Share

Bab 4

Penulis: Hijau
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Dalam sekejap, Hazel membaca sekilas perjanjian pernikahan dan terdiam sejenak.

Hati Sergio menegang tanpa alasan yang jelas ketika melihat Hazel tidak berbicara. Jadi, dia bertanya, "Apa ada masalah?"

Hazel menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Om, apa kamu yakin mau menandatangani perjanjian ini denganku?"

Tidak ada yang salah dengan perjanjian itu. Bahkan setiap isi di dalamnya hampir bisa dikatakan menguntungkan Hazel.

Dengan menikahi Sergio, dia tidak hanya akan memiliki status dan kedudukan sebagai Nyonya Hardwin, tetapi juga akan mendapatkan tiga persen saham Perusahaan Hardwin, serta real estat atas nama pribadi Sergio.

Dia juga akan mendapatkan setengah dari aset pribadi Sergio jika mereka bercerai.

Perusahaan Hardwin adalah konglomerat multinasional terbesar di Kota Palapa yang bergerak di bidang keuangan, real estat, katering, hotel dan berbagai industri lainnya. Nilai pasar sahamnya pun terus meningkat.

Dengan keluarga kelas tiga seperti Keluarga Vandana, jika semua aset mereka digabungkan, itu saja masih tidak mampu membeli satu persen saham Perusahaan Hardwin.

Dia baru menikah dan sudah menjadi kaya dalam semalam?

Ekspresi Sergio tetap datar dan tidak terpengaruh. Dia bahkan masih sempat menyeduh secangkir minuman pencegah masuk angin. "Ya. Tanda tangan saja."

Sergio cukup yakin bahwa dia tidak akan bercerai.

Baginya, uang hanyalah sekumpulan angka.

Bukankah tujuan mencari uang adalah untuk menabung dan mendapatkan istri?

Mendengarkan apa yang dikatakan para bawahannya, semua gaji mereka akan diserahkan kepada istri setelah menikah, begitu juga dengan aset yang mereka miliki.

Terkait perceraian ....

Cih, dia tidak akan pernah melakukannya dalam hidup ini.

Sangat sulit untuk membawa istri mungil ini pulang ke rumah. Begitu sudah berada di dalam pelukan Sergio, jangan harap dia bisa melarikan diri.

Hazel menggertakkan gigi dan langsung menandatangani surat perjanjian itu.

Tidak peduli berapa lama pernikahan ini akan berlangsung, dia tidak mau kehilangan semua keuntungan ini.

Melihat Hazel membubuhkan namanya di pojok kanan bawah, Sergio mengatupkan bibirnya dengan puas.

Dia mengambil surat perjanjian pernikahan dan menyerahkan minuman yang sudah diseduh. "Minumlah. Kamu habis kehujanan, jadi jangan sampai sakit."

"Terima kasih, Om," Hazel tersenyum manis dan mengambil sodoran gelas dari Sergio.

Hawa panas yang mengepul terus bergerak naik, menguarkan aroma pahit khas jamu. Hazel mencubit hidungnya dan meminum obatnya dalam satu tegukan.

Sergio menunduk, menahan lekukan senyuman di sudut bibirnya. Lalu, dia mengatakan, "Sudah malam, istirahatlah."

Hazel tersentak. Apa malam ini dia akan ... tidur dengan Sergio?

Jantungnya berdegup kencang saat membayangkan kemungkinan itu. "Om, kenapa nggak kasih kamar terpisah untukku?"

Sergio mengangkat alisnya sedikit. "Kenapa? Kamu khawatir aku akan melakukan sesuatu padamu?"

"Bukan begitu!" Hazel langsung menyangkalnya tanpa berpikir panjang.

Dia tidak terbiasa tidur dengan orang asing.

Baginya, Sergio adalah orang yang lebih tua darinya, om dari tunangannya sendiri.

Mata Sergio yang gelap dan dalam menatapnya, bahkan hawa dingin terpancar dari tubuhnya. "Nggak ada yang namanya tidur di kamar yang terpisah dalam perjanjian kita."

Hazel sedikit tercengang. Sepertinya memang tidak ada syarat seperti itu dalam surat perjanjian.

Dia tiba-tiba menyesal telah menandatangani perjanjian pranikah itu. Sergio orang yang terlalu misterius dan berbahaya.

Bekerja sama dengannya sama saja dengan menguliti kulit harimau.

Melihat rasa takut di mata Hazel, Sergio menghela napas pelan. "Kalau kamu nggak terbiasa tidur sama orang lain, aku bisa memberimu waktu untuk membiasakan diri. Tapi yang namanya suami istri, ini tentang menghabiskan sisa hidupmu bersama."

Kata-kata menghabiskan sisa hidup bersama diucapkan Sergio dengan sangat serius.

Hazel menundukkan kepalanya karena malu, tidak berani menatap mata Sergio.

Setelah terdiam beberapa saat, Hazel menggertakkan gigi dan berkata, "Nggak perlu. Aku bisa langsung membiasakan diri!"

Sejak kontrak ditandatangani, harus ada semangat dan niat dalam menjalani kontrak.

Bukankah ini hanya sekadar tidur di ranjang yang sama? Bukan Hazel juga yang akan menderita.

Hazel dibawa ke kamar tidur oleh Sergio dalam keadaan sedikit linglung.

Saat pertama kali masuk ke kamar ini sebelum makan malam, Hazel terlalu panik dan langsung masuk ke kamar mandi. Setelah tenang, dia mulai mengamati kamar Sergio.

Apakah ini benar-benar tempat yang ditinggali oleh seseorang? Apa tidak terlalu kosong dan dingin?

Kamar tidur yang besar, gaya dekorasinya sebagian besar hitam dan putih. Tatanan yang ada sangat sederhana dan perabotan yang ada pun cukup menyedihkan.

Kamar tidur Sergio adalah kamar tidur utama, jadi terkesan terlalu kosong dan tidak ada hiasan atau apa pun. Tidak seperti rumah, ini malah lebih seperti tempat tinggal sementara.

Hazel menatap Sergio dengan tatapan rumit, bergidik sendiri saat memikirkan bagaimana Sergio bisa tinggal di lingkungan yang begitu dingin dan kosong seperti ini.

Sergio berdeham tidak nyaman, lalu mengatakan, "Kamu bisa tidur di sini malam ini. Besok baru minta seseorang membelikan keperluanmu."

"Ya."

"Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Jadi kamu bisa tidur dulu."

"Ya!"

Nada suara Hazel jauh lebih tinggi dari sebelumnya, memberi kesan kalau dia ingin Sergio pergi secepat mungkin.

Sergio menatapnya dalam-dalam. "Sebegitu inginnya aku pergi?"

Menatap tatapan dalam Sergio, Hazel tersenyum dan melambaikan tangan kepadanya. "Selamat malam, Om."

"Hmm." Sergio berbalik dan meninggalkan kamar tidur utama. Sudut bibirnya yang tadinya tertahan dan tegang menjadi sedikit mengendur saat pintu kamar tertutup, membentuk lengkungan yang dangkal.

Matanya tertuju pada pintu kamar yang tertutup dan dia menjawab dengan suara rendah, "Selamat malam."

Di dalam kamar, Hazel berbaring di tempat tidur yang empuk. Saraf-sarafnya yang tegang perlahan-lahan mengendur, tidak lupa menghela napas dalam kenyamanan.

Seprai tempat tidur ini menguarkan aroma khas seorang Sergio, aroma pinus. Rasanya begitu segar dan menyenangkan.

Awalnya Hazel mengira kalau dirinya akan sulit tidur karena tidur di tempat baru. Namun, tidak disangka dia langsung tertidur begitu kepalanya menyentuh bantal.

Sergio menyelesaikan konferensi videonya dan menyadari bahwa waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari.

Dia menutup komputer dan berjalan menuju ke kamar tidur.

Dalam kegelapan malam, pintu kamar tidur dibuka tanpa suara. Pria jangkung itu perlahan-lahan mendekat ke samping tempat tidur, menatap orang yang sudah terlelap di tempat tidur.

Cahaya bulan yang terang masuk melalui jendela, menyinari pipi putih dan halus gadis itu. Wajahnya pun terlihat jauh lebih lembut dan tenang.

Sergio mengulurkan tangannya. Ujung jarinya yang kasar membelai pipi Hazel dengan lembut sebelum dirinya pun turut berbaring.

Hazel tidak tidur nyenyak malam ini. Dia merasakan datangnya bahaya dalam tidurnya.

Rasanya seperti diawasi oleh seekor binatang buas yang sedang berhibernasi di hutan. Hal itu membuat tubuhnya menggigil.

Ketika terbangun, keringat sudah membasahi punggung dan dahinya.

Melihat ruangan yang tidak dikenalnya, Hazel terdiam selama beberapa detik sebelum mengingat apa yang terjadi kemarin.

Pada saat itu, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu, yang dibarengi suara pria yang bicara dengan hormat dan tenang.

"Nyonya, apa Nyonya sudah bangun? Saya pengurus rumah tangga di Grand Permata, Adam Sandiga."

"Ya, tunggu sebentar."

Hazel buru-buru turun dari tempat tidur dan pergi untuk membuka pintu. Meski baru bangun tidur dengan penampilan yang sedikit berantakan, kecantikannya masih tidak terpengaruh sedikit pun.

Pipi putihnya begitu mulus, matanya masih menyiratkan kesan kantuk karena baru bangun tidur. Dia bahkan masih sedikit linglung.

Sorot mata Adam menunjukkan keterkejutan. Dia mengangguk lega karena tuannya akhirnya mendapatkan apa yang dia inginkan.

Tuannya itu selalu mendapatkan apa yang dia inginkan.

Caranya memang sedikit kurang pas, yang kalau sampai tersebar mungkin akan merusak reputasi Keluarga Hardwin.

Namun, itu hanya masalah kecil.

Reputasi Sergio di luar sana sudah tidak baik, dia pun tidak takut untuk dianggap lebih buruk lagi.

Adam tersenyum, lalu mengatakan, "Sarapan sudah siap. Apa Nyonya mau makan sedikit?"

Saat Adam tengah mengamati Hazel, Hazel pun tengah menatapnya.

Mungkin Adam sudah berusia pertengahan empat puluhan. Dia mengenakan jas dan sepatu bot. Rambutnya disisir rapi, wajahnya menunjukkan senyum yang sopan dan lepas.

"Ya." Hazel tersenyum saat menjawab. Setelah membersihkan diri sebentar, dia pun turun ke bawah.

Saat duduk di meja makan, dia menjadi penasaran karena tidak melihat Sergio.

Adam sepertinya menyadari akan kebingungannya, jadi dia menjelaskan, "Pak Sergio ada rapat pagi, jadi sudah berangkat ke kantor satu jam yang lalu."

"Hmm." Hazel mengangguk mengerti.

Dia menunduk dan menikmati makanannya dengan tenang, entah kenapa hatinya merasa lega.

Meskipun sudah setuju untuk menikah dengan Sergio, dia masih merasa gugup saat memikirkan Sergio.

Mungkin karena Sergio selalu memancarkan aura yang membuat orang lain tidak berani mendekatinya dengan mudah.

Bab terkait

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 5

    Para pelayan tengah berkumpul dan bergosip dengan berbisik-bisik.Tokoh utama dari gosip itu tidak lain adalah Hazel.Pagi-pagi sekali, Adam memberi tahu mereka bahwa nyonya akan terus berada di rumah mulai sekarang. Adam meminta mereka memperlakukan nyonya itu dengan baik untuk ke depannya.Semua orang terkejut dan tidak percaya bahwa seorang Sergio, yang selalu berhati dingin benar-benar membawa seorang wanita ke rumah.Sebelum Hazel turun ke bawah, semua orang berspekulasi tentang identitasnya.Mereka semua ingin tahu wanita seperti apa yang pantas untuk seorang yang begitu hebat seperti Sergio.Saat melihat wajah Hazel, mereka semua terpana.Alis Hazel begitu indah, kulitnya putih dan bening. Matanya begitu jernih, membuat orang terpana saat melihatnya.Sosoknya jauh lebih cantik daripada aktris yang ada di televisi.Yang paling mengejutkan mereka adalah, Hazel ternyata mengenakan kemeja Sergio.Sergio sedikit memiliki fetis terhadap kebersihan dan semua orang yang tinggal di sini

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 6

    "Hazel, coba katakan itu sekali lagi! Selama ini aku membesarkanmu bukan untuk membuatmu bicara seperti ini kepadaku! Bagaimana bisa aku memiliki anak yang nggak bisa diatur sepertimu!"Paru-paru Krisna serasa mau meledak karena amarah. Dia tidak percaya kata-kata itu keluar dari mulut Hazel.Hazel menjauhkan telepon dari telinganya tanpa ekspresi, lalu mengusap telinganya. "Kalau Ayah ingin mendengarnya, Ayah bisa merekamnya dan memutarnya setiap malam sebelum tidur."Hazel bersikap begitu patuh di depan Sergio karena secara naluri dia merasa takut kepada Sergio.Sedangkan terhadap orang lain, kalaupun itu ayahnya sendiri, Hazel tidak akan menahan diri.Dulu, Hazel masih merasa sedih setelah dimarahi oleh Krisna. Namun setelah ibunya meninggal, dia menjadi paham akan semuanya.Jangan pernah menginginkan sesuatu yang bukan milik atau kita akan terluka.Jadi, setelah mengetahui bahwa Justin telah mengkhianatinya, dia tidak merasa sedih, justru merasa bersyukur.Setidaknya, mereka masih

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 7

    Dania menyeka air matanya sambil mengeluh, "Hazel, aku tahu kamu nggak menyukaiku sebagai ibu tirimu. Tapi Darra nggak salah. Kenapa kamu begitu kejam kepadanya?""Aku mengganggunya? Apa itu yang dia katakan?" Hazel tiba-tiba tersenyum, hanya saja senyumnya tidak terlihat di matanya yang begitu dingin dan menusuk.Saat bertemu dengan tatapan Hazel, Darra tiba-tiba meringis. Matanya berkedip karena dia telah berbohong.Namun, dia kembali teringat akan janji Justin padanya semalam, yang mengatakan bahwa dia akan membatalkan pertunangannya dengan Hazel. Rasa takut itu pun lenyap tak tersisa.Kak Justin mencintainya.Salah Hazel sendiri yang tidak mampu menyenangkan seorang pria. Darra tidak bisa disalahkan!Krisna sangat marah saat melihat sikap berani Hazel. "Siapa lagi selain kamu? Darra itu lembut dan baik hati, nggak seperti kamu yang suka iri dan berpikiran jahat."Hazel terlihat seperti mendengar lelucon besar dan benar-benar tertawa terbahak-bahak.Dia menatap Darra dengan dingin,

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 8

    "Cukup!"Krisna berteriak, menatap Dania yang menjatuhkan diri ke dalam pelukannya dan menangis. Lalu, tatapannya beralih kepada Hazel. Kemarahan dalam dirinya pun melonjak.Dia memelankan nadanya, berkata dengan nada serius kepada Hazel, "Hazel, jangan membuat masalah yang nggak perlu. Darra masih kecil dan belum mengerti banyak hal. Jangan mempermasalahkannya lagi.""Kecil?"Mata Hazel menyapu sosok Darra dan mengangguk. "Ya, dia hanya sebulan lebih muda dariku. Dia memang masih kecil."Hazel sengaja memperkeras nada pada dua kata terakhir. Nadanya datar, tetapi terdengar sangat ironi di telinga Krisna.Wajahnya tiba-tiba berubah muram. Dia menunduk, lalu mengatakan, "Dia itu adikmu, kenapa kamu nggak mau mengalah? Ya. Darra memang berbuat salah, tapi orang yang disukai Justin itu dia. Nggak ada gunanya kamu bersikeras. Lebih baik kamu jelaskan kepada Keluarga Hardwin dan biarkan Darra yang menikah dengan Justin. Dengan begini semua orang akan bahagia. Setelah itu, ayah akan carikan

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 9

    Sopir masih menunggu di depan rumah Keluarga Vandana. Begitu melihat Hazel keluar, dia langsung berjalan mendekat.Dia mengambil koper di tangan Hazel dan membuka pintu mobil belakang, mempersilakan Hazel masuk, "Nyonya, silakan masuk.""Terima kasih."Hazel menyerahkan kopernya kepada sopir, lalu masuk ke dalam mobil setelah mengucapkan terima kasih.Saat menutup pintu mobil, emosi yang sudah sejak tadi Hazel pendam langsung membuncah seperti gunung berapi yang meletus.Hazel merasa jantungnya seperti direndam dalam lahar dan dibakar oleh api.Air mata menetes dari kedua mayanya. Dia menggigit bibirnya agar tidak mengeluarkan suara.Begitu sopir masuk ke dalam mobil, dia menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Begitu menoleh, dia melihat Hazel menangis tanpa suara.Dia terdiam selama beberapa saat sebelum kembali tersadar, tidak tahu harus melakukan apa saat menghadapi situasi semacam ini.Dia sudah menjadi sopir Sergio selama beberapa tahun dan belum pernah mengalami situasi seperti

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 10

    Ketika Winda melihat video yang dikirim Hazel, dia menyadari bahwa Justin dan Darra sudah sering melakukan hal semacam ini di ranjang.Rasanya tubuhnya seperti mau meledak karena amarah."Sialan! Bajingan ini benar-benar sampah! Dia harus diberi pelajaran. Hazel, kamu harus menemui Nenek Liana agar dia mendukungmu. Kalau nggak, Justin akan mengira kamu gampang direndahkan!"Sebagai sahabat Hazel, dia tahu lebih baik dari siapa pun bahwa pertunangan itu dicetuskan oleh Keluarga Hardwin.Saat itu, Keluarga Vandana sedang berkembang pesat dan kekuatan finansial mereka bahkan pernah melampaui Keluarga Hardwin, yang kini menjadi konglomerat papan atas.Ibu Hazel dan Liana adalah teman yang sangat dekat.Hazel dan Justin memiliki usia yang hampir sama dan saling mengenal dengan baik, jadi mereka dijodohkan dan bertunangan.Sekarang, Justin berani menggertak Hazel secara terang-terangan. Bukankah itu karena dia melihat kejayaan Keluarga Vandana mulai menurun dan Hazel tidak memiliki perlindun

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 11

    Winda tahu bahwa, dengan cara kerja otak Hazel yang begitu lambat, dia pasti masih tidak paham. Jadi, dia langsung mengubah topik pembicaraan, "Hazel, sudah jangan dipikirkan. Hari ini kita minum sampai mabuk."Hazel mengangguk kuat-kuat, lalu menenggak minumannya. "Ya. Bersulang!"Di dunia ini adalah banyak pria, tidak sepadan kalau dia harus merasa sedih hanya karena seorang bajingan seperti Justin.Hazel melakukan pertunangan itu juga bukan karena dia mencintai Justin, tetapi karena itu adalah keinginan ibunya yang sudah meninggal.Namun saat di mobil barusan, Hazel berpikir cukup lama. Ibunya memilihkan pasangan untuknya karena ingin Hazel memiliki seseorang yang bisa melindunginya dan menemaninya menjalani kehidupan yang damai.Namun, Justin tidak bisa memberikan semua itu kepada Hazel. Sebaliknya, dia malah menyakitinya.Dengan begitu, pertunangan ini telah kehilangan makna aslinya.Hazel yakin kalau ibunya akan menghormati keputusannya.Minuman yang dipesan Hazel memiliki kadar

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 12

    Di dalam mobil, Sergio mengerutkan keningnya erat-erat.Tekanan di dalam mobil begitu rendah, membuat sopir tidak berani bernapas keras-keras. Jadi-jarinya yang mencengkeram setir pun bergetar pelan.Meskipun Sergio tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia bisa merasakan kemarahan pria itu.Pelaku yang menyebabkan Sergio bersikap seperti ini benar-benar tidak berperasaan. Dia mabuk dan tertawa bodoh beberapa kali.Hazel bahkan mencecap sekali dua kali untuk kembali merasakan rasa manis dari minuman yang dia minum barusan.Sergio menatap sisi wajah Hazel untuk waktu yang lama, menanyakan pertanyaan yang dia sembunyikan di dalam hatinya, "Kenapa datang buat minum di sini?"Bertemu Hazel di bar hari ini adalah sesuatu yang tidak dia duga sebelumnya.Karena penandatanganan perjanjian pernikahan, Sergio jadi susah tidur.Rasanya seperti ada api di dalam hatinya yang telah mengaum, membuat seluruh tubuhnya dalam keadaan hiperaktif.Dia telah terganggu sepanjang hari ini, tidak sabar untuk ber

Bab terbaru

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 444

    Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 443

    Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 442

    Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 441

    Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 440

    Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 439

    Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 438

    Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 437

    Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 436

    Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya

DMCA.com Protection Status