Ketika Sergio yang berdiri di luar pintu mendengar kata-kata Hazel, sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman, bahkan sorot muramnya digantikan oleh kegembiraan.Dia mendorong pintu hingga terbuka dan melangkah masuk.Kedua orang yang berada di dalam kamar langsung menoleh saat mendengar suara pintu terbuka.Mata Hazel berbinar. "Om, sudah selesai?"Melihat mata Hazel yang penuh ketergantungan padanya, Sergio mengelus puncak kepalanya dengan lembut. "Ya. Apa yang kalian bicarakan?"Hazel tidak ingin Sergio mengetahui pembicaraan tidak mengenakkan keduanya barusan, jadi menggeleng pelan."Bukan apa-apa, kok. Om, nggak tahu makan siangnya sudah siap atau belum, tapi ayo turun dulu, aku sudah lapar."Sergio menatap Justin dalam-dalam, lalu mengiakan perkataan Hazel. Dia melangkah pergi sambil menggandeng tangan Hazel.Justin ditinggalkan sendirian. Punggungnya terasa kaku dan dia terus bergidik. Butuh waktu lama sebelum dia kembali tersadar.Cara Sergio memandangnya sungguh menakutkan,
Dia akan menghindar sebisa mungkin untuk tidak bertemu dengan Hazel.Begitu makan siang selesai, Justin membuat alasan agar bisa pergi lebih dulu.Melihat punggung Justin yang pergi dengan terburu-buru, Liana hanya bisa menggelengkan kepalanya.Usai makan, Hazel dan Liana duduk di sofa dan mengobrol sebentar, baru setelah itu pulang bersama Sergio.Kali ini, Sergio mengemudikan mobilnya sendiri tanpa membawa sopir. Jadi, Hazel duduk di kursi samping kemudi.Dia tiba-tiba bertanya, "Om, sebelum datang ke mari, apa Om sudah tahu kalau Justin bakal pulang?""Ya. Pagi tadi Justin telepon, katanya mau pinjam uang. Saat itu, aku rasa dia pasti bakal pulang."Hazel mengangguk, tetapi entah kenapa merasa masalahnya tidak sesederhana itu.Namun, dia tidak bertanya lagi, hanya melihat keluar jendela mobil dan menatap pemandangan di luar.Sergio menoleh kepadanya, lalu bertanya, "Aku membekukan kartu Justin dan sekarang dia nggak punya uang. Aku nggak tahu apakah dia bisa kasih uang kompensasi it
Mata Erlina hampir terpaku pada sosok Sergio, jadi dia mengabaikan Hazel yang duduk di kursi samping kemudi.Melihat paras Sergio yang sempurna tanpa celah, detak jantung Erlina berdetak makin cepat, bahkan rona merah mulai muncul di pipinya.Dia telah menyiapkan sup ini sejak sore. Butuh waktu empat atau lima jam dari mengolah bahan hingga merebusnya dengan api kecil.Sergio hanya memandangnya dengan dingin dan mengerutkan kening. "Aku nggak butuh. Pulang saja."Erlina tidak terkejut dengan penolakan ini. Sebelumnya, dia sudah pernah datang beberapa kali dan berakhir dengan penolakan.Dia merasa sedih pada awalnya, tetapi perlahan menjadi terbiasa.Apa pun yang terjadi, kesempatan yang dia miliki untuk menikah dengan Sergio terbuka lebar.Sergio memiliki temperamen yang acuh dan bukan pria yang suka main perempuan.Hanya dia yang bisa dekat dengan Sergio dengan mengandalkan hubungannya dengan Irma.Setiap kali menceritakan hal ini, dia akan mendapat banyak tatapan iri dan cemburu dari
Hazel, yang merupakan tunangan Justin, yang akan menjadi keponakan Sergio pun tetap tidak terkecuali.Sergio tertawa mencibir, lalu menjawab sambil menggandeng tangan Hazel, "Apa harus lapor padamu ketika kami mau pulang ke rumah sendiri?"Erlina terkesiap di tempatnya, bahkan kedua matanya langsung menyipit.Apa katanya? Rumah sendiri?Kenapa dia tidak bisa memahami maksud dari perkataan Sergio?Matanya menatap Hazel dan Sergio bergantian, akhirnya tertuju pada tangan mereka yang saling bertautan.Matanya memerah dan air matanya mengalir deras, seperti manik-manik yang talinya putus."Om, kenapa kamu melakukan ini padaku? Apa kalian sudah bersama? Apa yang harus aku lakukan?"Hazel menjadi makin penasaran ketika melihatnya terluka seperti ini.Mungkinkah tebakannya benar, terjadi sesuatu antara Sergio dan Erlina?Wajah Sergio langsung berubah muram, bahkan sorot matanya makin menajam.Dia menjawab dingin, "Nona Erlina, aku nggak pernah menjanjikan apa pun padamu, aku juga nggak pernah
Hal terakhir yang tidak ingin didengar Sergio dalam hidupnya adalah kata-kata 'Hazel adalah tunangan Justin'.Dia biasa menggunakan kata-kata ini setiap hari untuk menekan hasrat dan keinginannya pada Hazel.Perlahan-lahan, dia belajar menahan diri dan bahkan belajar menyembunyikan rasa cintanya.Namun, keinginan yang tersembunyi jauh di lubuk hatinya tidak bisa dibendung.Keinginan itu tumbuh di tempat yang tak terlihat, merambat dan makin menjalar dengan liar.Pada saat Sergio menyadarinya, keinginan itu sudah tidak bisa dihentikan dan sudah menyebar memenuhi hatinya.Namun, saat itu dia tidak bisa berbuat apa-apa karena Hazel menyukai Justin dan masih menjadi tunangan Justin.Namun, untung saja Justin tidak bisa menghargai Hazel dengan baik dan Hazel akhirnya kembali kepadanya.Sejak Sergio membawa Hazel pulang, dia telah mengambil keputusan.Suatu hari nanti, dia akan mengubah identitas Hazel dari tunangan Justin menjadi istri Sergio.Erlina tidak menyangka Sergio akan menunjukkan
Setelah mendengar tuduhan Erlina, Hazel mengangkat kelopak matanya dengan ringan. "Ada aku, istrinya yang peduli kepadanya, jadi kamu nggak perlu khawatir. Kalau nggak, aku pasti akan berpikir kamu jadi orang ketiga di antara hubungan kami."Saat Hazel mengatakan itu, dia mendongak dan mengedipkan mata ke arah Sergio.Sergio menunduk dan memandangnya dengan penuh kasih sayang.Dia bahkan tidak mau melihat wanita lain.Di dalam hatinya, dari awal hingga akhir, hanya ada Hazel seorang.Namun, gadis ini masih belum menyadarinya dan tidak bisa memahami pikirannya.Meski begitu, dia tetap merasa senang karena baru kali ini Hazel berinisiatif memeluk pinggangnya.Ini merupakan kejutan yang tidak terduga bagi Sergio.Dia tidak memperhatikan tatapan mata Erlina yang sedih dan kesal, hanya meletakkan tangannya di pinggang ramping Hazel dengan sangat nyaman.Meski Hazel terlihat mungil dan langsing, dia memiliki tubuh proporsional dan bagian tubuhnya cukup berisi di beberapa bagian.Pinggangnya
Menatap mata Sergio yang penuh makna, pipi Hazel memerah. Dia memalingkan wajahnya karena malu.Bulu mata Hazel yang panjang bergerak pelan, lalu dia bertanya dengan rasa ingin tahu, "Tapi dia nangis dan kelihatan sedih banget. Apa Om nggak merasa kasihan sedikit pun?"Jangan salahkan Hazel yang berpikir seperti ini. Itu karena nada bicara Erlina dan Sergio barusan terlalu mesra.Meski Sergio dengan tegas menyatakan penolakannya, hal itu membuat pikiran Hazel makin bergerak liar.Pikiran Hazel sangat bebas, bahkan sampai curiga kalau keduanya pernah menjalin hubungan sebelumnya. Namun karena alasan tertentu, mereka tidak mengumumkan hubungan mereka ke publik.Menatap mata Hazel yang penuh pemikiran, Sergio merasa tidak berdaya sekaligus geli.Apa yang sedang dipikirkan gadis kecil ini?Dia menundukkan kepalanya dan mendekati wajah cantik Hazel.Bibir mereka hampir menempel, walaupun bergerak sedikit saja, mungkin mereka sudah berciuman.Hazel menatap kosong sosok wajah tampan di depann
Saat ini, suara air di kamar mandi tiba-tiba berhenti dan suara Sergio terdengar, "Hazel, aku nggak bawa celana dalam. Tolong ambilkan satu."Hazel tiba-tiba kembali tersadar, rona merah di wajahnya yang akhirnya memudar kini muncul kembali.Celana dalam?Siapa yang ambil pakaian ganti tanpa mengambil celana dalamnya sekalian?Menunggu cukup lama dan tidak mendengar jawaban Hazel, Sergio pun mengetuk pintu kamar mandi, "Hazel, kamu sudah tidur?"Hazel menutupi pipinya dan menjawab pelan, "Sudah tidur."Sergio tertegun sejenak, lalu terkekeh, "Hazel, jangan main-main. Kamu nggak mau 'kan aku keluar tanpa pakai baju?""Jangan! Tunggu, aku ambilkan!"Hazel panik dan segera berlari ke ruang ganti dan mengambilkan pakaian untuk Sergio.Pakaian Sergio tertata rapi dan semua barang ditempatkan sesuai jenisnya.Sangat rapi, seperti orang yang memiliki gangguan akan kerapian dan kebersihan.Sederet jas hampir semuanya berwarna hitam, laci di bawahnya berisi kacamata hitam, manset, jam tangan da
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya