Hazel hanya menggeleng pelan dan tidak menjawab.Justin benar-benar sudah tidak tertolong lagi.Dia terlalu malas untuk meladeni omongan Justin.Mengingat keduanya pernah menjalin hubungan sebelumnya, jadi Hazel berbaik hati dan mengingatkannya, "Justin, aku harap suatu saat nanti kamu nggak akan menyesali pilihan yang kamu buat sekarang."Justin sedikit mengernyit dan menatap kosong ke arah Kevin yang duduk di sampingnya.Apa arti dari kata-kata Hazel? Kenapa dia tidak bisa memahaminya?Kevin merentangkan tangannya, menandakan kalau dia juga tidak mengerti.Justin tidak punya pilihan selain pergi ke Universitas Palapa esok hari.Karena sudah tertangkap basah di tempat tidur, dia tidak bisa menegakkan kepalanya di depan Hazel.Ketika kebenaran terungkap, dia harus mendapatkan kembali harga dirinya di depan Hazel."Satu hal lagi. Belakangan, apa kamu dekat sama Om Sergio?"Gerakan tangan Hazel yang akan memutus panggilan pun terhenti, sudut bibirnya terkait membentuk cibiran. "Ini masal
Senyum di wajah Hazel makin merekah, tatapannya kepada Sergio pun menyalurkan rasa terima kasih yang dalam."Om, terima kasih sudah membelaku. Sejak ibu meninggal, nggak ada seorang pun yang memperlakukanku sebaik ini."Mata Sergio berkedip pelan. Dia mendekat dan duduk di sisi ranjang, menatap Hazel dalam-dalam.Setelah terdiam beberapa saat, dia berkata perlahan, "Jadi, apa ada imbalannya?""Hah?" Hazel tertegun dan berkedip bingung, tidak mengerti maksud perkataan Sergio.Sergio tiba-tiba mencondongkan tubuh ke arahnya.Melihat wajah tampan itu makin dekat, Hazel merasa napasnya tercekat.Baru setelah merasakan sentuhan lembut di dahinya, Hazel akhirnya tersadar.Menyadari apa yang telah dilakukan Sergio, pipi Hazel langsung memerah. Matanya mengelak, tidak tahu harus menatap ke mana.Dia tanpa sadar mengulurkan tangannya, ingin menyentuh tempat yang baru dicium Sergio.Namun begitu mengangkat tangannya, Hazel merasa kalau tindakan ini cukup aneh, jadi dia kembali menurunkan tangann
Kevin melirik Justin sekilas, lalu bertanya, "Justin, masih mau ketemu Hazel nggak?""Ketemu apanya! Pulang saja tidur!" Justin memelototinya dengan marah, lalu membuka pintu dan turun dari mobil.Kevin mengusap hidungnya, merasa kalau dia tidak seharusnya menanyakan pertanyaan itu.Sekarang emosi Justin tengah meledak-ledak, jadi diam adalah pilihan terbaik.Dia sudah memutuskan untuk diam, tetapi Justin yang tidak bisa ditebak ini tidak mengizinkannya.Sesampainya di rumah, Justin mengambil sebotol anggur merah dari lemari anggurnya dan membukanya.Melihat sebotol anggur merah yang mahal dibuka begitu saja oleh Justin, kelopak mata Kevin melonjak."Hei, ini koleksi ayahku. Yang lain boleh diminum, tapi yang ini nggak boleh di ...." Sentuh!Belum sempat Kevin menyelesaikan kata terakhirnya, Justin sudah membuka botol minuman itu.Kevin, "..."Justin memegang tutup botol di satu tangan dan botol anggur di tangan lain, bersitatap dengan Kevin selama beberapa saat.Kevin rasanya ingin me
Melihat sikap Sergio, Ervan langsung ciut dan mundur dua langkah.Dia sudah bersama Sergio selama bertahun-tahun, jadi tahu lebih baik dari siapa pun kalau saat ini Sergio tengah berada di ambang kemarahan.Pada saat ini, dia lebih baik bersembunyi sejauh mungkin.Sayangnya, Justin tidak sadar situasi dan terus berceloteh, "Setelah aku kasih uangnya, hubunganku dan Hazel akan benar-benar berakhir. Om, aku suka sama Darra dan ingin menikah dengannya.""Boleh," kata Sergio.Awalnya, Justin mengira kalau keinginannya ini akan ditentang oleh Sergio. Tidak disangka, Sergio akan menyetujuinya tanpa ragu.Cengkeraman tangannya pada ponsel langsung mengencang. Lidahnya bahkan terasa kelu karena terlalu bersemangat."Om, aku tahu kalau Om memang yang terbaik!"Penegasan Sergio merupakan kejutan yang tak terduga baginya.Namun, dia terlalu cepat berpuas diri.Sergio melanjutkan. "Aku belum selesai ngomong. Kalau mau nikah sama Darra, kamu bisa memutuskan hubunganmu dengan Keluarga Hardwin."Seny
Justin menutup pintu kamar Liana dan melangkah ke sisi ranjang. Dia sempat ragu bagaimana harus membuka pembicaraan.Sikapnya terlalu terburu-buru. Kesehatan Liana juga tidak baik, bagaimana kalau kondisinya sampai drop karena dibuat marah olehnya?Tepat ketika Justin ragu untuk mengatakan yang sebenarnya atau tidak, Liana berbicara lebih dulu, "Aku sudah tahu kalau kamu mau memutuskan pertunangan dengan Hazel. Apa ada hal lain?"Melihat tatapan ragu-ragunya, apa lagi yang tidak dipahami Liana?Dia tahu dengan jelas seperti apa tabiat cucunya.Jika beberapa hari yang lalu Hazel tidak datang menemuinya, dia pasti tidak akan setuju dengan pembatalan pertunangan.Bagaimanapun, masalah ini diputuskan oleh dia dan Kirana secara langsung. Namun, Kirana sudah meninggal dan ayah Hazel tidak memperlakukan Hazel dengan baik. Tanpa perlindungan Keluarga Hardwin, entah seberapa besar ketidakadilan yang akan diderita Hazel.Namun, sekarang dia sudah bisa memahami keinginan Hazel dan tidak akan mema
Justin mengabaikan kalimat terakhir Liana. Dia hanya mendengar kalau Liana sudah setuju dengan pembatalan pernikahannya dengan Hazel.Dia mendongak dengan penuh semangat, menggenggam tangan Liana dan bertanya, "Benarkah? Nenek, aku tahu kalau Nenek sangat menyayangiku!"Melihat sikap Justin yang menggebu-gebu seperti itu, Liana perlahan menggelengkan kepalanya.Dia berkata, "Beberapa hari yang lalu Hazel datang ke rumah, dia bilang mau membatalkan pertunangan. Saat itu aku setuju dan nomormu nggak bisa dihubungi."Ada kilatan keterkejutan di mata Justin. Ternyata Hazel berinisiatif memutuskan pertunangan?Ternyata Hazel tidak menipunya. Dialah yang sudah salah paham dengan Hazel.Justin selalu merasa kalau Hazel menolak memutuskan pertunangan karena Hazel tidak bisa melepaskannya.Tanpa diduga, bahkan tanpa sepengetahuannya, Hazel berinisiatif untuk memutuskan pertunangan.Memikirkan saat dia mengucapkan kata-kata yang mempermalukan dan merendahkan Hazel, Justin merasakan sakit yang me
Justin tidak ingin Liana salah paham dengan Darra, jadi dia menanggung semua tanggung jawab ini.Liana melambaikan tangannya dan berkata, "Kamu nggak perlu menjelaskan apa pun. Aku terlalu malas untuk mendengarkan. Apa ada hal lain lagi? Kalau nggak, pergilah. Aku butuh istirahat."Melihat ekspresi lelah Liana, Justin menelan kata-kata pembelaannya dan langsung diam."Nenek, aku suka sama Darra. Aku sangat menyukainya dan ingin menikahinya. Aku harap Nenek bisa merestui hubungan kami."Liana meliriknya sekilas, lalu bertanya, "Apa harus dia orangnya?"Justin mengangguk kuat-kuat. "Ya. Bagiku dia sangat penting."Liana terdiam dan terdiam cukup lama.Justin memohon, "Nenek, aku jarang meminta sesuatu sama Nenek sejak masih kecil. Jadi, aku mohon pada Nenek kali ini saja.""Jangan pernah bahas masalah ini lagi. Aku nggak akan setuju," kata Liana tegas.Justin membuka mulutnya, ingin mengatakan sesuatu yang lain. Namun setelah melihat ekspresi Liana yang dingin dan acuh, dia langsung menu
Justin menggelengkan kepalanya, sorot matanya dipenuhi rasa tidak percaya."Nggak! Ini nggak mungkin!"Hazel itu tunangannya, kenapa tiba-tiba menikah dengan Sergio?Kenapa bisa seperti ini?Suasana hati Justin sangat rumit, entah apa yang tengah dia rasakan saat ini.Rasanya sudut hatinya tiba-tiba terasa kosong.Namun, dia belum menyadarinya dan hanya menganggap itu semua karena terlalu terkejut.Sebelumnya, Hazel dan Sergio tidak pernah saling berhubungan, pasti ada hal yang tidak benar.Melihat Justin tidak percaya, tiba-tiba Liana tersenyum. "Apanya yang nggak mungkin? Hazel berhak memilih kebahagiaannya sendiri. Kalau kamu nggak bisa kasih kebahagiaan itu kepadanya, orang lain pasti bisa kasih.""Tapi ... kenapa harus sama Om Sergio? Jelas-jelas mereka nggak pernah saling berhubungan sebelumnya."Justin menunduk dan bergumam pada dirinya sendiri.Setelah beberapa saat, Justin tiba-tiba menemukan jawabannya.Mustahil sekali orang yang dingin dan berwibawa seperti Sergio suka sama