Share

Bab 11

Penulis: Hijau
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Winda tahu bahwa, dengan cara kerja otak Hazel yang begitu lambat, dia pasti masih tidak paham. Jadi, dia langsung mengubah topik pembicaraan, "Hazel, sudah jangan dipikirkan. Hari ini kita minum sampai mabuk."

Hazel mengangguk kuat-kuat, lalu menenggak minumannya. "Ya. Bersulang!"

Di dunia ini adalah banyak pria, tidak sepadan kalau dia harus merasa sedih hanya karena seorang bajingan seperti Justin.

Hazel melakukan pertunangan itu juga bukan karena dia mencintai Justin, tetapi karena itu adalah keinginan ibunya yang sudah meninggal.

Namun saat di mobil barusan, Hazel berpikir cukup lama. Ibunya memilihkan pasangan untuknya karena ingin Hazel memiliki seseorang yang bisa melindunginya dan menemaninya menjalani kehidupan yang damai.

Namun, Justin tidak bisa memberikan semua itu kepada Hazel. Sebaliknya, dia malah menyakitinya.

Dengan begitu, pertunangan ini telah kehilangan makna aslinya.

Hazel yakin kalau ibunya akan menghormati keputusannya.

Minuman yang dipesan Hazel memiliki kadar alkohol paling rendah, jadi menyisakan sedikit rasa manis di mulut. Karena enak, Hazel meminumnya beberapa gelas lagi.

Setelah meminumnya, dia juga menjilat bibirnya tanpa ragu, seperti kucing yang telah mencuri ikan.

Dia terlihat sangat cantik, terutama matanya. Karena mabuk, tatapannya sedikit kabur, memberikan kesan polos dan naif. Ini memberikan pesona berbeda dalam diri Hazel.

Bahkan di bar yang remang-remang, orang-orang tidak bisa mengalihkan pandangan mereka dari sosoknya.

Banyak orang di sekeliling yang memperhatikan Hazel, ingin menghampiri dan berbicara dengannya.

Namun sebelum bisa bertindak, mereka melihat seorang pria dengan temperamen dingin dan wajah tampan tengah berjalan mendekat.

Status pria itu sekilas terlihat tidak biasa. Mereka yang barusan memiliki pemikiran bodoh langsung mengurungkan niat mereka.

Hazel merasakan gelombang panas melonjak di pipinya, perlahan, lalu berubah menjadi seperti gelombang yang mengamuk.

Pemandangan di depan matanya juga mulai goyah dan kabur.

Tiba-tiba, rasanya seperti ada suara lembut dan rendah yang memanggil namanya.

"Hazel?"

"Hmm?" Hazel menjawab secara naluriah, lalu perlahan membuka matanya.

Di depan matanya, ada sebuah bayangan buram yang tampak seperti seorang pria. Namun, Hazel tidak bisa melihat seperti apa tampang pria itu.

Dia samar-samar bisa merasakan kedekatannya. Aroma pinus yang harum tercium di hidungnya. Agak familier, tetapi dia tidak merasa keberatan dengan aroma itu.

"Mabuk?"

Hazel memegang segelas anggur di tangannya. Rona merah merona mewarnai wajahnya yang mungil. Matanya berkedip, memberikan kesan polos dan jernih.

Pipinya sedikit menggembung, lalu menggeleng pelan. "Nggak, kok."

Sergio mengerutkan keningnya, mengusap dahi dan pipi Hazel dengan punggung tangannya.

Suhu dahinya normal, tetapi pipinya terasa panas.

Sepertinya dia benar-benar mabuk.

Hazel mengedipkan matanya yang basah, terlihat seperti seekor rusa yang kebingungan.

Dia menatap Sergio dan tanpa sadar menyembunyikan gelasnya di belakang punggungnya. "Jangan ambil minumanku! Ini milikku!"

Ini adalah pertama kalinya Sergio melihat penampilan mabuk Hazel. Dia tidak bisa berkata-kata untuk beberapa saat.

Sergio membujuk dengan sabar, "Ya. Aku nggak akan merebut minumanmu. Sudah malam, ayo kita pulang. Hazel, yang nurut, ya?"

Hazel langsung menggelengkan kepalanya. "Aku nggak mau menurut."

Dia sudah menjadi anak yang penurut sejak masih kecil. Semua orang memintanya menjadi anak yang penurut dan pengertian.

Namun, tidak ada yang pernah bertanya kepadanya apakah dia bersedia melakukannya atau tidak.

Dia sama sekali tidak ingin mendengar kata itu sekarang.

Sergio tidak tahu apa yang ada di benak Hazel saat ini, tetapi hatinya terasa perih saat dia menatap matanya.

Dia mengulurkan tangan dan mengusap bagian atas rambut Hazel yang berantakan, kembali membujuknya, "Ya. Nggak apa-apa kalau kamu nggak mau nurut. Aku akan tetap menemanimu di sini, ya?"

"Benarkah?" Mata Hazel langsung berbinar, lesung pipit di kedua pipinya pun terlihat, menunjukkan senyuman yang sangat manis.

"Ya, benar." Sergio mengangguk membenarkan.

"Kamu baik sekali." Hazel menurunkan kewaspadaannya pada Sergio dan diam-diam mengeluarkan gelasnya dari balik punggungnya.

Sambil memegangnya, dia diam-diam menatap mata Sergio dan akhirnya lega melihat Sergio terlihat biasa saja seperti biasanya, tidak seperti orang yang akan mengambil gelasnya.

Sergio duduk tepat di sampingnya. Matanya yang tak berdasar menyembunyikan kelembutan dan kasih sayang yang tak terlukiskan.

Baru setelah Hazel menghabiskan separuh dari minuman di gelasnya, Sergio berkata kepada Hazel, "Hazel, masih mau minum?"

Hazel menjilat bibirnya dengan puas dan menggeleng pelan. "Nggak, sudah cukup."

Dia meletakkan gelasnya yang kosong di atas bar dan duduk tegak. Sikapnya benar-benar terlihat sangat patuh dan penurut.

Mata Sergio tertuju pada mata Hazel yang berair, lalu sorot matanya berubah muram.

Dia menggunakan ujung jarinya untuk menyeka sisa minuman di bibir Hazel, lalu mengaitkan bibirnya dengan puas, "Pintar. Ayo kita pulang."

Tidak yakin kata mana yang menyentuh hati Hazel, matanya tiba-tiba basah. "Aku nggak punya rumah lagi. Mereka nggak menginginkanku ...."

Mata Sergio tersentak, lalu melemparkan pandangan penuh tanya ke arah Winda. "Apa yang terjadi?"

"Mungkin disakiti oleh ayahnya. Hari ini dia kembali ke rumah Keluarga Vandana. Tapi aku nggak tahu apa saja yang sudah terjadi."

Sergio mengangguk pelan, menandakan kalau dia mengerti.

Dengan gerakan lembut, dia menggendong Hazel, lalu menoleh dan menatap Winda. "Aku akan membawanya pulang."

Winda yang masih belum pulih dari keterkejutannya langsung mengangguk tanpa sadar.

Orang ini terkenal rendah hati dan misterius, jarang menghadiri acara-acara publik.

Sebelumnya, Winda hanya pernah melihatnya di majalah-majalah keuangan. Tidak disangka dia akhirnya bisa melihat Sergio secara langsung. Semua ini berkat Hazel!

Baru setelah Sergio meninggalkan bar dengan Hazel dalam pelukannya, dia akhirnya kembali tersadar.

Rafael Bramantyo tengah menunggu di luar bar. Dia sangat terkejut saat melihat Sergio keluar dengan menggendong seorang wanita dalam pelukannya.

Dia langsung berjalan mendekat, menatap dengan rasa ingin tahu ke arah pelukan Sergio.

Namun, Sergio melindungi gadis itu dengan erat, hanya menyisakan bagian belakang kepalanya yang terlihat.

Tak terpengaruh, Rafael masih ingin mendekat untuk melihat lebih dekat sosok wanita itu.

Detik berikutnya, sebuah pandangan yang menakutkan tiba-tiba menghampirinya, dibarengi dengan rasa dingin yang menusuk tulang.

Dia langsung bergidik, lalu tersenyum sinis. "Sergio, aku cuma penasaran. Cih, nggak lihat pun aku tahu. Siapa lagi kalau bukan gadis kecil Keluarga Vandana?"

Rasa suka Sergio pada Hazel adalah sesuatu yang mungkin tidak diketahui orang lain, tetapi beberapa teman-temannya tahu akan hal ini.

Selama bertahun-tahun, selain Hazel, Rafael belum pernah melihat wanita kedua yang bisa membuat Sergio jatuh hati.

"Sudah tahu dan masih tanya."

Sergio menatapnya dengan tatapan dingin, tidak menjawab dengan positif. Namun, itu bisa dianggap sebagai pengakuan diam-diam.

Dia menunduk dan menatap gadis kecil yang pipinya menempel di dadanya. Seketika, rasa dingin di bawah matanya mencair seperti gletser.

Bahkan melalui lapisan kain, dia dapat dengan jelas merasakan embusan napas yang begitu hangat dari hidung gadis itu.

Dada yang tadinya kosong rasanya langsung terisi dan terasa hangat.

Bibirnya terkatup bahkan tanpa dia sadari. Tanpa menoleh ke belakang, dia masuk ke dalam mobil dan berkata kepada Rafael, "Ayo pergi."

Rafael masih memiliki banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan, tetapi dia tidak menyadari bahwa Sergio sudah pergi!

Hal itu membuatnya mengumpat, "Bukannya tadi bilang mau minum? Kalau kamu pergi, siapa yang menemaniku? Dasar pria heteroseksual yang nggak berperikemanusiaan!"

Sebuah balasan terdengar di telinga Rafael, "Aku sudah punya istri, untuk apa menemanimu."

Rafael, "..."

Sial! Apa hebatnya punya seorang istri!

Punya istri hanya buat menggertak dia yang jomblo saja!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Beruntung sekali Hazel di cintai Sergio sangat dalam
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 12

    Di dalam mobil, Sergio mengerutkan keningnya erat-erat.Tekanan di dalam mobil begitu rendah, membuat sopir tidak berani bernapas keras-keras. Jadi-jarinya yang mencengkeram setir pun bergetar pelan.Meskipun Sergio tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia bisa merasakan kemarahan pria itu.Pelaku yang menyebabkan Sergio bersikap seperti ini benar-benar tidak berperasaan. Dia mabuk dan tertawa bodoh beberapa kali.Hazel bahkan mencecap sekali dua kali untuk kembali merasakan rasa manis dari minuman yang dia minum barusan.Sergio menatap sisi wajah Hazel untuk waktu yang lama, menanyakan pertanyaan yang dia sembunyikan di dalam hatinya, "Kenapa datang buat minum di sini?"Bertemu Hazel di bar hari ini adalah sesuatu yang tidak dia duga sebelumnya.Karena penandatanganan perjanjian pernikahan, Sergio jadi susah tidur.Rasanya seperti ada api di dalam hatinya yang telah mengaum, membuat seluruh tubuhnya dalam keadaan hiperaktif.Dia telah terganggu sepanjang hari ini, tidak sabar untuk ber

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 13

    Hazel menggaruk kepalanya dan mencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam, tetapi dia tidak bisa mengingat apa pun.Dia memandang Sergio dan bertanya dengan hati-hati, "Om, tadi malam aku nggak melakukan sesuatu yang berlebihan setelah mabuk, bukan?"Katanya, ada beberapa orang akan bertindak gila ketika mereka mabuk ....Saat memikirkan kemungkinan ini, jantung Hazel berdetak kencang.Memikirkan kejadian tadi malam ketika seorang pemabuk memeluknya dan mengatakan dia tampan, sudut bibir Sergio tertarik membentuk senyum tipis."Kamu nggak melakukan apa pun."Ketika mendengar ini, Hazel langsung menghela napas lega.Untung saja!Untung saja tidak terjadi apa-apa.Namun sebelum dia berpuas diri, dia kembali mendengar jawaban Sergio, "Tapi kamu menggangguku sampai tengah malam dan muntah-muntah."Mengganggunya sampai tengah malam?Bahkan sampai muntah-muntah?Memikirkan kejadian ini, detak jantung Hazel kembali menderu, bahkan napasnya langsung tercekat."Nggak mungkin.""Hmm? Apa aku t

