Sergio melanjutkan, "Setelah ayahku meninggal, ibuku memberikan sejumlah uang kepada para wanita simpanan dan anak-anak haram ayah, meminta mereka untuk nggak pernah muncul lagi di hadapan kami."Hazel mengerjap bingung. "Lalu kenapa Yudhis kembali?"Dia sudah membaca resume Yudhis dan tahu kalau Yudhis pergi belajar ke luar negeri sejak usia dini dan tidak kembali hingga lulus.Genggaman Sergio pada setir mobil makin erat. Lalu, dia menjawab, "Karena Yudhis nggak menerima uang itu. Saat itu, ibunya ingin mengambilnya, tapi Yudhis mengatakan kalau darah Keluarga Hardwin akan selamanya mengalir dalam dirinya. Dia juga bilang akan kembali suatu saat nanti."Hazel terdiam, tidak tahu harus berkata apa.Dia bisa merasakan kalau Sergio sedang merasa sedih saat ini.Siapa pun yang bekas lukanya terungkap pasti akan merasa tidak nyaman.Setelah memikirkannya, Hazel meletakkan tangannya di punggung tangan Sergio dan menepuknya lembut. "Itu semua hanya masa lalu. Untuk ke depannya, kamu dan ibu
"Kakak ipar, apa kamu berprasangka buruk padaku?""Apa?"Hazel sedikit tidak bisa bereaksi saat mendengar sapaan Yudhis kepadanya.Bibir Yudhis masih menyunggingkan senyum tipis dan dia melanjutkan perkataannya, "Bukan apa-apa. Aku cuma merasa kamu sengaja menjaga jarak denganku."Hazel mengerutkan keningnya sedikit, lalu menjawab, "Kamu memanggilku kakak ipar, seharusnya kamu juga tahu kalau aku sudah menikah. Tentu saja aku harus menjaga jarak dengan laki-laki lain."Yudhis tidak menduga Hazel akan menjawab seperti itu.Dia menatap Hazel sejenak, lalu membungkuk dan membisikkan sesuatu ke telinga Hazel, "Sergio benar-benar beruntung bisa menikah dengan istri yang cantik, pintar dan berdedikasi seperti kakak iparku ini. Aku sedikit iri."Karena mendekat, napas panas yang dihembuskan di antara bibir Yudhis bergetar dan menerpa telinga Hazel.Hazel langsung mundur setengah langkah, menatapnya dengan waspada dan bertanya dengan tidak senang, "Apa yang kamu inginkan? Apa kamu lupa kalau k
Hazel mengangguk malu-malu, "Hmm."Sergio menggosok-gosok telinganya dan berpura-pura tidak mendengar, "Apa? Aku nggak dengar. Coba katakan lagi."Sadar kalau Sergio sengaja menggodanya, Hazel memelototinya dengan kesal. "Bukan apa-apa. Aku bilang mau tidur. Apa ada hal lain?"Melihat gadis kecil yang amarahnya hampir meledak di depan kamera, senyum di sudut bibir Sergio makin mengembang.Dia pun tahu batasan dan berhenti menggodanya, lalu membujuk pelan, "Ini salahku. Istriku, istirahatlah dengan baik. Nggak perlu dimatikan, aku cuma mau melihatmu saja."Hazel menjatuhkan tubuhnya ke sofa dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Dia meletakkan ponselnya, perlahan-lahan memejamkan matanya.Sergio tidak bersuara dan hanya menatap wajah Hazel yang tertidur untuk waktu yang lama.Wajahnya halus dan cantik. Sisi wajahnya tegas, bulu matanya lentik dan panjang, sangat cantik dan seakan mampu menggelitik hatinya.Rasanya candu dan menggelitik.Entah berapa lama, sebuah ketukan terdengar
Sergio menarik kerah kemejanya yang sedikit terbuka, memperlihatkan tulang selangkanya yang halus dan memikat seraya berkata penuh arti, " Tidak sopan kalau ditolak."Orang ini benar-benar ....Hazel meliriknya dan melihat bekas gigitan di tulang selangkanya yang dia tinggalkan tadi malam. Dia tersipu malu dan segera menutup teleponnya.Di jalan saat selesai rapat, dia berpapasan dengan Yudhis lagi.Yudhis memakai kemeja putih dan rambutnya tertata rapi, dia terlihat sangat bersinar. Dia sangat tampan sampai-sampai dirinya tidak bisa mengalihkan pandangan.Banyak gadis di perusahaan sangat bersemangat dan memekik pelan sambil menutup mulut mereka.Tatapan menggoda dan mendamba tertuju padanya dari waktu ke waktu.Hanya Hazel yang meliriknya sekilas dan menarik kembali tatapannya.Suaminya jauh lebih tampan dari pada Yudhis!Namun, di mata orang lain, apa yang dia lakukan berubah menjadi rasa kaguman yang kuat.Bu Hazel sangat teguh pendirian, dia benar-benar tidak tergoda dengan orang
Saat pekerjaan Hazel hampir selesai, dia tiba-tiba mendapatkan panggilan dari Winda, "Hazel, apa kamu sangat sibuk? Apa kamu masih beradaptasi di perusahaan? Apa ada orang yang menyulitkanmu?"Hatinya perlahan menghangat begitu mendengar suara Winda yang hangat dan penuh perhatian.Dia tersenyum dan menenangkan Winda, "Aku baik-baik saja. Kamu nggak perlu khawatir. Aku dengan mudah menaklukkan mereka dan berbaur dengan baik."Winda bernapas lega dan berkata, "Itu bagus. Aku khawatir mereka akan menindasmu karena kamu orang yang lembut.""Aku bukan lagi Hazel yang dulu. Perusahaan ini adalah hal yang sangat berharga bagi ibuku. Aku nggak akan membiarkan perusahaan ini hancur di tangan Krisna."Winda mengangguk dan tersenyum seraya menjawab," Aku sangat lega melihatmu seperti ini."Hazel mengangguk dan tersenyum lalu bertanya, "Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini? Apa kamu tahu kalau Yudhis datang untuk bekerja di JY Group?""Aku tahu, dia yang memberitahuku. Dia tahu kalau aku khawatir de
Fitur wajah pria itu dalam dan lembut. Alis dan matanya yang tajam saat ini terlihat lebih lembut, menetralkan aura dingin dan kuat pada tubuhnya.Mata Hazel berbinar dan berseru, "Kenapa kamu datang?"Sergio tertawa pelan dan dengan lembut menarik wanita itu ke dalam pelukannya. Pria itu mengusap rambutnya seraya berkata, "Tentu saja aku ingin datang untuk melihat apa kesibukan Hazelku sampai lupa waktu pulang."Hazel melihat jam dan sadar kalau dia sudah telat satu setengah jam dari jam pulang kantornya.Rasa bersalah muncul di dalam hatinya begitu mengingat perkataan Sergio yang akan menjemputnya sepulang kerja."Aku minta maaf, aku pasti membuatmu menunggu sangat lama, 'kan?""Nggak lama," jawab Sergio sambil menunduk dan dengan lembut mencium kening Hazel yang halus. "Aku bersedia menunggumu selama mungkin."Jelas itu adalah sebuah ungkapan cinta yang tidak masuk akal, namun nada bicara Sergio sangat tulus.Seolah masalah ini dia anggap biasa saja.Jantung Hazel berdetak kencang d
Begitu mereka sampai di kediaman, pengurus rumah keluar dan menyapa mereka. Dia dengan penuh hormat berkata, "Kalian pasti sangat lelah setelah menghabiskan hari yang sibuk ini, 'kan? Makan malam sudah siap.""Terimakasih Paman."Hazel tersenyum dan berterimakasih padanya dan menarik tangan Sergio untuk berjalan masuk."Cepat, perutku sudah keroncongan dari tadi."Sergio tidak memiliki pilihan selain mempercepat langkahnya untuk mengikuti istrinya.Melihat kedua majikannya sudah pulang, para pelayan segera menatap semua hidangan di meja makan.Hazel tidak sabar dan mengambil salah satu hidangan lalu memakannya.Melihat itu membuat koki merasa sangat lega.Sebelum Hazel pindah ke kediaman ini, koki tersebut mempertanyakan keahlian memasaknya.Karena kebutuhan Sergio hanya sekedar makan dan tidak terlalu memperhatikan kualitas rasa.Jadi, setiap kali dia bertanya pada Sergio apakah kemampuan memasaknya perlu ditingkatkan lagi atau tidak, majikannya itu hanya menjawab kalau dia sudah mela
Sergio tetap bergeming dan berkata, "Kamu sendiri yang berinisiatif tadi. Bagaimana bisa aku melepaskanmu?"Hazel mengerutkan bibirnya kesal.Tadi, dia hanya ingin menggoda Sergio. Siapa sangka kalau dirinyalah yang menderita.Detik berikutnya, sepasang tangan menangkup wajahnya sampai berbentuk lucu."Hmm ...."Bibir lembut dan merah muda Hazel dipaksa terbuka. Mulutnya mengerucut, terlihat menggemaskan.Melihat wajah Hazel, Sergio tidak bisa menahan diri dan menundukkan kepalanya untuk mengecup bibirnya dengan ringan.Karena Hazel baru saja minum jus strawberry, bibirnya masih memiliki sisa rasa jus tersebut. Setelah mencicipi satu kecupan, dia sudah tidak bisa menahan diri untuk menciumnya lebih dalam.Sergio selalu menjadi orang yang bertindak lebih dulu, ketika dia ingin melakukan sesuatu, dia akan melakukannya.Jadi, pria itu segera melepaskan tangannya dari pipi Hazel dan beralih menarik belakang kepala wanita itu.Dia menundukkan kepalanya dan dengan penuh gairah mencium Hazel,
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya