Mata Erlina hampir terpaku pada sosok Sergio, jadi dia mengabaikan Hazel yang duduk di kursi samping kemudi.Melihat paras Sergio yang sempurna tanpa celah, detak jantung Erlina berdetak makin cepat, bahkan rona merah mulai muncul di pipinya.Dia telah menyiapkan sup ini sejak sore. Butuh waktu empat atau lima jam dari mengolah bahan hingga merebusnya dengan api kecil.Sergio hanya memandangnya dengan dingin dan mengerutkan kening. "Aku nggak butuh. Pulang saja."Erlina tidak terkejut dengan penolakan ini. Sebelumnya, dia sudah pernah datang beberapa kali dan berakhir dengan penolakan.Dia merasa sedih pada awalnya, tetapi perlahan menjadi terbiasa.Apa pun yang terjadi, kesempatan yang dia miliki untuk menikah dengan Sergio terbuka lebar.Sergio memiliki temperamen yang acuh dan bukan pria yang suka main perempuan.Hanya dia yang bisa dekat dengan Sergio dengan mengandalkan hubungannya dengan Irma.Setiap kali menceritakan hal ini, dia akan mendapat banyak tatapan iri dan cemburu dari
Hazel, yang merupakan tunangan Justin, yang akan menjadi keponakan Sergio pun tetap tidak terkecuali.Sergio tertawa mencibir, lalu menjawab sambil menggandeng tangan Hazel, "Apa harus lapor padamu ketika kami mau pulang ke rumah sendiri?"Erlina terkesiap di tempatnya, bahkan kedua matanya langsung menyipit.Apa katanya? Rumah sendiri?Kenapa dia tidak bisa memahami maksud dari perkataan Sergio?Matanya menatap Hazel dan Sergio bergantian, akhirnya tertuju pada tangan mereka yang saling bertautan.Matanya memerah dan air matanya mengalir deras, seperti manik-manik yang talinya putus."Om, kenapa kamu melakukan ini padaku? Apa kalian sudah bersama? Apa yang harus aku lakukan?"Hazel menjadi makin penasaran ketika melihatnya terluka seperti ini.Mungkinkah tebakannya benar, terjadi sesuatu antara Sergio dan Erlina?Wajah Sergio langsung berubah muram, bahkan sorot matanya makin menajam.Dia menjawab dingin, "Nona Erlina, aku nggak pernah menjanjikan apa pun padamu, aku juga nggak pernah
Hal terakhir yang tidak ingin didengar Sergio dalam hidupnya adalah kata-kata 'Hazel adalah tunangan Justin'.Dia biasa menggunakan kata-kata ini setiap hari untuk menekan hasrat dan keinginannya pada Hazel.Perlahan-lahan, dia belajar menahan diri dan bahkan belajar menyembunyikan rasa cintanya.Namun, keinginan yang tersembunyi jauh di lubuk hatinya tidak bisa dibendung.Keinginan itu tumbuh di tempat yang tak terlihat, merambat dan makin menjalar dengan liar.Pada saat Sergio menyadarinya, keinginan itu sudah tidak bisa dihentikan dan sudah menyebar memenuhi hatinya.Namun, saat itu dia tidak bisa berbuat apa-apa karena Hazel menyukai Justin dan masih menjadi tunangan Justin.Namun, untung saja Justin tidak bisa menghargai Hazel dengan baik dan Hazel akhirnya kembali kepadanya.Sejak Sergio membawa Hazel pulang, dia telah mengambil keputusan.Suatu hari nanti, dia akan mengubah identitas Hazel dari tunangan Justin menjadi istri Sergio.Erlina tidak menyangka Sergio akan menunjukkan
Setelah mendengar tuduhan Erlina, Hazel mengangkat kelopak matanya dengan ringan. "Ada aku, istrinya yang peduli kepadanya, jadi kamu nggak perlu khawatir. Kalau nggak, aku pasti akan berpikir kamu jadi orang ketiga di antara hubungan kami."Saat Hazel mengatakan itu, dia mendongak dan mengedipkan mata ke arah Sergio.Sergio menunduk dan memandangnya dengan penuh kasih sayang.Dia bahkan tidak mau melihat wanita lain.Di dalam hatinya, dari awal hingga akhir, hanya ada Hazel seorang.Namun, gadis ini masih belum menyadarinya dan tidak bisa memahami pikirannya.Meski begitu, dia tetap merasa senang karena baru kali ini Hazel berinisiatif memeluk pinggangnya.Ini merupakan kejutan yang tidak terduga bagi Sergio.Dia tidak memperhatikan tatapan mata Erlina yang sedih dan kesal, hanya meletakkan tangannya di pinggang ramping Hazel dengan sangat nyaman.Meski Hazel terlihat mungil dan langsing, dia memiliki tubuh proporsional dan bagian tubuhnya cukup berisi di beberapa bagian.Pinggangnya
Menatap mata Sergio yang penuh makna, pipi Hazel memerah. Dia memalingkan wajahnya karena malu.Bulu mata Hazel yang panjang bergerak pelan, lalu dia bertanya dengan rasa ingin tahu, "Tapi dia nangis dan kelihatan sedih banget. Apa Om nggak merasa kasihan sedikit pun?"Jangan salahkan Hazel yang berpikir seperti ini. Itu karena nada bicara Erlina dan Sergio barusan terlalu mesra.Meski Sergio dengan tegas menyatakan penolakannya, hal itu membuat pikiran Hazel makin bergerak liar.Pikiran Hazel sangat bebas, bahkan sampai curiga kalau keduanya pernah menjalin hubungan sebelumnya. Namun karena alasan tertentu, mereka tidak mengumumkan hubungan mereka ke publik.Menatap mata Hazel yang penuh pemikiran, Sergio merasa tidak berdaya sekaligus geli.Apa yang sedang dipikirkan gadis kecil ini?Dia menundukkan kepalanya dan mendekati wajah cantik Hazel.Bibir mereka hampir menempel, walaupun bergerak sedikit saja, mungkin mereka sudah berciuman.Hazel menatap kosong sosok wajah tampan di depann
Saat ini, suara air di kamar mandi tiba-tiba berhenti dan suara Sergio terdengar, "Hazel, aku nggak bawa celana dalam. Tolong ambilkan satu."Hazel tiba-tiba kembali tersadar, rona merah di wajahnya yang akhirnya memudar kini muncul kembali.Celana dalam?Siapa yang ambil pakaian ganti tanpa mengambil celana dalamnya sekalian?Menunggu cukup lama dan tidak mendengar jawaban Hazel, Sergio pun mengetuk pintu kamar mandi, "Hazel, kamu sudah tidur?"Hazel menutupi pipinya dan menjawab pelan, "Sudah tidur."Sergio tertegun sejenak, lalu terkekeh, "Hazel, jangan main-main. Kamu nggak mau 'kan aku keluar tanpa pakai baju?""Jangan! Tunggu, aku ambilkan!"Hazel panik dan segera berlari ke ruang ganti dan mengambilkan pakaian untuk Sergio.Pakaian Sergio tertata rapi dan semua barang ditempatkan sesuai jenisnya.Sangat rapi, seperti orang yang memiliki gangguan akan kerapian dan kebersihan.Sederet jas hampir semuanya berwarna hitam, laci di bawahnya berisi kacamata hitam, manset, jam tangan da
Sergio mencondongkan tubuh lebih dekat dan berkata perlahan, "Aku minum atau nggak, apa kamu nggak tahu? Hazel, aku serius."Hazel tidak berani menatap mata Sergio dan tatapannya beralih ke tubuh Sergio.Saat ini, Sergio tengah mengenakan pakaian tidur berwarna putih dengan ikat pinggang longgar.Karena tubuh Sergio sedikit condong ke depan, bagian dadanya jadi terbuka, memperlihatkan dada yang kekar dan bertenaga, serta otot perut yang tegas.Pemandangan ini terlihat sangat seksi.Sebelum ini, Hazel sudah tahu kalau Sergio memiliki tubuh yang bagus, tetapi dia tidak menyangka kalau tubuhnya akan sebagus ini.Hazel tiba-tiba merasa udara di sekitar menjadi sedikit panas. Dia tanpa sadar dia menjilat bibirnya yang kering, memaksa pandangannya untuk tidak bergerak liar.Namun, kehadiran Sergio terlalu kuat untuk diabaikan.Hazel sudah berusaha mengendalikan dirinya, tetapi matanya masih tertarik untuk menatap tubuh Sergio.Dia berusaha membuat suaranya terdengar tenang, baru menjawab, "O
Bulu mata panjang Hazel sedikit bergetar dan jantungnya berdebar kencang tak terkendali.Deg! Deg! Deg!Debarannya makin keras, seolah-olah jantungnya akan keluar pada detik berikutnya.Dia dapat dengan jelas merasakan bibir Sergio menelusuri bibirnya, mengisap, menjilat ....Sergio sangat lembut dan sabar. Seperti pemburu berpengalaman, membimbingnya Hazel hingga ciuman mereka makin dalam.Bukan seperti menjarah, malah lebih seperti menghibur.Hazel memegang erat tangan Sergio. Kegugupan serta kegelisahannya berangsur-angsur mereda karena serangkaian lembut Sergio.Tidak tahu apakah karena ruang tertutup di kamar mandi yang terlalu pengap atau karena panas yang keduanya ciptakan, lapisan kabut di kamar mandi jadi makin tebal.Ciuman itu berlangsung cukup lama. Setelah Hazel kesulitan untuk bernapas, Sergio baru melepaskannya.Melihat wajah Hazel yang semerah apel, Sergio mengerutkan bibir puas.Dia dengan lembut menelusuri bibir Hazel yang merah dan lembap dengan ujung jarinya. Sorot