Share

Bab 14

Author: Hijau
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Terdengar suara langkah kaki di lantai atas, yang langsung membuyarkan lamunan Hazel.

Hazel menoleh dan melihat ke atas, melihat Sergio sudah berganti pakaian dan berjalan ke bawah.

Dia mengenakan jas hitam, temperamennya bermartabat dan anggun. Wajah tampannya agak dingin, membuat orang merasa takut untuk mendekat.

Menghadapi mata hitam pekat itu, hati Hazel bergetar tanpa alasan.

Entah apa yang terjadi dengannya, tetapi saat Sergio mendekat, detak jantungnya mulai berdetak tak terkendali.

Rasanya seperti habis menendang kelinci kecil, lalu kelinci itu melompat-lompat di dalam jantungnya.

Sergio memandang sekilas ke tumpukan kotak di ruang tamu dan berkata kepada Hazel, "Sarapan dulu saja. Kamu bisa memilihnya setelah sarapan."

"Ya."

Hazel meletakkan kembali barang yang diambilnya, meminta Adam membantu menyimpannya. Lalu, dia mengikuti Sergio ke ruang makan.

Melihat sosok jangkung di depannya, Hazel mengerucutkan bibir dan mengumpulkan keberanian untuk berkata, "Om, terima kasih."

Gerakan Sergio terhenti, lalu menoleh ke arahnya. "Terima kasih untuk apa?"

"Harga barang-barang itu pasti sangat mahal. Jangan khawatir, ketika aku punya uang nanti, aku pasti akan mengembalikannya kepadamu."

Hazel tidak suka berutang pada orang lain. Dia punya uang, tetapi belum dia dapatkan untuk saat ini.

Sesuai wasiat ibunya, ketika Hazel menikah, dia akan mewarisi semua harta warisan ibunya.

Meski tidak tahu jumlah spesifiknya, ibunya adalah orang yang paling mencintainya di dunia. Jadi, uang yang dia tinggalkan pasti tidak sedikit.

Sergio mengerutkan kening ketika mendengar ini.

Dia menghampiri Hazel dengan ekspresi serius dan berkata dengan penuh penekanan "Kamu nggak perlu menggantinya. Sebagai istriku, kamu pantas mendapatkan semua ini. Uangku juga uangmu."

Mereka menikah dengan tergesa-gesa dan tidak melakukan pengaturan yang jelas mengenai harta benda.

Jadi, sebagian dari harta Sergio juga menjadi milik Hazel.

"Kalau begitu, bukankah Om akan rugi?" Hazel ragu-ragu, sorot matanya penuh ketidaksetujuan.

Sudut bibir Sergio sedikit terangkat, hampir tidak bisa menahan diri. Lalu, dia mengusap kepala Hazel dengan lembut.

"Mana mungkin? Apa yang bisa kamu berikan padaku jauh lebih penting daripada properti ini."

Hazel berdiri di sana dengan pandangan kosong. Dia memandangi wajah tampan di dekatnya dan merasakan sentuhan lembut di atas kepalanya. Entah kenapa, pikirannya tiba-tiba menjadi kosong.

Dia membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Satu-satunya yang terdengar di telinganya adalah detak jantungnya yang berirama.

Satu debaran jauh lebih kencang dibandingkan debaran yang lain.

Sergio terhibur dengan tatapan bingung Hazel. Dia berinisiatif memegang pergelangan tangan Hazel dan menariknya untuk duduk di meja makan.

"Pak Adam, bawakan makanannya."

Mendengar perintah itu, Adam langsung berjalan ke arah dapur.

Setelah Adam pergi, hanya Hazel dan Sergio yang berada di ruang makan.

Pergelangan tangan Hazel masih merasakan kehangatan dari telapak tangan Sergio, membuatnya sedikit kewalahan.

Namun Sergio masih menatapnya. Sepertinya ada kelembutan yang tersembunyi di mata yang dingin dan dalam itu.

Tatapan Hazel bertemu dengan mata itu, tetapi dia langsung membuang muka. Tidak tahu harus menatap ke mana, jadi dia menundukkan kepala dan memakan bubur seafood di depannya.

Sarapannya relatif ringan, tetapi rasanya sangat enak. Hazel merasa puas.

Hampir bersamaan dengan selesainya makan, Sergio pun meletakkan peralatan makan di tangannya dan mengelap sudut mulutnya.

Mungkin didikan baik pria ini sudah terpatri di dalam tulangnya. Bahkan ketika melakukan sesuatu seperti menyeka sudut mulutnya, dia melakukannya dengan penuh martabat yang tidak bisa dijelaskan.

"Sudah kenyang?" Sergio mengangkat kelopak matanya dan bertanya sambil meliriknya.

Hazel langsung duduk tegak dan mengangguk patuh.

"Kalau begitu, ayo kita bicarakan masalah serius."

"Masalah serius?"

Hazel tidak mengerti maksud perkataan Sergio. Saat dia akan menanyakannya, dia melihat Sergio mengeluarkan dua buku catatan kecil berwarna merah dari saku jasnya.

Hazel bisa dengan jelas melihat kata-kata besar yang tercetak di atasnya. "Surat Nikah".

Hazel mengira dia salah lihat. Dia mendongak untuk melihat Sergio, lalu bertanya, "Om, apa ini?"

Sergio menjawab singkat, "Surat nikah."

Hazel menjawab, "Tentu saja aku tahu kalau ini surat nikah. Tapi bukannya kita perlu datang ke sana untuk membuatnya? Jangan bilang kamu meminta seseorang untuk membuat surat nikah palsu! Ini melanggar hukum!"

Melihat ekspresi terkejut Hazel, Sergio tidak bisa menahan tawa.

Dia tiba-tiba memiliki dorongan untuk menggoda Hazel. Dia mengambil selembar kertas lain dan menyerahkannya kepada Hazel. "Kamu benar-benar nggak ingat? Kamu sendiri yang menyerahkan ini kepadaku tadi malam."

Mata Hazel tertuju pada tangan Sergio, di mana jari-jari rampingnya memegang dokumen pendaftaran.

Dokumen itu Hazel bawa secara khusus setelah kembali dari kediaman Keluarga Vandana kemarin.

Sejak Krisna menikah dengan ibunya, dokumen seperti kartu keluarga dan yang lainnya selalu dipegang oleh ibunya.

Kemudian, ketika ibunya meninggal, Hazel menyimpannya.

Kertas itu seharusnya ada di dalam tas jinjingnya, tetapi kenapa kertas itu muncul di tangan Sergio?

Mata Hazel penuh ketidakpercayaan. Dia berdiri dan ingin meraih kertas itu, tetapi Sergio menghindar.

"Nyonya Hardwin, kamu berniat nggak mau mengakuinya? Tapi sudah terlambat. Surat nikah sudah di tangan, hubungan suami istri kita dilindungi undang-undang. Dalam hidup ini, aku nggak punya pemikiran untuk bercerai."

Dengan senyuman di bibirnya, Sergio memainkan surat nikah di tangannya. Gerakannya terkesan santai dan sedikit ceroboh.

Hazel langsung terkesiap dan pikiran pertama yang terlintas di benaknya adalah tidak mungkin!

Bagaimana mungkin dia tidak memiliki ingatan sedikit pun terkait hal besar seperti pernikahan?

Ia mencoba berunding dengan Sergio, "Om, tadi malam aku mabuk, jadi aku nggak ingat apa pun. Bolehkah aku melihat surat nikahnya dulu?"

Sergio mengangkat kelopak matanya dan melirik ke arah Hazel, menyadari kalau Hazel sedang menggigit bibirnya. Jelas sekali kalau saat ini Hazel sedang gugup. Jadi, dia berpura-pura mengangguk dengan enggan.

"Baiklah. Kalau begitu aku akan mengizinkanmu melihatnya."

Sambil berbicara, Sergio perlahan membuka surat nikah di atas meja dan menyerahkannya ke depan Hazel.

Namun, Sergio sepertinya tidak punya niat untuk melepaskan bagian ujung surat nikah ini. Dia terus memegang surat nikah itu saat mendekatkannya ke arah Hazel.

Wajah kecil Hazel melotot karena marah. Dia tidak menyangka kalau om-om yang hampir berusia tiga puluhan itu masih memiliki sisi kekanak-kanakan seperti itu.

Dia tidak punya pilihan selain mencondongkan tubuhnya ke depan agar bisa melihatnya dengan cermat.

Stempelnya sepertinya asli. Mungkinkah Om tidak berbohong dan mereka benar-benar sudah mendaftarkan pernikahan mereka?

Hazel makin kaget saat melihat ada foto mereka berdua di surat nikah itu.

Dalam foto tersebut, dia tersenyum bahagia dan bersandar di pelukan Sergio.

Alis Sergio yang biasanya menyalurkan kesan dingin pun terlihat sangat lembut, bahkan ada sedikit lengkungan di sudut mulutnya.

Keduanya menatap langsung ke arah kamera, terlihat sangat serasi. Mereka yang tidak tahu pasti akan mengira kalau mereka pasangan yang harmonis.

Namun, Hazel belum pernah berfoto dengan Sergio.

Jadi, dia melirik ke arah Sergio dengan ekspresi yang rumit. Setelah berpikir sejenak, dia akhirnya menanyakan keraguannya, "Om, apa ini foto editan? Siapa yang punya kemampuan mengedit foto sebagus ini? Tolong rekomendasikan kepadaku."

Bahkan pria seperti Sergio yang telah melihat badai dan ombak dalam dunia bisnis yang tak terhitung jumlahnya sampai tersedak oleh pertanyaan Hazel.

Dia mengerutkan kening dan mulai merinci apa yang terjadi tadi malam.

"Kita mengambil foto itu secara langsung. Apa kamu perlu aku membantumu mengingatnya? Tadi malam kamu mabuk dan memelukku. Kamu bilang aku tampan sampai ingin menciumku. Kamu bilang ingin jadi istriku, bahkan menarik pakaianku dan mengatakan ingin tidur denganku ...."

Saat mengatakan itu, Sergio sampai melonggarkan dasinya.

Related chapters

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 15

    Setiap kata yang dilontarkan oleh Sergio membuat wajah Hazel memerah. Sampai kata terakhir, rona merah itu merambat sampai ke bagian leher.Pikiran Hazel kini dipenuhi dengan bekas gigitan di tulang selangka Sergio yang dilihatnya saat bangun pagi tadi.Dia ternyata melakukan banyak hal saat mabuk?Kenapa dia tidak ingat sedikit pun akan semua itu?Dia ingin mencari celah di tanah dan merangkak ke dalamnya, lalu menyela perkataan Sergio, "Om, tolong berhenti bicara. Aku benar-benar nggak ingat semuanya."Hazel menghela napas dalam hati. Seperti yang diduga, minum benar-benar menyebabkan masalah.Tidak hanya mabuk, tetapi dia juga bersikap sembrono kepada Sergio. Dia bahkan benar-benar merasa malu dan tidak berani bertemu dengan siapa pun.Melihatnya menundukkan kepala dan ingin membenamkan wajahnya di meja, Sergio tidak bisa menahan tawanya lagi.Dia berkata pelan. "Nggak bisa. Yang kamu lakukan kepadaku benar-benar lebih dari itu. Kamu sendiri yang menyerahkan kartu keluarga dan KTP m

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 16

    Hazel berpikir sejenak, lalu keluar untuk meminta Line Sergio kepada Adam.Status mereka sudah menjadi suami istri yang sah, tetapi mereka masih belum menambahkan Line satu sama lain. Rasanya sedikit tidak pantas.Meski pernikahan mereka hanya sekedar formalitas, tetapi apa yang seharusnya ada harus tetap ada.Setelah mendengar permintaan Hazel, mata Adam berkilat kaget.Dia menambahkan kontak Line Hazel, lalu mengirimkan kontak Sergio kepada Hazel.Ponsel Hazel berbunyi dan dia menerima pesan tersebut. Dia membuka kontak Sergio dan melihat bahwa akun Sergio sangat bersih.Foto profil pria itu juga berwarna hitam polos tanpa pola apa pun.Lingkaran pertemanannya juga kosong.Terlihat sangat cocok dengan gaya keren Sergio.Hazel menambahkan pertemanan dan menuliskan sebuah catatan, "Om, ini Hazel."Namun, Hazel merasa pesan ini terkesan tidak sopan dan terlalu acuh. Jadi, dia menambahkan emoji lucu di bagian belakang tulisan.Setelah mengirim pesan, Hazel menunggu lama dan masih tidak a

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 17

    Meski tidak mengucapkan sepatah kata pun, aura Sergio yang kuat dan dingin sulit untuk diabaikan.Saat direktur proyek berbicara, dia diam-diam mengamati perubahan ekspresi presdirnya dan merasa sedikit aneh.Laporan yang ditulisnya belum memenuhi persyaratan presdir dan masih ada banyak bagian yang perlu perbaikan.Dia bekerja lembur untuk merampungkan laporan ini tadi malam. Jadi, tidak ada waktu untuk mengeditnya.Jadi, dia sudah bersiap untuk dimarahi sebelum datang.Sejak memasuki ruang presdir, dia merasa tidak nyaman karena takut dimarahi atau bahkan diusir langsung dari ruangan.Makin dipikirkan, dia jadi makin gugup.Makin gugup, kemungkinan melakukan kesalahan pun makin besar.Awalnya semuanya baik-baik saja, tetapi saat dia berbicara, dia mulai tergagap dan tidak bisa mengendalikan diri.Direktur proyek mengepalkan tangannya dengan gelisah, bicaranya pun makin pelan. Pada akhirnya, dia bahkan tidak berani mengeluarkan suara.Tiba-tiba dia makin gelisah dan kepalanya makin te

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 18

    Ervan mengangguk, lalu berjalan keluar dari ruang presdir.Sebelum pergi, dia berhenti sejenak saat membuka pintu. Lalu, dia menoleh ke arah Sergio. "Tuan, sepertinya suasana hati Tuan sedang sangat baik hari ini?"Sergio mengangkat alisnya, tidak menyangka kalau Ervan menyadari akan hal ini. "Apa kelihatan jelas?"Ervan mengangguk dan berkata dengan nada serius, "Sangat jelas. Sepertinya hubungan Tuan dan Nyonya sangat baik."Dalam benak Sergio, dia membayangkan wajah menawan Hazel dengan pipi meronanya. Lalu, dia pun tersenyum. "Lumayan."Menyadari dirinya sedang digosipkan oleh bawahannya, Sergio langsung menarik kembali senyum tipis di wajahnya, lalu berkata dengan suara yang dalam, "Kenapa nggak lanjut bekerja? Kamu nggak punya kerjaan?""Ada, banyak. Saya akan kembali bekerja." Ervan sempat tersenyum, baru membuka pintu dan melangkah keluar dengan cepat.Di sisi lain, setelah direktur proyek kembali ke ruangannya, dia masih sedikit bingung dan belum pulih dari keterkejutannya.Ba

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 19

    Ervan membuka pesan itu dan melihat banyak orang yang mengirimkan pesan yang mewakili keterkejutan mereka."Nyonya? Apa nyonya yang dimaksud sama dengan yang ada di dalam pikiranku? Kapan Pak Sergio menikah? Hiks, aku patah hati!""Hal sebesar ini, kenapa nggak ada berita apa pun? Pak Sergio pasti menyembunyikannya sangat rapat."...Banyak karyawan yang menandai Sergio di dalam grup, bahkan ada beberapa karyawan yang punya nyali untuk mengirim pesan pribadi kepada Sergio untuk menanyakan apakah dia benar-benar sudah menikah.Semua grup pekerjaan langsung dibanjiri oleh banyak pesan. Dalam waktu tiga menit, semua orang di perusahaan tahu akan berita ini.Situasinya benar-benar sangat menggemparkan.Saat mereka tengah tenggelam dalam diskusi panas di dalam grup, sebuah pesan tiba-tiba tenggelam di antara pesan-pesan yang terus bermunculan.Sergio. "Ya, itu benar."Kalimatnya sangat pendek, jadi banyak orang mengabaikannya secara tidak sengaja.Ketika mereka kembali tersadar, mereka meny

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 20

    Di sisi lain, ponsel Hazel menerima pemberitahuan pesan saat dia tengah berbelanja dengan Winda.Hazel membuka pemberitahuan itu, lalu menyadari bahwa Sergio sudah menyetujui permintaan pertemanannya.Merasa senang, Hazel pun membuka ruang obrolannya dengan Sergio, lalu menyadari kalau Sergio ternyata sedang mengetikkan sesuatu untuknya.Ingin menjaga kesopanan, Hazel berniat menunggu pesan Sergio sebelum dia mengirimkan pesan kepadanya. Namun setelah menunggu selama beberapa menit, tidak ada pesan yang datang dari Sergio.Kata "sedang mengetik" muncul berulang kali, yang menunjukkan keraguan Sergio.Entah kenapa, Hazel tiba-tiba merasa sedikit lucu.Dalam kesannya, Sergio tampak seperti bunga pertapa di gunung, tak terjangkau, dingin dan acuh. Dia belum pernah melihat Sergio ragu akan sesuatu.Hazel mencari emoji yang mewakili sapaan, lalu mengirimkannya kepada Sergio. Emoji yang dia kirimkan adalah anak kucing yang lucu dan menggemaskan, muncul dengan tulisan "halo" dengan manis.Ser

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 21

    "Tuhan menganugerahkan kecantikan kepadamu bukan untuk kamu hancurkan. Kamu sangat cantik, nggak dandan pun masih bisa memikat banyak orang."Hazel mengangkat bahu acuh tak acuh, sengaja menirukan nada bicara Winda dengan mengatakan, "Pertama-tama, kecantikanku ini karena menuruni kecantikan ibuku. Kedua, aku bisa memikat banyak orang meski nggak dandan."Winda cukup geram saat melihat sikap acuh Hazel. Dia memutar matanya jengah, lalu menjawab, "Oh, benarkah? Ada rumor yang beredar di luar sana kalau kamu memiliki wajah di bawah standar sampai tunanganmu sendiri nggak tahan sama kamu."Ketika teringat Justin si bajingan itu, Hazel hanya menimpali dingin, "Siapa juga yang ingin disukai olehnya."Winda bersedekap dan memandangnya dengan ringan. "Benarkah? Dulu, entah siapa yang setiap hari selalu mengikuti ke mana pun Justin pergi."Mengingat saat-saat di mana Hazel sering mengikuti Justin, Hazel langsung terlihat jengkel.Sepuluh tahun yang lalu, Hazel mengalami kecelakaan dan melupaka

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 22

    "Terus saja mengelak!"Melihat punggungnya yang seperti hendak melarikan diri, Winda tersenyum tidak berdaya dan bergumam pelan.Tampaknya Sergio masih belum cukup mahir.Harus diketahui bahwa menaklukkan Hazel bukanlah suatu tugas yang mudah.Semua orang mengira Hazel memiliki kepribadian yang lembut, berperilaku baik serta mudah ditangani.Namun, tidak ada yang tahu bahwa semua kelembutannya hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang paling dia percayai dan sayangi.Jika orang asing ingin mendekat, dia akan membentengi hatinya dengan erat.Winda sangat penasaran, kapan Sergio bisa menembus pertahanan Hazel?Dia menantikan hari itu.Ketika pegawai toko Winda berdiri di depan cermin dengan linglung, dia mengira Winda tidak puas dengan pakaiannya. Jadi, pegawai itu mendekat dan bertanya kepadanya."Nona, apa Nona butuh sesuatu?"Winda kembali tersadar dari lamunannya, menggeleng dan menjawab sambil tersenyum, "Nggak, kok. Tolong carikan syal yang cocok.""Baik, tolong tunggu sebentar." P

Latest chapter

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 444

    Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 443

    Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 442

    Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 441

    Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 440

    Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 439

    Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 438

    Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 437

    Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 436

    Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya

DMCA.com Protection Status