sebuah nama tertera di layar depannya.Dimitri …“Hallo …”“Bos, semua yang sudah bos perintahkan, sudah aku lakukan.”“Bagus, lalu …”“Kondisi ayahnya Amerika sudah membaik, awalnya perempuan itu menolak bantuaku tapi setelah aku jelaskan dia menjadi senang entah apa yang dia pikirkan.”“Aku tahu.”

  • Hello Mr. Niko   Bab 103 - Sebuah Kejutan

    Dalam waktu singkat setelah membawa pulang Amerika kembali ke kastil tempat mereka tinggal selama di Rosen. Niko meminta ibunya dan juga bibinya, ibunya Aspen untuk menjaga Amerika, karena gadis itu masih trauma.“Bibi, maaf merepotkanmu kali ini.” Ucap Niko pada Lucia yang juga sebagai kepala pelayan di kediaman ibunya.“Tidak apa-apa Pangeran, selama kau pergi, biar aku yang akan menjaganya.” Jawab Lucia.“Terima kasih.” Ucap Niko.“Nik, semuanya sudah siap. Apa kita pergi sekarang?” tanya Aspen.Niko menatap Amerika yang masih tertidur dengan tubuh diselimuti, sebelumnya seorang dokter istana sudah memeriksa Amerika dan diberikan obat penenang sehingga dia mengantuk lalu tert

  • Hello Mr. Niko   Bab 102 - Ketakutan!

    “APA? ADA APA?” Amina bergegas menuju kamar Alex yang sudah dipenuhi para pelayan.Semua orang menyingkir memberikan jalan kepada Amina.“DIA KENAPA?” teriak Amina suaranya memekakan telinga.“Amina tenangkan dirimu.” Ucap Adrian pada istrinya.“Bagaimana bisa kau berkata seperti itu, hah? Dia anakmu. Apa kau tidak melihatnya dia terluka.”“Dia hanya pingsan dan menurut dokter istana lukanya juga tidak parah.”“Adrian …” bola mata Amina melotot.“Kalian semua bisa keluar.” Perintah Adrian pada semua pelayan.

  • Hello Mr. Niko   Bab 101 - Sang Pewaris

    Dari tempat Amerika, dia bisa mendengar suara letusan senjata yang sangat keras tapi di luar kamar tidak terdengar apa-apa.“Nik, maafkan aku! Huwaaaa … Mama … tolong aku.” Setelah berbicara Alex melihat darah segar keluar dari kakinya tak lama kemudian dia pingsan.Niko mengambil pistol miliknya lalu dia pergi meninggalkan Alex yang masih tergeletak di lantai tidak sadarkan diri.“Niko …” seru Aspen.“Bereskan semuanya seperti biasa, aku hanya memberinya peringatan. Dia sendiri yang menembak kakinya.” Kata Niko raut wajahnya dingin, dia memberikan pistol yang ada di tangannya pada Aspen.“Baiklah!” kata Aspen, dia langsung masuk ke kamar setelah itu menghub

  • Hello Mr. Niko   Bab 100 - Sebuah Penghakiman

    Alex membuka resleting baju Amerika saat pintu didobrak dari luar dengan keras.BRAK!Seketika Niko masuk bersama dengan Aspen dan dua orang pengawalnya.Alex terkejut bola matanya melebar saat dia melihat Niko yang langsung berjalan berlari menerjangnya.“Dasar bajingan!” teriak Niko dengan keras.Tendangannya mengenai wajah Alex.“AUW … PENGAWAL.” Teriak Alex sambil memegang wajahnya yang terasa sakit akibat tendangan keras Niko.Aspen dan yang lain langsung menghajar para pengawal yang ada di kamar sebelah saat mereka tahu bahwa ada orang lain di dalamnya.

  • Hello Mr. Niko   Bab 99 - Target

    Aspen dengan cepat mengirimkan share lokasi pada Caesar.Saat Caesar sudah keluar dan berada di halaman istana dia mendengar suara ponselnya bergetar dari saku celananya.Dengan cepat Caesar meraih ponsel miliknya lalu dia mendesah dan sedikit berteriak pada beberapa pengawal Niko.“Semuanya ikuti mobilku sekarang juga.” Seru Caesar.“Siap Tuan!” jawab mereka langsung masuk ke dalam mobil yang lainnya.Rombongan mobil itu melaju kencang ke luar istana.Penjaga gerbang istana dengan cepat membuka pintu gerbang otomatis ketika mereka melihat iring-iringan mobil Pangeran Niko bergerak keluar.Dari pesta kebun Amand

  • Hello Mr. Niko   Bab 98 - Maafkan Aku, Yang Mulia ...

    “Aspen bawa alatnya kemari.” Perintah Niko, dia berjongkok menatap tajam bola mata Bella. “A-apa yang akan kau lakukan, Niko jangan macam-macam.” Teriak Bella mengancam dan juga ketakutan saat dia sadar Niko sepertinya tahu sesuatu. Niko menyeringai jahat saat sudut bibirnya berkedut, sangat menyeramkan. Semua orang yang melihat ekspresi Niko saat ini pastinya bakalan kencing di celana seperti yang dirasakan Bella. “Aku akan menjemput anakmu, tapi sebelumnya ada yang harus aku lakukan terlebih dahulu kepadamu. Sepertinya aku sudah memberimu begitu banyak waktu tapi ternyata kau saja yang tidak tahu diri dan jangan salahkan aku kalau aku bertindak seperti ini kepadamu, wahai Bibiku.” “Niko, aku mohon jangan lakukan

  • Hello Mr. Niko   Bab 97 - Sesuai Rencana

    “Amerika, aku ada keperluan lain sebentar kau bisa kembali ke kastil bersama Caesar.” Ucap Niko, dia memajukan badannya pada Amerika, berbisik di telinganya. Karina dan juga Amanda yang sedari tadinya tanpa berkedip sekalipun mengawasi mereka dengan intens. “Kamu mau ke mana?” tanya Amerika bola matanya melebar. “Aku ada urusan yang harus aku selesaikan saat ini juga.” Jawab Niko, dia sudah berdiri. Saat itu juga Aspen pun berjalan mendekati Niko. Tapi Niko berbelok sebentar kea rah ayahnya yang sedang berbicara dengan seseorang. “Yang Mulia bisa kita mengobrol sebentar.” Niko berbisik pada ayahnya. Si tamu menundukkan bad

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status