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 14

    Terdengar suara langkah kaki di lantai atas, yang langsung membuyarkan lamunan Hazel.Hazel menoleh dan melihat ke atas, melihat Sergio sudah berganti pakaian dan berjalan ke bawah.Dia mengenakan jas hitam, temperamennya bermartabat dan anggun. Wajah tampannya agak dingin, membuat orang merasa takut untuk mendekat.Menghadapi mata hitam pekat itu, hati Hazel bergetar tanpa alasan.Entah apa yang terjadi dengannya, tetapi saat Sergio mendekat, detak jantungnya mulai berdetak tak terkendali.Rasanya seperti habis menendang kelinci kecil, lalu kelinci itu melompat-lompat di dalam jantungnya.Sergio memandang sekilas ke tumpukan kotak di ruang tamu dan berkata kepada Hazel, "Sarapan dulu saja. Kamu bisa memilihnya setelah sarapan.""Ya."Hazel meletakkan kembali barang yang diambilnya, meminta Adam membantu menyimpannya. Lalu, dia mengikuti Sergio ke ruang makan.Melihat sosok jangkung di depannya, Hazel mengerucutkan bibir dan mengumpulkan keberanian untuk berkata, "Om, terima kasih."Ge

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 15

    Setiap kata yang dilontarkan oleh Sergio membuat wajah Hazel memerah. Sampai kata terakhir, rona merah itu merambat sampai ke bagian leher.Pikiran Hazel kini dipenuhi dengan bekas gigitan di tulang selangka Sergio yang dilihatnya saat bangun pagi tadi.Dia ternyata melakukan banyak hal saat mabuk?Kenapa dia tidak ingat sedikit pun akan semua itu?Dia ingin mencari celah di tanah dan merangkak ke dalamnya, lalu menyela perkataan Sergio, "Om, tolong berhenti bicara. Aku benar-benar nggak ingat semuanya."Hazel menghela napas dalam hati. Seperti yang diduga, minum benar-benar menyebabkan masalah.Tidak hanya mabuk, tetapi dia juga bersikap sembrono kepada Sergio. Dia bahkan benar-benar merasa malu dan tidak berani bertemu dengan siapa pun.Melihatnya menundukkan kepala dan ingin membenamkan wajahnya di meja, Sergio tidak bisa menahan tawanya lagi.Dia berkata pelan. "Nggak bisa. Yang kamu lakukan kepadaku benar-benar lebih dari itu. Kamu sendiri yang menyerahkan kartu keluarga dan KTP m

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 16

    Hazel berpikir sejenak, lalu keluar untuk meminta Line Sergio kepada Adam.Status mereka sudah menjadi suami istri yang sah, tetapi mereka masih belum menambahkan Line satu sama lain. Rasanya sedikit tidak pantas.Meski pernikahan mereka hanya sekedar formalitas, tetapi apa yang seharusnya ada harus tetap ada.Setelah mendengar permintaan Hazel, mata Adam berkilat kaget.Dia menambahkan kontak Line Hazel, lalu mengirimkan kontak Sergio kepada Hazel.Ponsel Hazel berbunyi dan dia menerima pesan tersebut. Dia membuka kontak Sergio dan melihat bahwa akun Sergio sangat bersih.Foto profil pria itu juga berwarna hitam polos tanpa pola apa pun.Lingkaran pertemanannya juga kosong.Terlihat sangat cocok dengan gaya keren Sergio.Hazel menambahkan pertemanan dan menuliskan sebuah catatan, "Om, ini Hazel."Namun, Hazel merasa pesan ini terkesan tidak sopan dan terlalu acuh. Jadi, dia menambahkan emoji lucu di bagian belakang tulisan.Setelah mengirim pesan, Hazel menunggu lama dan masih tidak a

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 17

    Meski tidak mengucapkan sepatah kata pun, aura Sergio yang kuat dan dingin sulit untuk diabaikan.Saat direktur proyek berbicara, dia diam-diam mengamati perubahan ekspresi presdirnya dan merasa sedikit aneh.Laporan yang ditulisnya belum memenuhi persyaratan presdir dan masih ada banyak bagian yang perlu perbaikan.Dia bekerja lembur untuk merampungkan laporan ini tadi malam. Jadi, tidak ada waktu untuk mengeditnya.Jadi, dia sudah bersiap untuk dimarahi sebelum datang.Sejak memasuki ruang presdir, dia merasa tidak nyaman karena takut dimarahi atau bahkan diusir langsung dari ruangan.Makin dipikirkan, dia jadi makin gugup.Makin gugup, kemungkinan melakukan kesalahan pun makin besar.Awalnya semuanya baik-baik saja, tetapi saat dia berbicara, dia mulai tergagap dan tidak bisa mengendalikan diri.Direktur proyek mengepalkan tangannya dengan gelisah, bicaranya pun makin pelan. Pada akhirnya, dia bahkan tidak berani mengeluarkan suara.Tiba-tiba dia makin gelisah dan kepalanya makin te

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 18

    Ervan mengangguk, lalu berjalan keluar dari ruang presdir.Sebelum pergi, dia berhenti sejenak saat membuka pintu. Lalu, dia menoleh ke arah Sergio. "Tuan, sepertinya suasana hati Tuan sedang sangat baik hari ini?"Sergio mengangkat alisnya, tidak menyangka kalau Ervan menyadari akan hal ini. "Apa kelihatan jelas?"Ervan mengangguk dan berkata dengan nada serius, "Sangat jelas. Sepertinya hubungan Tuan dan Nyonya sangat baik."Dalam benak Sergio, dia membayangkan wajah menawan Hazel dengan pipi meronanya. Lalu, dia pun tersenyum. "Lumayan."Menyadari dirinya sedang digosipkan oleh bawahannya, Sergio langsung menarik kembali senyum tipis di wajahnya, lalu berkata dengan suara yang dalam, "Kenapa nggak lanjut bekerja? Kamu nggak punya kerjaan?""Ada, banyak. Saya akan kembali bekerja." Ervan sempat tersenyum, baru membuka pintu dan melangkah keluar dengan cepat.Di sisi lain, setelah direktur proyek kembali ke ruangannya, dia masih sedikit bingung dan belum pulih dari keterkejutannya.Ba

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 19

    Ervan membuka pesan itu dan melihat banyak orang yang mengirimkan pesan yang mewakili keterkejutan mereka."Nyonya? Apa nyonya yang dimaksud sama dengan yang ada di dalam pikiranku? Kapan Pak Sergio menikah? Hiks, aku patah hati!""Hal sebesar ini, kenapa nggak ada berita apa pun? Pak Sergio pasti menyembunyikannya sangat rapat."...Banyak karyawan yang menandai Sergio di dalam grup, bahkan ada beberapa karyawan yang punya nyali untuk mengirim pesan pribadi kepada Sergio untuk menanyakan apakah dia benar-benar sudah menikah.Semua grup pekerjaan langsung dibanjiri oleh banyak pesan. Dalam waktu tiga menit, semua orang di perusahaan tahu akan berita ini.Situasinya benar-benar sangat menggemparkan.Saat mereka tengah tenggelam dalam diskusi panas di dalam grup, sebuah pesan tiba-tiba tenggelam di antara pesan-pesan yang terus bermunculan.Sergio. "Ya, itu benar."Kalimatnya sangat pendek, jadi banyak orang mengabaikannya secara tidak sengaja.Ketika mereka kembali tersadar, mereka meny

Bab terbaru

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 444

    Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 443

    Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 442

    Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 441

    Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 440

    Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 439

    Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 438

    Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 437

    Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 436

    Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya

DMCA.com Protection Status