Melihat Krisna yang benar-benar ingin menelepon rektor, Darra bergerak cepat dan langsung menghentikannya, "Nggak perlu, Ayah. Keluarga Hardwin sudah campur tangan, jadi nggak ada gunanya menelepon."Jika Krisna benar-benar menelepon dan mendengar kebenarannya dari Hendra, mungkin Darra sendiri yang akan terpojok.Dia benar-benar tidak bisa membiarkan ini terjadi!"Keluarga Hardwin?"Gerakan tangan Krisna yang memegang terhenti dan dia terlihat terkejut.Darra mengangguk dan menjawab tidak jelas, "Kakak minta bantuan Tuan Sergio. Kalau nggak, mana mungkin Casey bakal dihukum?"Krisna meletakkan ponselnya dan mengurungkan niat untuk menelepon.Di saat yang sama, sedikit keraguan muncul di hatinya.Kapan Hazel terlibat dengan Keluarga Hardwin? Kenapa dia belum pernah mendengar Hazel menyebutkan akan hal ini sebelumnya?Dania juga merasa gugup dan mendorong Darra. "Darra, besok minta maaf sama Hazel. Nggak baik kalau kamu sampai menyinggung Keluarga Hardwin."Dengan posisi Keluarga Hardwi
Setelah itu, Darra kembali menimpali, "Aku nggak tahu sejak kapan Kakak sedekat itu dengan Tuan Sergio sampai bisa membuatnya datang ke kampus. Casey benar-benar nggak sengaja ...."Begitu mendengar Darra menangis tersedu-sedu seperti itu, Justin langsung merasa tidak tega.Dia rasanya ingin segera menemui Darra, menariknya ke dalam pelukannya dan menenangkannya.Dia mencoba menenangkan, "Darra, sudah, jangan nangis. Om Sergio bukan orang yang nggak bisa bedain mana yang benar dan mana yang salah. Nanti aku telepon Om buat tanya situasinya.""Nggak usah, Kak Justin. Aku nggak mau kalian bermasalah cuma karena aku. Aku juga nggak tahu Kakak sudah bilang apa saja sama Om. Di kampus tadi, aku sapa Om saja nggak digubris."Darra duduk di tempat tidur dengan air mata membasahi wajahnya. Suaranya tercekat, terdengar sangat sedih.Hati Justin terasa mau remuk saat mendengar suara tangisan Darra.Dia mencoba menenangkan pelan, "Nggak akan, Darra. Kamu sangat lembut dan baik, Om pasti bakal suk
Di sisi lain, Justin mengembalikan ponsel miliknya kepada Kevin, lalu mengatakan, "Antar aku ketemu Hazel. Aku mau mutusin pertunangan!"Kevin mengambil ponselnya, ingin mengatakan sesuatu, tetapi terlihat ragu.Dia berpikir sejenak, baru memutuskan untuk bertanya, "Nggak mau dipertimbangin lagi? Memutuskan pertunangan bukan masalah sepele."Dia memang tidak boleh ikut campur di dalam hubungan asmara orang lain, tetapi dia merasa kalau Hazel tidak melakukan kesalahan apa pun.Apa Hazel pantas diperlakukan seperti ini karena tidak dicintai?Justin tengah diliputi kobaran amarah, mana mungkin peduli akan semua itu?Dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Dia ingin memberikan Darra keluarga yang utuh dan tidak bisa membiarkannya menderita lagi."Nggak usah banyak omong. Cepat antar aku ke sana. Kalau nggak mau, pinjam uang buat naik taksi."Kevin awalnya ingin mengatakan sesuatu yang lain. Namun setelah melihat wajah Justin, dia langsung mengurungkan niatnya itu.Dia tiba-tiba merasa bah
Hazel menolak ajakan Justin dengan kejam.Justin melirik Kevin yang duduk di sampingnya. Wajahnya seketika berubah muram, merasa sudah dipermalukan oleh penolakan Hazel.Dia mengatakan, "Ada beberapa hal yang nggak bisa dijelasin lewat telepon. Kita ketemu saja."Nada suara Justin kaku dan kuat, bahkan terkesan sedikit memerintah.Hazel terdiam beberapa saat, lalu bertanya, "Bukannya sekarang kamu merasa jijik kalau lihat aku?"Justin tertegun sejenak, lalu tiba-tiba teringat kalau dia memang pernah mengirimkan banyak hinaan kepada Hazel di grup Line untuk melampiaskan amarahnya.Seketika, dia merasa wajahnya seperti terbakar dan nyeri."Maaf. Sekarang sudah cukup?"Selalu dimanjakan oleh Keluarga Hardwin, pria angkuh dan sombong ini untuk pertama kalinya menundukkan kepalanya di hadapan seorang wanita.Dia merasa wajahnya tercoreng, sampai ingin mencari lubang untuk bersembunyi.Untungnya, tidak ada orang lain di sekitarnya kecuali Kevin.Jika ada orang lain yang tahu, dia pasti akan
Justin tersedak oleh perkataan Hazel hingga lidahnya kelu."Kalau begitu lakukan satu-satu. Aku tahu aku banyak salah sama kamu, tapi video itu bukan cuma merusak reputasiku, tapi juga reputasi Keluarga Hardwin. Aku ingin kamu hapus video itu, bisa 'kan?"Dia tahu Hazel tidak bisa dikerasi, jadi dia menurunkan nada bicaranya.Hazel mencibir dan menguak pikiran Justin, "Kamu pikir aku bakal nurut kalau kamu bawa-bawa Keluarga Hardwin?""Kalau begitu katakan, apa yang kamu mau biar kamu hapus video itu?""Aku sudah bilang. Ganti rugi buat kerusakan mentalku dan masa mudaku yang terbuang sia-sia. Seratus miliar, nggak kurang satu sen pun."Justin terkesiap. "Kamu serius? Seratus miliar? Kamu sama saja merampokku!"Dibandingkan keterkejutannya, Hazel ternyata sangat tenang.Dia berbicara perlahan, "Kita tunangan selama dua belas tahun. Selama dua belas tahun ini, aku nggak pernah melakukan apa pun yang kiranya melanggar pertunangan kita. Tapi apa yang sudah kamu lakukan?"Melihat Hazel mas
Hazel hanya menggeleng pelan dan tidak menjawab.Justin benar-benar sudah tidak tertolong lagi.Dia terlalu malas untuk meladeni omongan Justin.Mengingat keduanya pernah menjalin hubungan sebelumnya, jadi Hazel berbaik hati dan mengingatkannya, "Justin, aku harap suatu saat nanti kamu nggak akan menyesali pilihan yang kamu buat sekarang."Justin sedikit mengernyit dan menatap kosong ke arah Kevin yang duduk di sampingnya.Apa arti dari kata-kata Hazel? Kenapa dia tidak bisa memahaminya?Kevin merentangkan tangannya, menandakan kalau dia juga tidak mengerti.Justin tidak punya pilihan selain pergi ke Universitas Palapa esok hari.Karena sudah tertangkap basah di tempat tidur, dia tidak bisa menegakkan kepalanya di depan Hazel.Ketika kebenaran terungkap, dia harus mendapatkan kembali harga dirinya di depan Hazel."Satu hal lagi. Belakangan, apa kamu dekat sama Om Sergio?"Gerakan tangan Hazel yang akan memutus panggilan pun terhenti, sudut bibirnya terkait membentuk cibiran. "Ini masal
Senyum di wajah Hazel makin merekah, tatapannya kepada Sergio pun menyalurkan rasa terima kasih yang dalam."Om, terima kasih sudah membelaku. Sejak ibu meninggal, nggak ada seorang pun yang memperlakukanku sebaik ini."Mata Sergio berkedip pelan. Dia mendekat dan duduk di sisi ranjang, menatap Hazel dalam-dalam.Setelah terdiam beberapa saat, dia berkata perlahan, "Jadi, apa ada imbalannya?""Hah?" Hazel tertegun dan berkedip bingung, tidak mengerti maksud perkataan Sergio.Sergio tiba-tiba mencondongkan tubuh ke arahnya.Melihat wajah tampan itu makin dekat, Hazel merasa napasnya tercekat.Baru setelah merasakan sentuhan lembut di dahinya, Hazel akhirnya tersadar.Menyadari apa yang telah dilakukan Sergio, pipi Hazel langsung memerah. Matanya mengelak, tidak tahu harus menatap ke mana.Dia tanpa sadar mengulurkan tangannya, ingin menyentuh tempat yang baru dicium Sergio.Namun begitu mengangkat tangannya, Hazel merasa kalau tindakan ini cukup aneh, jadi dia kembali menurunkan tangann
Kevin melirik Justin sekilas, lalu bertanya, "Justin, masih mau ketemu Hazel nggak?""Ketemu apanya! Pulang saja tidur!" Justin memelototinya dengan marah, lalu membuka pintu dan turun dari mobil.Kevin mengusap hidungnya, merasa kalau dia tidak seharusnya menanyakan pertanyaan itu.Sekarang emosi Justin tengah meledak-ledak, jadi diam adalah pilihan terbaik.Dia sudah memutuskan untuk diam, tetapi Justin yang tidak bisa ditebak ini tidak mengizinkannya.Sesampainya di rumah, Justin mengambil sebotol anggur merah dari lemari anggurnya dan membukanya.Melihat sebotol anggur merah yang mahal dibuka begitu saja oleh Justin, kelopak mata Kevin melonjak."Hei, ini koleksi ayahku. Yang lain boleh diminum, tapi yang ini nggak boleh di ...." Sentuh!Belum sempat Kevin menyelesaikan kata terakhirnya, Justin sudah membuka botol minuman itu.Kevin, "..."Justin memegang tutup botol di satu tangan dan botol anggur di tangan lain, bersitatap dengan Kevin selama beberapa saat.Kevin rasanya ingin me