Saat pekerjaan Hazel hampir selesai, dia tiba-tiba mendapatkan panggilan dari Winda, "Hazel, apa kamu sangat sibuk? Apa kamu masih beradaptasi di perusahaan? Apa ada orang yang menyulitkanmu?"Hatinya perlahan menghangat begitu mendengar suara Winda yang hangat dan penuh perhatian.Dia tersenyum dan menenangkan Winda, "Aku baik-baik saja. Kamu nggak perlu khawatir. Aku dengan mudah menaklukkan mereka dan berbaur dengan baik."Winda bernapas lega dan berkata, "Itu bagus. Aku khawatir mereka akan menindasmu karena kamu orang yang lembut.""Aku bukan lagi Hazel yang dulu. Perusahaan ini adalah hal yang sangat berharga bagi ibuku. Aku nggak akan membiarkan perusahaan ini hancur di tangan Krisna."Winda mengangguk dan tersenyum seraya menjawab," Aku sangat lega melihatmu seperti ini."Hazel mengangguk dan tersenyum lalu bertanya, "Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini? Apa kamu tahu kalau Yudhis datang untuk bekerja di JY Group?""Aku tahu, dia yang memberitahuku. Dia tahu kalau aku khawatir de
Fitur wajah pria itu dalam dan lembut. Alis dan matanya yang tajam saat ini terlihat lebih lembut, menetralkan aura dingin dan kuat pada tubuhnya.Mata Hazel berbinar dan berseru, "Kenapa kamu datang?"Sergio tertawa pelan dan dengan lembut menarik wanita itu ke dalam pelukannya. Pria itu mengusap rambutnya seraya berkata, "Tentu saja aku ingin datang untuk melihat apa kesibukan Hazelku sampai lupa waktu pulang."Hazel melihat jam dan sadar kalau dia sudah telat satu setengah jam dari jam pulang kantornya.Rasa bersalah muncul di dalam hatinya begitu mengingat perkataan Sergio yang akan menjemputnya sepulang kerja."Aku minta maaf, aku pasti membuatmu menunggu sangat lama, 'kan?""Nggak lama," jawab Sergio sambil menunduk dan dengan lembut mencium kening Hazel yang halus. "Aku bersedia menunggumu selama mungkin."Jelas itu adalah sebuah ungkapan cinta yang tidak masuk akal, namun nada bicara Sergio sangat tulus.Seolah masalah ini dia anggap biasa saja.Jantung Hazel berdetak kencang d
Begitu mereka sampai di kediaman, pengurus rumah keluar dan menyapa mereka. Dia dengan penuh hormat berkata, "Kalian pasti sangat lelah setelah menghabiskan hari yang sibuk ini, 'kan? Makan malam sudah siap.""Terimakasih Paman."Hazel tersenyum dan berterimakasih padanya dan menarik tangan Sergio untuk berjalan masuk."Cepat, perutku sudah keroncongan dari tadi."Sergio tidak memiliki pilihan selain mempercepat langkahnya untuk mengikuti istrinya.Melihat kedua majikannya sudah pulang, para pelayan segera menatap semua hidangan di meja makan.Hazel tidak sabar dan mengambil salah satu hidangan lalu memakannya.Melihat itu membuat koki merasa sangat lega.Sebelum Hazel pindah ke kediaman ini, koki tersebut mempertanyakan keahlian memasaknya.Karena kebutuhan Sergio hanya sekedar makan dan tidak terlalu memperhatikan kualitas rasa.Jadi, setiap kali dia bertanya pada Sergio apakah kemampuan memasaknya perlu ditingkatkan lagi atau tidak, majikannya itu hanya menjawab kalau dia sudah mela
Sergio tetap bergeming dan berkata, "Kamu sendiri yang berinisiatif tadi. Bagaimana bisa aku melepaskanmu?"Hazel mengerutkan bibirnya kesal.Tadi, dia hanya ingin menggoda Sergio. Siapa sangka kalau dirinyalah yang menderita.Detik berikutnya, sepasang tangan menangkup wajahnya sampai berbentuk lucu."Hmm ...."Bibir lembut dan merah muda Hazel dipaksa terbuka. Mulutnya mengerucut, terlihat menggemaskan.Melihat wajah Hazel, Sergio tidak bisa menahan diri dan menundukkan kepalanya untuk mengecup bibirnya dengan ringan.Karena Hazel baru saja minum jus strawberry, bibirnya masih memiliki sisa rasa jus tersebut. Setelah mencicipi satu kecupan, dia sudah tidak bisa menahan diri untuk menciumnya lebih dalam.Sergio selalu menjadi orang yang bertindak lebih dulu, ketika dia ingin melakukan sesuatu, dia akan melakukannya.Jadi, pria itu segera melepaskan tangannya dari pipi Hazel dan beralih menarik belakang kepala wanita itu.Dia menundukkan kepalanya dan dengan penuh gairah mencium Hazel,
Hazel berdiri. Dia sudah tidak ingin makan lagi dan menarik pria itu menaiki tangga.Sergio dengan patuh mengikutinya dari belakang.Para pelayan yang sedang membersihkan area di sekeliling melihat mereka berjalan bergandengan tangan dan mendesah, majikan mereka benar-benar memiliki hubungan yang bagus.Mereka pernah mendengar bahwa para keluarga kaya setiap hari bertengkar memperebutkan aset keluarga. Kebanyakan dari pasangan tersebut menikah karena bisnis tanpa adanya perasaan untuk satu sama lain.Bahkan beberapa tuan muda di keluarga kaya bermain dengan wanita di luar dan sampai memiliki anak haram di mana-mana.Namun, sejak Hazel dan Sergio menikah, mereka tidak pernah melihat kedua majikan mereka bertengkar.Hazel memiliki karakter yang baik dan terkadang bersikap keras kepala, membuat orang lain merasa kalau dia imut.Sergio lebih patuh. Sejak dia menikah, selain urusan perusahaan yang tidak bisa ditinggal, dia selalu pulang tepat waktu.Sebutan suami yang baik sudah terukir dal
Sergio memiliki badan yang tegap dan ramping tanpa satu pun lemak berlebih di badannya. Dia lebih sempurna dari pada model-model di luaran sana.Badan bagus seperti ini sangat disayangkan kalau harus ditutupi.Sergio melepaskan tangannya yang hendak memakai baju dan tersenyum seraya berkata, "Ke sini.""Aku akan melakukannya! Ini kan hanya melepas baju!"Dia sama sekali tidak malu!Hazel mendengus pelan dan berjinjit untuk membuka kancing kemeja pria itu dengan hati-hati.Namun, kancing kemeja Sergio didesain khusus dan sulit dibuka sehingga membutuhkan kesabaran ekstra.Tatapan membara Sergio terasa di atas kepalanya, hampir sulit untuk diabaikan. Hal ini membuatnya merasa resah tiba-tiba.Hatinya menjadi makin kacau, membuat gerakannya juga kacau. Setelah beberapa menit akhirnya kancing pertama lepas.Sergio berdiri dari tempatnya dan menatap Hazel.Dari sudut pandang Sergio, wajah mungil dan lembutnya sedikit mengembung. Matanya terlihat fokus dan serius. Bulu matanya yang panjang b
Tidak ada satu pun yang akan percaya kalau kalimat ini keluar dari mulut Sergio. Pria ini mahir dalam bisnis, bahkan dalam negosiasi yang sulit pun, dia tidak pernah kesulitan.Namun, dia tidak pernah bisa mencapai kepastian mutlak di dalam hatinya begitu menghadapi Hazel.Karena dia sangat tahu kalau awal pernikahan mereka bukan karena mereka saling mencintai.Terkadang pikiran liar hinggap di kepalanya, apakah Hazel benar-benar mencintainya atau tidak.Hatinya selalu dihantui oleh rasa parno, membuatnya berharap bisa mengunci Hazel di sisinya setiap waktu dan tidak memperbolehkannya keluar.Namun, pikiran warasnya mengatakan kalau ini tidak benar.Jadi dia harus menekan emosi ini dan tidak tahu bagaimana cara meredakannya.Dia menarik Hazel ke dalam pelukannya dan menyandarkan dagunya di pundak istrinya dan perlahan mengusapnya. Dia berkata, "Hazel, janji kalau kamu nggak akan pernah meninggalkanku, oke?"Bulu mata Hazel yang panjang bergerak lembut, matanya dipenuhi kebingungan.Dia
Hazel perlahan menggosok matanya dan perlahan duduk.Selimut tipis perlahan meluncur dari bahunya, memperlihatkan pundaknya yang mulus dan putih serta tulang selangka yang indah.Meski tanpa riasan, wajahnya tetap terlihat rapuh dan sedikit merona, membuatnya terlihat memikat.Dia baru saja mandi dan menemukan gaun panjang di lemari. Rambut hitam legamnya tergerai bebas dan sedikit berayun saat dia berjalan.Leher jenjangnya yang cantik dan ramping tersembunyi di balik rambut hitamnya. Hanya terlihat samar.Bahkan hanya dengan berdiri saja, seolah seluruh tubuhnya bersinar.Dia menuruni tangga dan mendengar suara teguran kepala pelayan di bawah. Dia dengan penasaran melihat ke arah ruang tamu.Di bawah.Para pelayan semuanya berkumpul dan berdiri dalam tiga baris.Kepala pelayan berdiri paling depan, dan mengenakan setelan hitam. Sosoknya berdiri tegak dan ekspresinya serius. Dia menegur para pelayan, "Mulai sekarang, kalau aku tahu ada orang yang berani memasuki kamar tuan dan nyonya
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya