Setelah insiden kolong mobil, Senja segera kembali memeriksa tugas murid-muridnya. Sebenarnya kelasnya sudah lama selesai dan dia sudah bisa pulang. Tapi Senja adalah type orang yang tidak suka menunda-nunda pekerjaan, sehingga dia memutuskan untuk menyelesaikan dahulu perkerjaannya baru dia pulang.
Diam-diam Sabda membuka ruang guru dan mendapati ipar cantiknya sedang tenggelam dalam keasikannya memeriksa lembaran LKS siswa-siswanya. Kadang-kadang keningnya berkerut bila mendapati siswanya menjawab salah dalam tugasnya. Sabda tersenyum kecil mengamati Senja yang sama sekali tidak menyadari bahwa dirinya kini berada tepat dihadapannya. Senja seolah-olah tenggelam didalam dunianya sendiri.
"Mau sampai kapan Bu Senja ada disini? Ini malam minggu lho, Ibu tidak bersiap-siap berdandan cantik untuk menyambut kedatangan pacar?"
"Tidak punya pacar Saya Mang. Pernah punya dulu, tapi udah ditinggalin Saya nya.
Hahahaha..lebih enak jadi jomblo mau kemana nggak ada yang melarang, mau ini itu juga nggak ada yang cemburuin, indahnya dunia para jomblo. Kalau Mamang mau pulang, duluan saja Mang, Nanti biar Saya saja yang mengunci pintu dan menggemboknya sekalian seperti biasanya."Senja menjawab sambil bercanda pertanyaan Mang Tohir si penjaga sekolah. Si Mamang orangnya lucu karena suka bercanda dan menemani Senja kalau dia sedang banyak kerjaan dan lembur di ruang guru. Sebenarnya tujuan utama si
mamang bukan menemani sih, lebih tepatnya itu mengusir halus supaya Senja mempercepat pekerjaannya dan si mamang pun bisa lebih cepat pulang untuk bertemu dengan anak istrinya.Karena si mamang tidak kunjung menjawab, Senja pun mendongakkan kepalanya. Wajahnya seketika pias mendapati bukan wajah penuh keriput Mang Tohir yang dilihatnya, tapi wajah tampan rupawan milik Sabda yang menatapnya tajam dengan kedua tangan bersekedap didada.
"Ma—maaf sa—saya kira Bapak itu Mang Tohir." Senja terbata-bata meminta maaf. Sedangkan yang dimintai maaf diam saja namun matanya terus menerus menatap wajah cantik Senja dalam-dalam.
"Kamu tidak takut sendirian berada di ruang guru ini? Dari dari kata-kata kamu tadi, berarti kamu malah menghambat Mang Tohir untuk pulang padahal sudah lewat dari jam kerjanya? Satu lagi, kamu tidak takut kalau sewaktu-waktu
Mang Tohir khilaf dan melakukan sesuatu terhadap kamu?"Belum sempat Senja menjawab, satu suara bariton lain telah menyela pembicaraan mereka.
"Ibu belum pulang juga?mau Saya temani sampai selesai Bu? Mang Tohir sudah saya suruh pulang tadi. Nanti biar Saya saja yang mengunci pintu setelah Ibu selesai, dan sekalian Ibu Saya antar pu—"
"Tidak perlu Revan. Kamu sudah sangat sering mengantarkan Ibu pulang. Tempat tinggal kita juga tidak searah kan? Nanti Kamu capek bolak balik kesana kemari. Lagi pula tidak pan—"
"Terima kasih Ibu sudah perhatian karena tidak ingin membuat Saya capek. Tapi Saya sangat senang bisa mengantarkan Ibu pulang dengan selamat sampai di kost an, daripada melihat ibu duduk berdesak-desakan dengan resiko dilecehkan para penumpang angkot lainnya seperti waktu itu. Saya tidak terima bantahan, Saya tunggu Ibu dipos satpam depan. Kalau Ibu merasa tidak nyaman karena ada pengganggu diruangan ini, Ibu bisa menelepon
Saya, agar bisa segeraSaya bereskan. Permisi."Revan langsung saja meninggalkan Senja yang masih mematung mendengar keputusan sepihak Revan.
"Siapa guru siapa murid disini? Seenaknya saja memutuskan sendiri."
Senja mengomel sendiri, sejenak lupa bahwa ada penonton lain diruangan ini."Kalau Kamu memang tidak ingin ingin diantar pulang olehnya, bersikaplah tegas. Tunjukkan padanya posisi Kamu sebagai gurunya, orang yang sudah sepantasnya dihormati keputusannya. Jangan mudah diintimidasi oleh orang lain, istimewa itu adalah murid Kamu sendiri. Buat batasan, Dia dan Kamu itu bukan teman sebaya melainkan murid dan guru."
Sabda mulai menasehati Senja, bagaimana pun dia adalah anak pemilik sekolah dan Senja adalah termasuk salah satu pegawainya yang harus dia lindungi bukan?bilang saja Kamu cemburu!suara batin Sabda mengejek kelakuannya absurdnya sendiri.
Dua puluh menit kemudian Senja sudah menyelesaikan semua pekerjaannya, dan diluar ekspekstasinya Sabda ikut menungguinya dalam diam diruangannya. Setelah membereskan beberapa alat tulis dan menyusun buku-buku LKS dilemari arsip, Senja mulai melangkah keluar diikuti oleh Sabda. Dan benar saja, Revan masih setia menungguinya di pos satpam dan langsung mengunci pintu ruang guru begitu melihat Senja telah keluar dari sana.
"Ayo Bu." Revan mengangsurkan helm dan jaketnya sekalian kepada Senja. Kalimat penolakan yang sudah berada diujung lidahnya mendadak kelu untuk diucapkan. Senja tidak tega melihat Revan yang sudah menunggu lama dengan tatapan penuh pengharapan menjadi kecewa. Baru saja Senja mau menerima helm, lengan kekar Sabda langsung menggamit tangannya sambil berkata," maaf ya Bu Senja, ada sedikit urusan pekerjaan yang ingin Saya bahas dengan Ibu. Ibu ikut mobil Saya saja sekalian nanti Saya antar pulang."
"Tidak masalah Pak, Saya bisa menunggu apapun urusan pekerjaan Bapak dengan Bu Senja." Revan menjawab santai tapi tatapannya seakan-akan menantang Sabda.
"Oke, kalau begitu mari kita dengar jawaban Bu Senja, dia ingin pulang bersama Anda atau bersama Saya. Kami menunggu jawaban Ibu."
Sabda mulai memaksa Senja untuk bersikap tegas dan membuang rasa tidak tegaannya yang sudah mendarah daging.
"Maaf ya Revan, karena Ibu ada keperluan dengan Pak Sabda, Ibu sekalian ikut Pak Sabda saja pulangnya."
Senja bahkan tidak berani menatap mata Revan saking tidak tega membuatnya kecewa. Helaan nafas kasar terdengar dari Revan.
"Lain kali kalau berbicara dengan orang lain, tatap matanya Bu. Jangan seperti ketakutan begitu. Saya tidak apa-apa koq kalau tidak jadi mengantar ibu pulang. Setidaknya Saya cukup jantan untuk menerima penolakan. Tidak seperti seseorang yang justru memakai kekuasaannya untuk menekan pihak lain yang lebih lemah yang dianggapnya sebagai rival. Ibu silahkan pergi saja dulu, biar Saya bisa mengunci gerbangnya."
Revan menjawab santai tapi dingin dan menyindir Sabda habis-habisan.
"Memaksa orang dengan tanda kutip sampai dia tidak punya pilihan juga bukan tindakan jantan. Belajarlah dulu yang benar untuk mendapatkan masa depan, baru Kamu bisa menjadi masa depan bagi orang lain."
Sabda yang mendadak panas disindir seorang bocah merasa gerah juga kalau tidak sedikit membalas. Senja yang tidak ingin lagi ada keributan lagi pun, segera menghela lengan Sabda menuju keparkiran.
Suasana didalam mobil mewah Sabda yang sejuk, jok mobil yang lembut serasa membelai-belai mata Senja yang memang terkenal sebagai tukang tidur dimana saja. Dia bahkan pernah tertidur dipunggung abang ojek online nya karena kelelahan.
Sabda yang merasa tidak ada pergerakan yang berarti dari Senja segera menolehkan kepalanya kesamping dan mendapati adik iparnya sudah tertidur pulas seperti bayi. Saat kepala Senja terjatuh kebahunya Sabda langsung memeganginya dengan hati-hati dan menyamankan posisi kepala Senja dibahunya. Sejenak dipandanginya wajah cantik nan ayu yang tepat berada didepan matanya itu. Wajah sempurna tanpa cela ini bahkan sudah membuat muridnya tergila-gila dan kalau dia mau jujur, sudah membuat dirinya sendiri juga merasakan hal yang sama seperti anak didiknya. Entah mengapa Sabda merasa, selain menjadi gila, sepertinya jantungnya sepertinya bermasalah juga setiap kali berdekatan dengan adik iparnya ini.
"Njaaa! Senja! Bangun Nja!!" Senja yang sedang tertidur lelap mendadak terduduk saat merasakan tubuhnya ditarik paksa oleh tangan-tangan yang memaksakan dirinya untuk terjaga seketika."Hah! Kenapa? Ada apa?!" Senja yang nyawanya bahkan belum terkumpul semua kebingungan saat melihat Tita, Gading dan Marta tampak panik dan berkumpul dikamarnya."Itu Bude Yanti jatuh di kamar mandi Nja. Kepalanya luka dan badannya mendadak lemas Nja. Ayo kita bawa ke rumah sakit, kamu yang nyetir ya Nja?""Hoiii, cepetan dong geraknya, keburu kolaps ntar ini si Bude!" Rini dan lima penghuni kost yang lain tampak menggotong Bude Yanti yang sudah dimasukkan dan bersandar dikursi penumpang. Senja langsung melesat ke kursi pengemudi disusul tiga teman kost lainnya menjaga Bu Yanti di jok belakang. Senja pun mengebut pada pukul empat dini hari. Saking bingungnya melihat keadaan ibu kost mereka, empat gadis penghuni kost Bude Yanti sampai melupakan p
"Begitu? Baiklah kalau kamu tidak mau ikut Mas secara baik-baik, jangan salahin kalau Mas pakai cara ini."Dan Abimanyu pun langsung saja memanggul tubuh mungil Senja seperti sekarung beras di bahunya.Tapi satu hal yang di lupakan oleh Abimanyu adalah bomber jacket Sabda cuma menutupi tubuh Senja sebatas paha. Keadaan Senja yang dipanggul di bahu sukses mengekspose bokong seksinya yang cuma di balut panty putih berenda. Elang yang kaget melihat keadaan Senja, langsung melepaskan jaket kulitnya untuk menutupi bokong mulusnya.Jeritan ngeri Senja dan ketiga temannya sontak menyadarkan Abimanyu yang sedang marah tingkat dewa pada Senja. Dia sungguh berterima kasih pada jaket kulit Elang yang menutupi asset berharga Senja sebelum menimbulkan keributan berjamaah disana."Mas Abi apa-apain sih!turunin Senja nggak? Pagi-pagi sudah membuat Senja malu aja sih Mas!""Kamu
Dan pada akhirnya Abimanyu lah yang mengantarkan Senja mengajar keesokan paginya. Bayangkan jam enam pagi Abi sudahngetemdi depan rumahnya. Mau marah juga bagaimana, karena ini kan juga rumahnya. Disepanjang perjalanan, Senja terus saja menekuk mukanya karena kesal diintilin terus oleh Abi. Senja baru bereaksi saat tiba-tiba Abi mengambil rute yang berbeda dari arah yang seharusnya."Lho..lho Mas, Kita mau kemana ini? Perasaan kalau mau ke tempat Senja mengajar nggak lewat sini deh Mas. Mas nggak salah jalan?""Lho mana Mas tahu lokasi kamu mengajar itu dimana, orang kamu gak bilang, diem aja dari tadi. Ya Mas pikir kali aja Kamu mau ikut Mas ke kantor karena rindu banget sama Mas." Abi menjawab santai."Kalau nggak tahu ya tanya dong Mas. Itu punya mulut buat apa coba?" Senja rasanya pengen bangetngegetokkepala Abi dengan dongkrak mobil."Selain buat nyium kamu
Setibanya dikantor polisi, mereka semua dikumpulkan pada satu ruangan yang cukup besar sebenarnya. Tetapi karena jumlah mereka yang sangat banyak, ruangan itu menjadi langsung sesak dengan banyaknya manusia dan berkuranganya pasokan O2 diruangan yang sekarang rasanya perlu tambahan oksigen itu.Baru sebentar begini aja di kantor polisi Senja sudah merasa sesak nafas. Apa kabar yang dipenjara seumur hidup ya?"Aduhhh!!"Senja kesakitan saat secara tidak sengaja bahunya bersinggungan dengan siswa SMA lawan yang sedang mencoba meregangkan tubuhnya."Maaf ya Sis, Gue nggak sengaja. Habisnya sempit banget nih ruangan. Pegel semua badan Gue nggak digerakin dari tadi."Seorang remaja belia seumuran Revan meminta maaf singkat sambil kembali memiringkan badannya ke kiri, agar muat diruangan yang rasanya semakin lama semakin mirip dengan ruangan sauna ini."Hati-hati lo Nyet!! Ni
"Mas nggak habis pikir, bagaimana Kamu yangnotabenenya adalah sebagai seorang guru, bisa-bisanya ikutan tawuran sepertiabegekurang kerjaan begitu, Nja!! Otak kamu itu di taruh dimana hah?!!"Abi langsung menyalak saat tiba diruang tahanan yang penuh dengan murid-murid nya sendiri maupun siswa -siswa sekolah sebelah.Selebar wajah Senja sudah memerah menahan malu dan kesal karena di bentak-bentak didepan mata para anak didiknya. Senja lelah, lapar, kesal dan yang terlebih diatas segalanya dia MALU!!Bagaimana dia bisa menasehati siswa-siswa nya dengan dagu terangkat lagi, kalau saat ini saja dia sudah di maki-maki tanpa diberi kesempatan membela diri."Bu Senja gak ikut tawuran Mas. Tadi ojek Bu Senja pas melewati lokasi tawuran. Karena Bu Senja melihat kami dalam kesulitan, maka nya beliau berhenti Mas. Ibu Senja sama sekali tidak bersalah Mas, jangan dimarah-marahin
Abimanyu terus menerus melirik jam dipergelangan tangannya. Waktu saat ini sudah menunjukkan pukul 10.40 WIB, itu berarti dia sudah meninggalkan Senja selama 3 jam 40 menit. Dia tidak tahu pasti apa yang sedang dilakukan Senja saat ini. Mau menelepon tidak enak dengan para pesertameetingyang merupakan pentolan-pentolan penanam saham besar di JagaKarsa Group ini. Mau meninggalkan pesan? itu berarti dia juga harus mengeluarkan ponsel ditengah-tengah rapat penting begini. Karena perasaannya terus saja tidak enak,bkursi empuk begini pun rasa-rasanya seperti penuhi duri.Segala kegelisahan Abimanyu pun ternyata tidak luput dari pandangan Sabda. Dia tahu sedari dia masuk tadipun, Abi sebenarnya sudah tidak fokus untuk mendengarkan semua poin poin penting selamameetingkali ini. Selama Abi bekerja pada perusahaan mereka, tidak pernah satu kalipun dia gagal fokus. Tetapi kali ini, dia bahkan sampai kehilangan orientasi. Dan
Senja melipat rapi jaket pinjaman dari ayah Cakra ke dalampaper bag. Rencananya setelah pulang mengajar, dia akan singgah ke sekolah sebelah untuk menitipkan jaket kepada Cakra.GadingCute :Njaaa,ntar malem jadi kita ikutan galang dana buat gempa di Lombok?SenjaSetrong:Jadi Bu,Lolangsung aja ke TKP,kita ketemuan disana aja ya?MarthaSitumorang :Guentar disana ikut stand live music aja ya Nja?!!TitaImoet :Gue ikutan stand jualan aja,biar bisa sekalian ngemil hahahaha...teutep makan.SenjaSetrong :Apa aja deh yang pentingLo Lop
Sabda baru saja tiba di kediaman adik bungsu nya, saat telinganya mendengar tangisan memilukan adiknya yang berasal dari arah dapur. Dia sengaja singgah ke rumah adiknya saat membaca komen instagram adiknya yang mengatakan bahwa dia sedang sendirian dirumah, sementara suami sialannya itu sibuk menjadiherderdi acara galang dana adikjadi-jadiannya.Didapur Sabda melihat adik kesayangannya itu sedang menangis sedih sambil membersihkan meja makan. Bermacam-macam hidangan yang tampak menggugah selera, telah dimasukkan oleh adiknya kedalam lemari es. Perut buncitnya tampak membuat gerakan adiknya yang biasanya begitu gesit itupun menjadi lamban."Kamu kenapa Tari? Koq nangis hmmm? Apa yang kamu sedihkan? Sini ceritakan sama Abang."Tari yang melihat sosok sang kakak sedang bersandar di pintu dapur, langsung menghambur dan memeluk sosok gagah itu dengan berurai air mata."Mas
Bintang sedang menekuri tugas kuliahnya yang sepertinya tidak akan pernah ada habisnya itu. Matanya sampai sepet karena terus menerus dipaksa memelototi laptop yang juga balas memelototi nya galak.Saolohhh... tugas oh tugas, kapanlah engkau menjauhi diriku!TOK!!! TOK!!! TOK!!!"Masuk aja, Bu. Tidak di kunci."Bintang menyahut lemas dari dalam kamar. Perlahan seraut wajah teduh ibunya muncul dibalik pintu. Ibu nya Senjahari, masih tampak cantik di usia pertengahan empat puluhan."Bi, itu ada Kak Tian di depan. Sana temani dulu ya, Nak. Langit masih dalam perjalanan pulang. Katanya macet banget dijalan. Ayo Bi, sana temani dulu Nak Tian. Perasaan dulu waktu kecil Kamu malah bilang mau jadi istrinya Tian kan ya?"Hahahahaha...Senja tertawa menggoda putri bungsunya ini. Walau pun Langit lahir hanya lima menit lebih dulu dari Binta
Sabda melenguh penuh kepuasaan saat meraih puncak asmara tertingginya. Begini ini nikmatnya rasa bercinta setelah berpuasa cukup lama akibat puerperium atau masa nifas setelah Senja melahirkan. Hari-harinya yang gelap penuh penyiksaan akibat junior yang kebingungan mencari pelampiasan usai sudah terhitung sejak hari ini.Senja yang terlihat kelelahan setelah di mesrainya habis-habisan tampak mulai mengantuk. Bukan hal mudah mengurus dua orang bayi kembar yang kalau sudah menangis, bisa membuat kelabakan seluruh penghuni rumah."Selamat malam jummat Sayang. Mau tidur atau mau lagi?" Bisik Sabda sambil menggigit mesra telinga Senja."Astaghfirullahaladzim..Emangnya Abang nggak capek udah berkali-kali begituan masih aja nggak puas-puas?" Senja sampai ngeri melihat nafsu Sabda yang tidak puas-puas juga. Balas dendamnya niat banget sepertinya."Abang kan nunggunya ud
Senja sedang dilanda kebosanan yang luar biasa saat menanti kelahiran putra putrinya. Hasil USG bulan lalu memperlihatkan kalau ternyata dirinya mengandung anak kembar. Sejak kabar itu diketahui Sabda, suaminya yang memang posesif akut itu pun naik level menjadi suami paranoid pangkat tiga.Bagaimana tidak, suami galaknya itu bahkan sama sekali tidak memperbolehkannya melakukan kegiatan apapun, catat apapun. Ke bengkel hanya sekedar untuk bercengkrama dengan Pak Wijayakesuma atau Bang Abyaz, tidak boleh. Ngemall bareng si Lily somplak tidak diizinkan. Pengen sekedar nyamperin Tita ke kost-an, tidak ridho katanya. Bahkan saat dia ingin ke rumah Ayahnya saja, harus bersama dengan dirinya. Padahal kalau Sabda ke sana, ayahnya selalu melihatnya sebagai mahkluk tak kasat mata, alias tidak terlihat dan tidak dianggap.Hari ini Senja ingin sekali memberi kejutan pada suami kulkasnya itu dengan cara membawakan makan siang untuknya. Sedari
Perhelatan akbar pun akhirnya usai sudah. Senja yang tengah duduk di kursi rias, merasa kakinya seperti hendak patah karena terus berdiri dalam waktu yang lama. Ia harus menyalami beberapa ribu tamu yang ingin mengucapkan selamat atas pernikahannya. Ketika akhirnya semua usai, barulah ia bisa bernafas lega.Sebenarnya sewaktu di gedung tadi pun diam-diam ia telah mengganti highheelsnya dengan sendal hotel yang dibawakan Sabda. Karena menurut Sabda, dirinya sedang hamil, jadi tidak boleh berlama-lama memakai sepatu hak tinggi. Namun kendati pun telah memakai sendal yang nyaman, tetap saja kakinya kram karena berdiri diselingi duduk selama berjam-jam.Pintu kamar mandi terbuka. Menghadirkan sosok suaminya yang baru saja selesai mandi. Titik-titik air masih tampak menghiasi ujung-ujung rambutnya yang sedikit basah. Tubuh pelukable suaminya hanya ditutup oleh lilitan handuk putih yang menggantung seksi di pinggang ra
"Saya terima nikah dan kawinnya Senjahari Semesta Alam binti Aryasatya Wisesa dengan mas kawin 100 gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"Sabda dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?" tanya Pak Penghulu."Sahhhh!"Koor dari para saksi dan semua tamu undangan yang menyaksikan ijab kabul terdengar lantang."Alhamdullilahhhh."Setelah acara ijab kabul selesai, penghulu meminta Senja untuk keluar dan duduk di samping suaminya. Saat mata keduanya bertemu pada satu titik, Senja melihat sorot mata Sabda begitu mesra sekaligus lega. Akhirnya seperti inilah akhir kisah cintanya. Senja yang seumur hidup hanya mengenal seorang pria yang sedekat nadi di sepanjang usian
Begitu mobil Abi memasuki pekarangan rumah dan terus lurus memasuki garasi, Sabda mengejar dan membuka paksa pintu pengemudi. Abi bahkan belum sempat mematikan mesin mobil, saat Sabda sudah menyeretnya keluar. Sabda menghempaskan tubuh Abi ke tanah dan memukulinya habis-habisan."Udah! Udahh! Bang Sabda. Jangan saling berkelahi lagi. Senja sudah capek seharian ini. Senja jadi berasa sedang shooting film The Raid2nya Iko Uwais, sejak dari bengkel tadi. Udah dong semuanya!"Sabda yang sedang menarik kerah baju Abi, seketika melepaskan Abi begitu saja. Ia segera memeluk erat Senja."Kamu nggak apa-apa Sayang? Ada yang sakit?" Dan saat pandang mata Sabda menemukan pipi Senja yang membengkak dan mulai membiru, ia kembali menerjang Abimanyu yang baru saja duduk."Banci Lo, bangsat! Lo mukul Senja hah? Kalo lo emang laki-la-""Bukan, Bang. Bukan Mas Abi yang mukul Senja. Tapi pr
Senja duduk diam dalam mobil Abi yang melaju gila-gilaan. Sesekali ia memegang sisi mobil sembari memejamkan matan. Ia merasa begitu ngeri dengan cara mengemudi Abi yang begitu emosional.Perutnya mulai mual karena terus terguncang-guncang setiap kali Abi membelokkan mobilnya. Karena Abi berbelok tanpa sedikitpun mengurangi kecepatannya. Keringat dingin kini bermanik di kening Senja. Ditambah dengan pipi bengkak dan membiru di sekitar rahangnya, membuat penampilannya mirip seperti korban KDRT."Mmm... Mas. Bisa berhenti sebentar? Senja mu-mual Mas..."Senja pun mencoba mengambil nafas pendek-pendek dan berusaha sekuat tenaga, menahan rasa mual yang sepertinya sudah mencapai tenggorokannya.Mobil pun seketika terhenti. Senja dengan segera berlari ke sudut jalan yang agak sepi. Di sana ia mengeluarkan semua isi makan siangnya di sisi jalan.Suara muntahnya yang berusaha di tahan sebenarnya s
@HallilintarSabdaAI can't wait to marry the love of my life@Senjahari#ILoveYou#couplegoals#holdinghands#theloveofmylife#TheoneandonlyDisukai oleh @DayuWijayaKesuma@BadaiPutraAlam@AbyazWijayaKesuma@CakraWisesa@ZahraZulfa@PrastithaLasmana@MarthaSitumorang@GadingPermana@ElangPramudya dan 697.632 lainnya.@ZahraZulfa Akhirnyaaaaa...kesampaian juga ya Pak, tekadnya untuk menikahi Bu @Senjahari, semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah, warohmah ya?Aamin.@AbyazWijayaKesuma Wohooooo...ada yang nggak sabar pengen belah duren jilid II ini?hahaha#tertawamesum@PrastithaLaksmanaSelamat ya Pak Sabda, semoga langgeng sampai kakek ne
Badai sedang duduk termenung di kebun belakang, saat menyaksikan Sabda mengantarkan Senja pulang ke kos-annya. Dalam hati, Badai malu sendiri karena mempunyai perasaan-perasaan yang mulai tumbuh terhadap 'milik' abangnya lagi. Padahal baru beberapa hari lalu ia berjanji untuk tidak lagi 'mengambil' apa yang sudah menjadi milik abangnya seperti dulu. Dalam kediamannya itu, Badai tidak menyadari kalau sang ibu menyusulnya."Dai, ibu boleh bicara?" Bu Ajeng perlahan mendekati kursi malas yang sedang diduduki Badai. Menyadari kehadiran sang ibu, Badai menegakkan tubuh. Ia mengangguk dan menggeser duduknya. Memberikan tempat agar sang ibu bisa menempatkan diri di sana."Boleh dong, Bu. Ibu mau bicara apa?" Badai mencoba bersikap santai. Padahal ia tau, pasti ada hal penting yang ingin disampaikan sang ibu. Tidak biasanya ibunya bersikap serius seperti ini."Ibu mau bicara dari hati ke hati denganmu. Bisa 'kan Nak?" Badai terdia