Sergio mencondongkan tubuh lebih dekat dan berkata perlahan, "Aku minum atau nggak, apa kamu nggak tahu? Hazel, aku serius."Hazel tidak berani menatap mata Sergio dan tatapannya beralih ke tubuh Sergio.Saat ini, Sergio tengah mengenakan pakaian tidur berwarna putih dengan ikat pinggang longgar.Karena tubuh Sergio sedikit condong ke depan, bagian dadanya jadi terbuka, memperlihatkan dada yang kekar dan bertenaga, serta otot perut yang tegas.Pemandangan ini terlihat sangat seksi.Sebelum ini, Hazel sudah tahu kalau Sergio memiliki tubuh yang bagus, tetapi dia tidak menyangka kalau tubuhnya akan sebagus ini.Hazel tiba-tiba merasa udara di sekitar menjadi sedikit panas. Dia tanpa sadar dia menjilat bibirnya yang kering, memaksa pandangannya untuk tidak bergerak liar.Namun, kehadiran Sergio terlalu kuat untuk diabaikan.Hazel sudah berusaha mengendalikan dirinya, tetapi matanya masih tertarik untuk menatap tubuh Sergio.Dia berusaha membuat suaranya terdengar tenang, baru menjawab, "O
Bulu mata panjang Hazel sedikit bergetar dan jantungnya berdebar kencang tak terkendali.Deg! Deg! Deg!Debarannya makin keras, seolah-olah jantungnya akan keluar pada detik berikutnya.Dia dapat dengan jelas merasakan bibir Sergio menelusuri bibirnya, mengisap, menjilat ....Sergio sangat lembut dan sabar. Seperti pemburu berpengalaman, membimbingnya Hazel hingga ciuman mereka makin dalam.Bukan seperti menjarah, malah lebih seperti menghibur.Hazel memegang erat tangan Sergio. Kegugupan serta kegelisahannya berangsur-angsur mereda karena serangkaian lembut Sergio.Tidak tahu apakah karena ruang tertutup di kamar mandi yang terlalu pengap atau karena panas yang keduanya ciptakan, lapisan kabut di kamar mandi jadi makin tebal.Ciuman itu berlangsung cukup lama. Setelah Hazel kesulitan untuk bernapas, Sergio baru melepaskannya.Melihat wajah Hazel yang semerah apel, Sergio mengerutkan bibir puas.Dia dengan lembut menelusuri bibir Hazel yang merah dan lembap dengan ujung jarinya. Sorot
Setelah Hazel pergi, Sergio bersandar di dinding kamar mandi dengan kesal, tidak lupa menyunggingkan senyum pahit.Dia terlalu impulsif.Rencana awalnya adalah bergerak perlahan dan membiarkan Hazel terbiasa dengan keberadaannya, lalu membuatnya tidak bisa meninggalkannya.Namun, reaksi Hazel terhadap Erlina hari ini terlalu menjengkelkan, yang membuatnya merasa tidak aman untuk pertama kalinya.Jadi, dia kehilangan kendali.Dia berharap Hazel tidak hanya menganggapnya sebagai pasangan hidup, tetapi juga berharap agar Hazel lebih peduli dan bisa merasa cemburu terhadapnya.Namun, Hazel sepertinya tidak peduli apakah dia menjalin hubungan dengan wanita lain.Ini benar-benar membuatnya panik ....Sergio menarik napas dalam-dalam, berusaha keras menekan rasa kesal di hatinya. Dia merapikan baju tidurnya yang berantakan, lalu berjalan keluar kamar mandi.Namun ....Saat kembali ke kamar, dia tidak melihat sosok Hazel.Sergio melihat sekeliling dan menyadari bahwa salah satu bantal di tempa
Meski pertanyaan ini terkesan cukup kejam bagi Sergio sendiri, dia tetap ingin tahu bagaimana perasaan di hati Hazel.Dia juga ingin menggunakan kesempatan ini untuk menguji batasan Hazel.Kali ini, Hazel tidak langsung menjawab dan memikirkannya terlebih dahulu.Apa dia membenci ciuman itu?Jawabannya adalah tidak!Faktanya, itu adalah pertama kalinya Hazel mencium seseorang.Perasaan ini belum pernah dia rasakan sebelumnya. Meski sudah lebih dari sepuluh menit berlalu, napas Sergio masih terasa tertahan di antara bibir dan giginya.Saat mencium Sergio, pikiran Hazel menjadi kosong dan jantungnya berdebar keras tanpa bisa dikendalikan.Bahkan setiap kali memikirkan adegan itu, wajah Hazel langsung memerah dan jantungnya langsung berdebar kencang.Lagi pula, siapa yang bisa menolak ciuman dari pria yang tenang, dingin dan berwibawa seperti Sergio, yang jadi lepas kendali karena kita?Menyadari apa yang baru saja dia pikirkan, napas Hazel langsung tercekat. Dia menjadi gugup dan napasny
Saat ini, suara dering ponsel yang tiba-tiba langsung memecah suasana ambigu di antara keduanya.Sergio mengerutkan kening, bertanya-tanya siapa yang menelepon selarut ini.Saat dia melihat identitas penelepon, wajahnya langsung berubah muram.Hazel memperhatikan wajah muram Sergio dan bertanya dengan rasa ingin tahu, "Om, siapa yang menelepon? Om nggak mau jawab?"Sergio awalnya tidak ingin menjawab panggilan itu. Namun setelah memikirkannya, dia menekan tombol jawab."Ada apa?"Suaranya yang memang sudah dingin, saat ini seakan diliputi lapisan es, membuat siapa pun yang mendengarnya langsung bergetar.Siapa pun tahu bahwa dia sedang marah.Namun, Irma yang berada di seberang telepon tidak menyadari akan hal ini.Dia panik, menjawab dengan suara gemetar dan sambil menangis, "Gawat, Sergio. Erlina mau bunuh diri!""Terus?"Nada suara Sergio sangat dingin.Suara Irma terdengar mendesak dan dia mengulanginya lagi, "Erlina, Erlina keponakanku! Dia mengiris pergelangan tangannya dan ingin
Namun, tinggal di Keluarga Hardwin bukanlah pilihan jangka panjang.Jadi, Irma mulai membuat beberapa rencana lain.Keponakannya memiliki paras cantik dan kepribadian yang sangat menyenangkan.Dia bisa menikah dan menjadi bagian dari Keluarga Hardwin, kenapa keponakannya tidak?Dia menceritakan rencananya kepada Erlina, yang langsung disetujui tanpa pikir panjang.Erlina pun mengakui kalau dia sebenarnya sudah menyukai Sergio sejak pandangan pertama.Ini merupakan kejutan yang tidak terduga baginya.Jadi, Irma menciptakan berbagai macam peluang bagi Erlina selama beberapa tahun ini.Setiap kali Sergio datang ke kediaman Keluarga Hardwin, Irma akan menghubungi Erlina.Erlina akan mendekati Sergio dengan alasan datang mengunjunginya.Namun sudah bertahun-tahun berlalu, Sergio tetap acuh terlepas dari apa pun yang dilakukan Erlina.Alhasil, semua rencana yang sudah dia susun sia-sia.Dia awalnya mengira rencananya ini tidak akan ketahuan karena dia sudah melakukannya dengan sangat sembuny
Hazel memandang Sergio, lalu bertanya, "Om, apa nggak apa-apa kalau nggak pergi ke sana?"Meski tak suka dengan nada bicara Irma, Hazel tidak menaruh dendam pada Erlina.Bagaimana jika Erlina benar-benar bersikap macam-macam dan terjadi masalah besar?Sergio membuang ponselnya ke samping, lalu memandang Hazel dengan tenang. "Hazel, apa kamu mau aku pergi ke sana?"Hazel memikirkannya baik-baik. Jika Sergio pergi ke sana, apa dia benar-benar bisa bersikap tidak peduli?Yang mengejutkannya, jawabannya adalah tidak!Mungkin di dunia ini tidak ada istri yang rela membiarkan suaminya bertemu wanita lain di tengah malam, bukan?Di bawah tatapan Sergio, Hazel mengutarakan pikirannya.Setelah selesai berbicara, Sergio terdiam cukup lama tanpa berbicara.Hazel pikir Sergio akan menganggapnya tidak bisa berlapang dada. Jadi, dia mencoba mengamati ekspresi Sergio dengan hati-hati.Begitu Hazel mendongak, dia melihat senyuman tipis di wajah Sergio. Pria itu tampak dalam suasana hati yang sangat ba
Entah seberapa keras Hazel berusaha, bayangan dan gambaran keduanya yang berciuman di kamar mandi tetap tidak mau menyingkir dari pikirannya.Dia mengganti posisi tidur beberapa kali, tetapi tetap tidak bisa tidur.Hingga terdengar suara berat dari samping. "Nggak bisa tidur?"Tubuh Hazel menegang, tiba-tiba tidak berani bergerak. Dia menahan napas dengan gugup dan menjawab dengan deheman pelan."Hmm."Di kamar yang gelap, Sergio membuka matanya dan menoleh untuk melihat ke arah Hazel.Penglihatannya telah beradaptasi dengan kegelapan, samar-samar bisa melihat sosok Hazel yang berbaring di bawah selimut melalui cahaya bulan yang menembus tirai.Dia berpikir sejenak, lalu perlahan mendekat dan memeluk tubuh Hazel yang terbungkus selimut.Hazel dikejutkan oleh gerakan tiba-tiba itu dan tubuhnya semakin menegang."Om!""Hmm. Nggak usah takut. Aku nggak akan melakukan hal lain selain memelukmu." Sergio menenangkannya dengan suara pelan.Hazel awalnya memunggungi Sergio. Namun setelah mende
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya