“Nona, bisakah kau sedikit sopan.” Kata Aspen pada Amerika.
Amerika terdiam untuk beberapa saat, dia menunduk mengapa hidupnya setragis ini. Dia hanya ingin dengan begitu semua masalah hidupnya akan terselesaikan.
Tapi pada kenyataannya peluru itu justru membuatnya masuk ke dalam masalah lagi, dua orang ini tidak akan membiarkan dirinya lepas begitu saja.
Lalu bayangan para penagih hutang yang selalu mengejarnya membuatnya semakin bergidik. Amerika terisak tanpa dia sadari air mata jatuh dengan deras.
Aspen dan Niko bingung melihat Amerika menangis histeris.
Tiba-tiba ruangan itu hening …
Suara tangisan Amerika pecah.
Aspen tidak bisa berbuat apa-apa selain membiarkannya, dia tidak bisa mendengar wanita menangis. Perlahan dia berjalan mundur, melangkah keluar ruangan.
Rasanya sesak berada di satu ruangan dengan seorang gadis yang tengah menangis histeris.
Sementara Niko yang masih duduk di sofa mengamati Amerika dengan seksama, dia bukannya iba justru merasa kesal.
“Kenapa kau menangis?” tanya Niko dengan dingin.
Amerika justru semakin kencang.
“Berhentilah menangis nanti orang lain mengira aku dan Aspen menindasmu. Kalau kau ingin mati jangan sekarang.”
“Mengapa kalian harus menolongku, kenapa tidak kau biarkan aku mati.” Isak Amerika dengan bahunya berguncang.
“Bukan aku yang menolongmu tapi dokter dan para perawat itu.”
Mendengar kalimat Niko, Amerika mendongak menatapnya.
Saat itu pintu terbuka, ada seorang dokter dan perawat masuk.
“Selamat pagi Nona Amerika, akhirnya kau sudah sadar.” Sapa dokter wanita berwajah cantik itu berjalan mendekati Amerika.
Dia langsung memeriksa kondisi Amerika, dari mata sampai seluruh tubuhnya.
Si perawat sibuk mengganti infus yang sudah terlihat kosong.
Setelah memeriksa dan mencatat si dokter menoleh ke arah Niko.
“Apa kau walinya?” tanya dokter cantik itu pada Niko, dia bisa mengenali wajah tampan Niko.
“Aku yang bertanggung jawab.” Jawab Aspen dengan cepat mendekat berdiri di antara dokter dan Niko. Berusaha menutupi Niko agar si dokter tidak menatapnya lama dan ... siapa yang tidak mengenal Niko, sang model yang wajahnya hampir menghiasi papan iklan seluruh kota di Paris.
Aspen memasang wajah penuh senyuman pada si dokter.
“Oh, oke. Kondisi Nona Amerika sudah membaik semoga lekas sembuh dan satu hal kau harus memperhatikan makanannya karena dia kekurangan nutrisi itu mengapa kondisi tubuhnya lemah.” Jelas si dokter pada Aspen.
“Baiklah.” Jawab Aspen masih tersenyum.
Amerika mendengar kalimat si dokter merasa malu, kekurangan nutrisi itu berarti dia kurang makan.
Ah, kenapa juga harus dijelaskan, bathin Amerika merutuki dokter cantik itu dalam hati.
Bagaimanapun dia merasa malu di depan orang asing tentang kondisinya saat ini meski itu benar tapi tetap saja membuatnya merasa ... malu.
Niko masih duduk dengan wajah menunduk saat sadar kalau si dokter itu mengenali wajahnya.
“Baiklah untuk hari ini seperti itu dulu. Nona Amerika jangan terlalu memilih makanan, ok.” Kata si dokter pada Amerika yang dijawab dengan anggukan.
Setelah itu si dokter dan perawat keluar ruangan diikuti oleh Aspen.
Sesampainya di luar ruangan Aspen memanggil si dokter, “Dokter, bisa bicara sebentar.”
Si dokter menghentikan langkah kakinya, menyuruh si perawat untuk jalan duluan.
“Iya.”
“Hmm ... begini ... bisa aku minta tolong kepadamu untuk merahasiakan keberadaan Niko di sini pada siapa pun. Aku yakin kau mengenalinya.”
“Ah, seperti itu ...” si dokter tersenyum licik lalu dikepalanya muncul ide lain.
Aspen menunggu ...
“Baiklah, tapi ... kau juga bisa bantu aku mendapatkan tanda tangannya.” Kata si dokter mengerling pada Aspen.
Reaksi Aspen yang terkejut membuat si dokter tersenyum lebar.
