Justin menggelengkan kepalanya, sorot matanya dipenuhi rasa tidak percaya."Nggak! Ini nggak mungkin!"Hazel itu tunangannya, kenapa tiba-tiba menikah dengan Sergio?Kenapa bisa seperti ini?Suasana hati Justin sangat rumit, entah apa yang tengah dia rasakan saat ini.Rasanya sudut hatinya tiba-tiba terasa kosong.Namun, dia belum menyadarinya dan hanya menganggap itu semua karena terlalu terkejut.Sebelumnya, Hazel dan Sergio tidak pernah saling berhubungan, pasti ada hal yang tidak benar.Melihat Justin tidak percaya, tiba-tiba Liana tersenyum. "Apanya yang nggak mungkin? Hazel berhak memilih kebahagiaannya sendiri. Kalau kamu nggak bisa kasih kebahagiaan itu kepadanya, orang lain pasti bisa kasih.""Tapi ... kenapa harus sama Om Sergio? Jelas-jelas mereka nggak pernah saling berhubungan sebelumnya."Justin menunduk dan bergumam pada dirinya sendiri.Setelah beberapa saat, Justin tiba-tiba menemukan jawabannya.Mustahil sekali orang yang dingin dan berwibawa seperti Sergio suka sama
Ada semacam kelembutan yang terpancar dari mata Sergio saat ini.Liana merasa senang melihat perubahan Sergio yang begitu besar dalam waktu sesingkat ini.Setelah Sergio diculik, karakternya makin tertutup.Seorang psikiater bahkan sampai mengatakan kalau Sergio kekurangan emosi. Sergio bisa mengendalikan emosinya pada tingkat tertentu, jadi tidak ada perubahan emosi berarti yang bisa dilihat di wajahnya ketika dia mengalami situasi apa pun.Bisa dikatakan tidak ada reaksi berarti yang bisa dia tunjukkan.Harus terjadi sesuatu secara khusus sebelum Sergio menunjukkan ekspresi tertentu.Bahkan seorang psikiater pun tidak bisa memahami isi hatinya.Jadi, tidak ada yang tahu apa yang bisa membuat gejolak dalam suasana hatinya.Kini, sepertinya Hazel punya pengaruh besar terhadap emosi Sergio.Ini mungkin hal yang baik untuk Sergio.Jadi, Liana sangat berterima kasih kepada Hazel yang sangat dekat dan menyayangi Sergio, yang sangat berbeda dengan sikapnya terhadap Justin.Justin yang melih
Tekanan dalam diri Sergio sedikit berkurang. Dia berkata dengan tenang, "Begitu rupanya. Kalau begitu, mulai sekarang kamu harus lebih hati-hati dalam menjaga ponselmu."Justin merasa ada makna tersembunyi dalam perkataan Sergio. Namun, dia tidak tahu apa yang salah, jadi hanya mengangguk dalam diam."Ya, aku akan menjaganya dengan baik."Sergio melanjutkan. "Beberapa waktu lalu, Hazel cari kamu buat memutuskan pertunangan kalian dan kamu nggak di rumah. Kebetulan hari ini kamu ada di rumah, jadi kita perjelas saja semuanya."Mendengar ini, Hazel menoleh dan menatap Sergio, menyadari kalau Sergio juga tengah menatapnya.Sergio tersenyum dan meyakinkannya, lalu membuang muka seolah tidak terjadi apa-apa.Hazel tiba-tiba teringat apa yang dikatakan Sergio padanya sebelumnya.Dia berkata, "Aku bawa kamu ke kediaman lama buat lihat pertunjukan bagus."Awalnya Hazel tidak mengerti maksud perkataan Sergio. Namun, sekarang dia mengerti.Ternyata Sergio sudah tahu kalau Justin kembali ke kedia
Meski bertemu secara tidak sengaja, Hazel dan Sergio tidak pernah bertukar kata.Bahkan karena kepribadian Sergio yang terlalu dingin, Hazel pernah berbisik di telinganya dan bertanya apakah Sergio tidak menyukainya.Saat itu, hati dan pikiran Justin hanya tertuju pada Darra, jadi dia tidak peduli apakah Hazel tertindas atau tidak.Jadi, dia berkata dengan acuh, "Mana mungkin! Kalau Om nggak suka sama orang, orang itu pasti akan menderita. Kamu 'kan juga nggak buat masalah sama Om."Sekarang setelah dipikirkan baik-baik, semuanya memang sudah ada tanda-tandanya.Tepat ketika Justin sedang berpikir liar, Sergio tiba-tiba menoleh ke arahnya."Justin, semuanya sudah jelas, jadi kamu harus sopan sama Hazel. Sekarang Hazel itu tantemu, jadi kamu harus panggil dia tante."Kata-kata ini seperti sambaran petir yang tiba-tiba membelah otak dan kepala Justin.Justin tidak pernah membayangkan kalau mantan tunangannya akan menjadi orang yang harus dia hormati dalam keluarga.Dia membuka mulutnya,
Hazel merentangkan tangannya. "Kamu baru sadar? Apa yang kamu lakukan padaku sebelumnya sepuluh ribu kali lebih buruk dari ini. Kenapa, sudah nggak kuat?"Justin tercekat dan tidak bisa berkata-kata, mencoba meminta bantuan Liana."Nenek, tolong pinjami aku uang. Kalau aku punya uang, aku akan balikin uang Nenek."Sejak Sergio membekukan kartunya, dia tidak memiliki satu sen pun uang di tangannya. Kalau tidak, mana mungkin dia sampai dipaksa menulis surat perjanjian utang?Sungguh ironis, ternyata dia tidak pernah menganggap serius keberadaan uang seratus miliar sebelumnya.Namun, sekarang dia harus tunduk pada Hazel karena uang 100 miliar.Liana menggelengkan kepalanya, lalu menjawab, "Tanggung sendiri utang itu. Kamu sudah dewasa, jadi harus bertanggung jawab atas apa yang sudah kamu lakukan."Justin selama ini selalu dimanjakan oleh Irma. Bukan hanya sombong, tetapi dia juga menghabiskan uang hasil jerih payah Sergio untuk bersenang-senang di luar sana.Kalau mau dihitung secara rin
Sergio bicara beberapa kata dengan Hazel, lalu meninggalkan kamar Liana.Seketika, hanya Hazel dan Justin yang tersisa di ruangan itu.Justin memandang Hazel sambil mengerutkan kening, lalu bertanya dengan suara yang dalam, "Kenapa kamu nikah sama Om Sergio?""Aku bisa menikah sama siapa pun yang aku mau. Apa masalahnya buatmu?" Hazel tidak ingin berduaan dengan Justin di satu ruangan.Ini akan mengingatkan Hazel pada kejadian di mana Justin tengah bergumul dengan Darra di hotel hari itu. Mengingat itu membuat Hazel mual.Justin menimpali dengan ekspresi serius, "Aku ingat kamu dan Om Sergio nggak pernah saling berinteraksi sebelumnya. Terserah kamu mau menikah sama siapa, tapi kenapa harus sama Om Sergio?"Hazel merasa perkataannya membingungkan. "Aku bisa pilih siapa saja yang aku mau. Siapa kamu ngatur-ngatur begitu?"Justin menggelengkan kepalanya, wajahnya terlihat penuh kebencian dan penyesalan.Meski Liana sudah menjelaskannya, tetapi dia tetap bersikeras kalau Hazel lah yang su
Ketika Sergio yang berdiri di luar pintu mendengar kata-kata Hazel, sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman, bahkan sorot muramnya digantikan oleh kegembiraan.Dia mendorong pintu hingga terbuka dan melangkah masuk.Kedua orang yang berada di dalam kamar langsung menoleh saat mendengar suara pintu terbuka.Mata Hazel berbinar. "Om, sudah selesai?"Melihat mata Hazel yang penuh ketergantungan padanya, Sergio mengelus puncak kepalanya dengan lembut. "Ya. Apa yang kalian bicarakan?"Hazel tidak ingin Sergio mengetahui pembicaraan tidak mengenakkan keduanya barusan, jadi menggeleng pelan."Bukan apa-apa, kok. Om, nggak tahu makan siangnya sudah siap atau belum, tapi ayo turun dulu, aku sudah lapar."Sergio menatap Justin dalam-dalam, lalu mengiakan perkataan Hazel. Dia melangkah pergi sambil menggandeng tangan Hazel.Justin ditinggalkan sendirian. Punggungnya terasa kaku dan dia terus bergidik. Butuh waktu lama sebelum dia kembali tersadar.Cara Sergio memandangnya sungguh menakutkan,
Dia akan menghindar sebisa mungkin untuk tidak bertemu dengan Hazel.Begitu makan siang selesai, Justin membuat alasan agar bisa pergi lebih dulu.Melihat punggung Justin yang pergi dengan terburu-buru, Liana hanya bisa menggelengkan kepalanya.Usai makan, Hazel dan Liana duduk di sofa dan mengobrol sebentar, baru setelah itu pulang bersama Sergio.Kali ini, Sergio mengemudikan mobilnya sendiri tanpa membawa sopir. Jadi, Hazel duduk di kursi samping kemudi.Dia tiba-tiba bertanya, "Om, sebelum datang ke mari, apa Om sudah tahu kalau Justin bakal pulang?""Ya. Pagi tadi Justin telepon, katanya mau pinjam uang. Saat itu, aku rasa dia pasti bakal pulang."Hazel mengangguk, tetapi entah kenapa merasa masalahnya tidak sesederhana itu.Namun, dia tidak bertanya lagi, hanya melihat keluar jendela mobil dan menatap pemandangan di luar.Sergio menoleh kepadanya, lalu bertanya, "Aku membekukan kartu Justin dan sekarang dia nggak punya uang. Aku nggak tahu apakah dia bisa kasih uang kompensasi it
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya