Sergio memiliki badan yang tegap dan ramping tanpa satu pun lemak berlebih di badannya. Dia lebih sempurna dari pada model-model di luaran sana.Badan bagus seperti ini sangat disayangkan kalau harus ditutupi.Sergio melepaskan tangannya yang hendak memakai baju dan tersenyum seraya berkata, "Ke sini.""Aku akan melakukannya! Ini kan hanya melepas baju!"Dia sama sekali tidak malu!Hazel mendengus pelan dan berjinjit untuk membuka kancing kemeja pria itu dengan hati-hati.Namun, kancing kemeja Sergio didesain khusus dan sulit dibuka sehingga membutuhkan kesabaran ekstra.Tatapan membara Sergio terasa di atas kepalanya, hampir sulit untuk diabaikan. Hal ini membuatnya merasa resah tiba-tiba.Hatinya menjadi makin kacau, membuat gerakannya juga kacau. Setelah beberapa menit akhirnya kancing pertama lepas.Sergio berdiri dari tempatnya dan menatap Hazel.Dari sudut pandang Sergio, wajah mungil dan lembutnya sedikit mengembung. Matanya terlihat fokus dan serius. Bulu matanya yang panjang b
Tidak ada satu pun yang akan percaya kalau kalimat ini keluar dari mulut Sergio. Pria ini mahir dalam bisnis, bahkan dalam negosiasi yang sulit pun, dia tidak pernah kesulitan.Namun, dia tidak pernah bisa mencapai kepastian mutlak di dalam hatinya begitu menghadapi Hazel.Karena dia sangat tahu kalau awal pernikahan mereka bukan karena mereka saling mencintai.Terkadang pikiran liar hinggap di kepalanya, apakah Hazel benar-benar mencintainya atau tidak.Hatinya selalu dihantui oleh rasa parno, membuatnya berharap bisa mengunci Hazel di sisinya setiap waktu dan tidak memperbolehkannya keluar.Namun, pikiran warasnya mengatakan kalau ini tidak benar.Jadi dia harus menekan emosi ini dan tidak tahu bagaimana cara meredakannya.Dia menarik Hazel ke dalam pelukannya dan menyandarkan dagunya di pundak istrinya dan perlahan mengusapnya. Dia berkata, "Hazel, janji kalau kamu nggak akan pernah meninggalkanku, oke?"Bulu mata Hazel yang panjang bergerak lembut, matanya dipenuhi kebingungan.Dia
Hazel perlahan menggosok matanya dan perlahan duduk.Selimut tipis perlahan meluncur dari bahunya, memperlihatkan pundaknya yang mulus dan putih serta tulang selangka yang indah.Meski tanpa riasan, wajahnya tetap terlihat rapuh dan sedikit merona, membuatnya terlihat memikat.Dia baru saja mandi dan menemukan gaun panjang di lemari. Rambut hitam legamnya tergerai bebas dan sedikit berayun saat dia berjalan.Leher jenjangnya yang cantik dan ramping tersembunyi di balik rambut hitamnya. Hanya terlihat samar.Bahkan hanya dengan berdiri saja, seolah seluruh tubuhnya bersinar.Dia menuruni tangga dan mendengar suara teguran kepala pelayan di bawah. Dia dengan penasaran melihat ke arah ruang tamu.Di bawah.Para pelayan semuanya berkumpul dan berdiri dalam tiga baris.Kepala pelayan berdiri paling depan, dan mengenakan setelan hitam. Sosoknya berdiri tegak dan ekspresinya serius. Dia menegur para pelayan, "Mulai sekarang, kalau aku tahu ada orang yang berani memasuki kamar tuan dan nyonya
Setelah sarapan, Hazel menyempurnakan gambarnya tadi malam sebelum pergi ke perusahaan siang ini.Sergio tidak bisa memercayai Hazel untuk menyetir sendiri, jadi dia secara pribadi menugaskan supir untuknya.Kalau dirinya tidak ada, supir itu akan menjemputnya dan menurunkannya di perjalanan.Hazel baru bekerja beberapa hari di JY Group dan semua orang tahu betapa Sergio menyayanginya.Tidak hanya karyawan Group JY, karyawan Perusahaan Hardwin juga menyadari sesuatu yang tidak biasa.Kalau Sergio, yang sebelumnya gila kerja, setelah menikah mulai pergi bekerja tepat waktu dan pulang lebih awal.Jelas hal ini tidak akan pernah terjadi sebelumnya!Awalnya orang-orang tidak memercayainya, karena semua orang tahu bagaimana atasan mereka yang sangat gila kerja.Namun, sejak menikah, nyonya telah mengambil alih pekerjaan dan mengisi posisi paling penting di dalam hati Sergio.Malam ini sebenarnya ada pesta minum yang harus dihadiri dan semua pebisnis taipan dari Kota Palapa mengundang Sergio
Faktanya, para karyawan menyadari bahwa ada ketidakcocokan antara Yudhis dan Hazel.Meski Hazel menghormati Yudhis, tapi itu hanya di tempat kerja.Selain itu, wanita itu selalu acuh tak acuh, seolah ada tulisan "menjauh dariku" di dahinya.Namun, entah apa yang dipikirkan Yudhis sehingga dia bersikeras ingin mengobrol dengan Hazel.Di ruang konferensi.Hazel duduk kembali dan menatap Yudhis dengan santai seraya bertanya, "Katakan, untuk apa kamu mencariku?""Hazel, kamu nggak perlu menatapku seperti musuh, aku nggak akan memakanmu."Yudhis mengangkat tangannya dan meletakkannya dengan santai di atas meja. Dia menatap Hazel dengan tersenyum.Saat tersenyum, seluruh tubuhnya dipenuhi kehangatan. Matanya yang dalam sama sekali tidak berbahaya.Namun, Hazel tahu kalau semua itu palsu."Aku nggak punya waktu untuk membicarakan masalah keluarga denganmu. Aku memiliki sesuatu yang ingin kita bicarakan."Hazel memegang pena dan dengan santai mengetuk tabletnya dua kali. Mengeluarkan suara yan
Begitu kembali ke kantornya, Hazel merasa makin marah begitu mengingatnya.Dia tidak bisa menebak apa yang sebenarnya diinginkan Yudhis dan juga dendam apa yang dimiliki pria itu terhadap Keluarga Hardwin yang tidak dia ketahui?Meski Yudhis tidak berbicara terus terang, dia bisa dengan jelas merasa kalau setiap kali nama Sergio disebutkan, pasti matanya berkilat penuh kebencian.Kebencian yang mengerikan berjatuhan seperti mata air yang membentuk pusaran gelap yang seolah dapat melahap manusia.Dia tidak mengerti apa yang dialami Keluarga Hardwin dulunya.Apa yang dilakukan Sergio sampai membuat Yudhis menjadi segila ini.Setelah agak lama, dia akhirnya tenang dan menelepon Winda.Dia ingin memberi tahu sahabatnya kalau Yudhis tidak sepolos penampilan luarnya, jadi dia tidak boleh sampai tertipu.Namun, belum sampai dia membuka mulutnya, Winda sudah terlebih dahulu berbicara. Suara Winda yang terdengar terkejut memasuki telinganya, "Hazel, aku punya berita baik untukmu. Ayo bertemu ka
Winda mendengus karena tidak mendapatkan ucapan selamat dari sahabatnya dan berkata, "Memangnya kenapa? Apa aku terlihat bercanda?"Begitu mendengar kata-kata Winda, Hazel sadar kalau dia sudah kehilangan rasa tenangnya dan dengan cepat mengatur emosinya."Winda, bukan begitu maksudku. Aku hanya terkejut, bukankah hubungan kalian baru dikonfirmasi beberapa hari lalu?"Dia sangat mengenal Winda.Sebelumnya, setiap kali dia memiliki hubungan, dia selalu menimbulkan masalah untuk dirinya sendiri. Winda akan menangis pilu dan dirinyalah yang memeluknya.Kalau orang lain, Hazel tidak akan mengatakan apa pun. Tapi, ini adalah Yudhis, seseorang yang tidak bisa ditebak.Tidak ada yang bisa menebak niat sebenarnya dia mendekati Winda, apakah benar-benar menyukainya atau ada alasan lain.Dia hanya takut Winda akan terluka."Sebenarnya, kami sudah melakukan hubungan itu sebelum kami resmi bersama, saat itu aku mabuk dan ...."Saat itu suasana hatinya sedang buruk karena orang tuanya meminta uang
Melihatnya tenggelam dalam pikiran membuat Hazel sejenak tidak tahu harus berkata apa.Suasana di ruangan ini menjadi tidak hangat juga tidak dingin.Winda juga menyadarinya dan bertanya dengan bingung, "Hazel, bukankah kamu sangat mendukungku untuk mengejar kebahagiaanku? Kenapa kamu tiba-tiba nggak menyukai Yudhis?"Hazel ragu.Saat Winda berpikir kalau Hazel tidak akan mengatakan apa pun, sahabatnya tiba-tiba berbicara, "Yudhis adalah adik tiri Sergio."Dia sangat takut kalau Winda tidak bisa mendengar berita ini dan segera menenangkannya, "Jangan terlalu senang dulu. Aku juga baru tahu beberapa hari lalu dan aku curiga kalau kembalinya Yudhis kali ini memiliki niat jahat.""Apa maksudmu?"Pikiran Winda kosong seketika, dia berkedip dan merasa sedikit bingung dengan apa yang dia pikirkan.Apa maksudnya? Yudhis adalah adik tiri Sergio?Apakah lingkaran orang kaya serumit ini?Hazel mendesah dan mengatakan semua yang dia ketahui.Winda tidak bisa mengatakan apa pun setelah mendengar s