“Aku salah satu fans beratnya.” Kata si dokter lagi.
“Ah ... baiklah.” Jawab Aspen mau tak mau dia harus menerima persyaratan itu.
“Sampai ketemu lagi tuan ...” setelah berkata si dokter meninggalkan Aspen yang masih tertegun.
Ternyata semua wanita cantik sangat mengagumi Niko, sudut bibir Aspen berkedut.
Bersambung ...Di sebuah apartemen pinggiran kota Paris yang sedikit kumuh, beberapa orang pria dengan tubuh kekar dan tampan seram tengah mendobrak sebuah kamar tak berpenghuni, setelah pintu terbuka salah satu dari mereka mendengus kesal.“Sialan! Ke mana kaburnya gadis jalang itu.”Pria itu mengepalkan tinju, rahangnya mengeras.“Bro Dimitri, sepertinya dia sudah melarikan diri.” Kata salah satu anak buahnya setelah dia mengitari kamar itu.“Ah, sialan!” Pria yang disebut Dimitri itu langsung menendang sembarang benda dengan kesal.Klontang!Suara benda-benda yang jatuh ke lantai membuat keributan.Sementara di
“Ah, maafkan aku! Kupikir dia gadis yang berbeda,” jawab Aspen tersipu malu karena telah salah mengira.“Boleh aku tahu di mana barang-barang pribadiku?” tanya Amerika pada mereka berdua.“Sebentar,” Aspen memberikan tas kertas coklat yang sudah dibawanya kepada Amerika.Tas warna coklat itu berisi barang-barang pribadi Amerika.Dengan tangan kirinya Amerika menerimanya dari Aspen.Tanpa pikir panjang dan mengacuhkan kedua pria itu, Amerika langsung mencari ponsel miliknya. Saat dia menemukannya wajahnya terlihat tersenyum kecil, merasa lega.Lalu dia langsung memeriksa pesan pribadi yang masuk dan banyak sekali panggilan telepon dari seseorang
Aspen hanya meringis saat dia menoleh pada Niko yang terlihat kesal mendengar perkataan Aspen.Amerika hanya bisa bengong, pria tampan berotot di hadapannya ini ternyata bisa bersikap manis juga, pikir Amerika.“Baiklah, hari ini kau bisa pulang setelah menyelesaikan semua urusan administrasi. Dan ini ada beberapa resep obat yang harus kau minum juga agar kau cepat pulih kembali. Semoga lekas kembali sehat Nona Amerika. Ah, kulitmu sungguh bagus sekali, aku sebagai wanita iri melihatnya, di mana kau merawatnya?”Mendengar kalimat si dokter, Amerika hanya tersenyum, sejak kapan dia perawatan kulit. Bahkan untuk biaya hidupnya saja dia kesusahan, batin Amerika yang pada akhirnya hanya meringis tanpa menjawab sepatah kata pun.“Gadis sekarang memang
Merasa canggung buru-buru Aspen menarik diri menjauh dari Amerika, setelah posisi aman dia langsung menarik napas panjang dengan perlahan. Wajahnya memerah, Niko menangkap basah perubahan wajah Aspen yang tak biasa.Amerika masih tertunduk merasa malu, untuk pertama kalinya dia sedekat itu dengan seorang pria yang baru saja dia kenal.Pipinya merona terasa panas, meski begitu dia tetap wanita yang punya rasa juga terhadap lawan jenis jika sedekat itu. Apalagi Amerika belum pernah sekalipun sedekat itu dengan para pria.Selama ini Amerika sibuk dengan bekerja untuk mencari uang. Dia tidak pernah memikirkan tentang perasaan atau berteman dengan para pria selama hidupnya.Sungguh memalukan, batin Amerika. Kenapa dia terlalu mencolok dan canggung seperti ini.
Saat Aspen sudah selesai mengurusi semua administrasi rumah sakit, dia sedang berjalan menuju ruang pasien, seseorang menyapanya, “Hai, tunggu!”Aspen berhenti dan menoleh, sosok wanita tengah berjalan ke arahnya dengan tersenyum.“Eh?”Aspen menggaruk kepalanya merasa bingung dengan senyuman wanita itu.Ternyata dia dokter yang menangani Amerika, Aspen baru menyadari saat mereka sudah dekat satu sama lainnya.“Kau masih punya hutang padaku?” kata dokter wanita itu pada Aspen.Raut wajah Aspen terlihat bingung lalu berkata, “Hutang apaan?” tanya Aspen.“Tanda tangan super modelmu it
Ketiganya berjalan keluar gedung rumah sakit, Aspen yang tak tega melihat Amerika berjalan di sisinya segera membantunya. Tangan Amerika menggamit lengan Aspen dengan kuat, seperti ini membuatnya lebih baik dari sebelumnya.Meski terlihat sehat tapi bahu Amerika masih terasa nyeri dan itu membuatnya tidak nyaman setiap kali dia bergerak.Sambil menahan sakit, meringis sesekali Amerika masih bisa menahannya.Saat sudah sampai di parkiran belakang gedung, Aspen dengan cepat menekan tombol kunci otomatis pada mobil Porsche warna hitam yang terlihat mencolok.Amerika tertegun sesaat, menatap takjub mobil mewah di depannya. Benarkah dia akan naik mobil ini? Seumur hidupnya baru kali ini dia mencoba merasakannya.Amerika menatap As
Saat itu juga suara panggilan telepon berdering dari dalam saku pakaian Niko.Mom Calling …Secepat kilat Niko melempar ponsel miliknya ke Aspen.Seperti sudah biasa dengan kebiasaan Niko, Aspen menangkap ponsel itu dengan cepat dan tepat mendarat di tangannya.“Hallo … Yang Mulia … saya Aspen.”“ASPEN … MANA ANAKKU.”Suara teriakan dari ujung telepon dapat di dengar oleh semua orang termasuk Amerika yang sudah berdiri dengan mulut terbuka.“Pangeran Niko …” jawab Aspen lalu menatap Niko.Dengan cepat Niko
Satu minggu telah berlalu …Amerika memutuskan untuk kembali ke rumahnya setelah dia yakin kalau dirinya sudah baik-baik saja.Kini yang ada dibayangannya adalah para penagih hutang yang akan menghajarnya atau bahkan membunuhnya.Memikirkan hal itu membuat Amerika bergidik ngeri.“Apa kau sudah siap Nona?” tanya Aspen saat dia keluar dari kamar dan melihat Amerika tengah duduk di sofa ruang tengah.Niko masih tertidur pulas setelah beberapa hari melakukan pekerjaan padatnya dan beberapa hari juga ketegangan antara Niko dan Amerika berkurang.Niko dan Aspen hampir setiap hari kembali ke rumah lewat tengah malam dan Amerika sudah tertidur, pun dengan
Di ruang sidang dewan istana, beberapa anggota dewan terdiri dari sepuluh orang salah satunya Mister Launch, ayah Karina. Semalam Karina sudah ketakutan begitu mendapat kabar dari Amanda bahwa Niko sudah membuat Alex tidak bisa berjalan dan membawa ibunya pergi dari kediaman mereka. Karina tidak bisa tidur semalaman, tadi pagi saat ayahnya hendak pergi ke istana dia juga berpesan agar ayahnya bisa membantu membujuk Niko untuk tidak membuatnya menderita karena dia sudah menyesali atas apa yang sudah dia lakukan pada Amerika. Mister Launch menghela napas dalam saat dia duduk dengan gelisah, semua mata tertuju kepadanya. Karena dari kesepuluh anggota dewan istana keluarga Launch selalu yang membuat keputusan sepihak dan terlihat jelas tidak mendukung Niko dengan alasan karena putrinya tidak dilirik Niko sama sekali.
Tidak berapa lama Niko sudah keluar dari gedung tersebut.Masuk ke dalam mobil dengan raut wajah dingin membuat Aspen tidak banyak bertanya kepadanya.Suara ponsel Niko berbunyi, sebuah nama tertera di layar depannya.Dimitri …“Hallo …”“Bos, semua yang sudah bos perintahkan, sudah aku lakukan.”“Bagus, lalu …”“Kondisi ayahnya Amerika sudah membaik, awalnya perempuan itu menolak bantuaku tapi setelah aku jelaskan dia menjadi senang entah apa yang dia pikirkan.”“Aku tahu.”
Dalam waktu singkat setelah membawa pulang Amerika kembali ke kastil tempat mereka tinggal selama di Rosen. Niko meminta ibunya dan juga bibinya, ibunya Aspen untuk menjaga Amerika, karena gadis itu masih trauma.“Bibi, maaf merepotkanmu kali ini.” Ucap Niko pada Lucia yang juga sebagai kepala pelayan di kediaman ibunya.“Tidak apa-apa Pangeran, selama kau pergi, biar aku yang akan menjaganya.” Jawab Lucia.“Terima kasih.” Ucap Niko.“Nik, semuanya sudah siap. Apa kita pergi sekarang?” tanya Aspen.Niko menatap Amerika yang masih tertidur dengan tubuh diselimuti, sebelumnya seorang dokter istana sudah memeriksa Amerika dan diberikan obat penenang sehingga dia mengantuk lalu tert
“APA? ADA APA?” Amina bergegas menuju kamar Alex yang sudah dipenuhi para pelayan.Semua orang menyingkir memberikan jalan kepada Amina.“DIA KENAPA?” teriak Amina suaranya memekakan telinga.“Amina tenangkan dirimu.” Ucap Adrian pada istrinya.“Bagaimana bisa kau berkata seperti itu, hah? Dia anakmu. Apa kau tidak melihatnya dia terluka.”“Dia hanya pingsan dan menurut dokter istana lukanya juga tidak parah.”“Adrian …” bola mata Amina melotot.“Kalian semua bisa keluar.” Perintah Adrian pada semua pelayan.
Dari tempat Amerika, dia bisa mendengar suara letusan senjata yang sangat keras tapi di luar kamar tidak terdengar apa-apa.“Nik, maafkan aku! Huwaaaa … Mama … tolong aku.” Setelah berbicara Alex melihat darah segar keluar dari kakinya tak lama kemudian dia pingsan.Niko mengambil pistol miliknya lalu dia pergi meninggalkan Alex yang masih tergeletak di lantai tidak sadarkan diri.“Niko …” seru Aspen.“Bereskan semuanya seperti biasa, aku hanya memberinya peringatan. Dia sendiri yang menembak kakinya.” Kata Niko raut wajahnya dingin, dia memberikan pistol yang ada di tangannya pada Aspen.“Baiklah!” kata Aspen, dia langsung masuk ke kamar setelah itu menghub
Alex membuka resleting baju Amerika saat pintu didobrak dari luar dengan keras.BRAK!Seketika Niko masuk bersama dengan Aspen dan dua orang pengawalnya.Alex terkejut bola matanya melebar saat dia melihat Niko yang langsung berjalan berlari menerjangnya.“Dasar bajingan!” teriak Niko dengan keras.Tendangannya mengenai wajah Alex.“AUW … PENGAWAL.” Teriak Alex sambil memegang wajahnya yang terasa sakit akibat tendangan keras Niko.Aspen dan yang lain langsung menghajar para pengawal yang ada di kamar sebelah saat mereka tahu bahwa ada orang lain di dalamnya.
Aspen dengan cepat mengirimkan share lokasi pada Caesar.Saat Caesar sudah keluar dan berada di halaman istana dia mendengar suara ponselnya bergetar dari saku celananya.Dengan cepat Caesar meraih ponsel miliknya lalu dia mendesah dan sedikit berteriak pada beberapa pengawal Niko.“Semuanya ikuti mobilku sekarang juga.” Seru Caesar.“Siap Tuan!” jawab mereka langsung masuk ke dalam mobil yang lainnya.Rombongan mobil itu melaju kencang ke luar istana.Penjaga gerbang istana dengan cepat membuka pintu gerbang otomatis ketika mereka melihat iring-iringan mobil Pangeran Niko bergerak keluar.Dari pesta kebun Amand
“Aspen bawa alatnya kemari.” Perintah Niko, dia berjongkok menatap tajam bola mata Bella. “A-apa yang akan kau lakukan, Niko jangan macam-macam.” Teriak Bella mengancam dan juga ketakutan saat dia sadar Niko sepertinya tahu sesuatu. Niko menyeringai jahat saat sudut bibirnya berkedut, sangat menyeramkan. Semua orang yang melihat ekspresi Niko saat ini pastinya bakalan kencing di celana seperti yang dirasakan Bella. “Aku akan menjemput anakmu, tapi sebelumnya ada yang harus aku lakukan terlebih dahulu kepadamu. Sepertinya aku sudah memberimu begitu banyak waktu tapi ternyata kau saja yang tidak tahu diri dan jangan salahkan aku kalau aku bertindak seperti ini kepadamu, wahai Bibiku.” “Niko, aku mohon jangan lakukan
“Amerika, aku ada keperluan lain sebentar kau bisa kembali ke kastil bersama Caesar.” Ucap Niko, dia memajukan badannya pada Amerika, berbisik di telinganya. Karina dan juga Amanda yang sedari tadinya tanpa berkedip sekalipun mengawasi mereka dengan intens. “Kamu mau ke mana?” tanya Amerika bola matanya melebar. “Aku ada urusan yang harus aku selesaikan saat ini juga.” Jawab Niko, dia sudah berdiri. Saat itu juga Aspen pun berjalan mendekati Niko. Tapi Niko berbelok sebentar kea rah ayahnya yang sedang berbicara dengan seseorang. “Yang Mulia bisa kita mengobrol sebentar.” Niko berbisik pada ayahnya. Si tamu menundukkan bad