Dan Abimanyu pun langsung saja memanggul tubuh mungil Senja seperti sekarung beras di bahunya.
Tapi satu hal yang di lupakan oleh Abimanyu adalah bomber jacket Sabda cuma menutupi tubuh Senja sebatas paha. Keadaan Senja yang dipanggul di bahu sukses mengekspose bokong seksinya yang cuma di balut panty putih berenda. Elang yang kaget melihat keadaan Senja, langsung melepaskan jaket kulitnya untuk menutupi bokong mulusnya.
Jeritan ngeri Senja dan ketiga temannya sontak menyadarkan Abimanyu yang sedang marah tingkat dewa pada Senja. Dia sungguh berterima kasih pada jaket kulit Elang yang menutupi asset berharga Senja sebelum menimbulkan keributan berjamaah disana.
"Mas Abi apa-apain sih!turunin Senja nggak? Pagi-pagi sudah membuat Senja malu aja sih Mas!"
"Kamu silahkan pilih, ikut Mas pulang jalan sendiri atau mau Mas bopong seperti ini? Please choose wisely?" Abi menghadirkan senyum smirk nya, tahu bahwa apapun pilihan Senja, tetap ujung-ujungnya dia akan pulang bersamanya.
"Senja jalan sendiri saja." Ucap Senja sambil menghentak-hentakkan kakinya, kesal pada Abimanyu.
"Jangan menghentak-hentak kakimu kelantai seperti itu. Mas tidak mau membayar ganti rugi karena kamu dianggap merusak property rumah sakit. Kalian bertiga mau ikut Saya ke kost an sama Senja atau mau balik sendiri?" Abi mengedarkan pandangannya pada tiga gadis cantik dengan penampilan berantakan itu.
"Kami ikut Mas sama Senja aja. Mobilnya biar
Bang Elang saja yang bawa balik ke kost an nanti ya? Nja kunci mana?" Tita pun segera menyerahkan kunci mobil yang baru diterimanya dari Senja pada Elang."Sab, Gue balik dulu nganter adek Gue kekostan nya sebentar untuk mengambil barang-barang. Gue juga mau ngedrop dia ke rumah ortu Gue dulu ya? Ntar agak sorean baru Gue balik kesini. Bisa Sab?"
Sabda cuma mengangguk. Dia masih heran melihat interaksi dua kakak beradik yang saling bersikap bermusuhan seperti Tom and Jerry ini. Walaupun tampak jelas betapa Abimanyu begitu posessive dan menyayangi Senja walau caranya nampak kasar.
"Bu Senja mau Saya izinkan pada kepala sekolah sekalian karena tidak masuk hari ini?" Sabda tersenyum sambil menatap jenaka Senja. Dia tahu, pasti Senja lupa kalau harus segera mengajar pagi ini?
"Astaganaga buaya di rawa-rawa! Saya lupa Pak Sabda!"
Senja pun menggeplak kepalanya sendiri. Sabda dan Elang pun tidak dapat menahan senyum melihat kekagetan spontan Senja yang begitu jenaka.
"Izin? Kepala sekolah? Maaf ini sebenarnya ada apa? Apa ada sesuatu hal yang Gue lewatkan di sini Sab?"
Abimanyu menjungkitkan alis tebalnya. Dia tidak suka mengetahui sesuatu belakangan.
"Udah enam bulan ini Adek Lo mengajar di sekolahan Papa. Dan harusnya hari ini dia juga seharusnya mengajar. Tapi karena Gue lihat Adek Lo masih ngantuk dan capek, biar Gue izinin dia sama KepSek." Sabda memberi penjelasan singkat.
"Dan ini semua pasti kerjaan si uler keket Dayu kan yang mendukung Kamu untuk minggat dari rumah?"Abimanyu refleks menjewer telinga Senja karena kesal merasa bodoh dan tidak tahu apa-apa selama masa pelarian Senja.
"Adududuhhh sakit Mas! Ini kuping Mas, bukan kue cubit!" Senja menepis tangan Abi dan memilih bersembunyi di balik punggung Elang.
"Mas Polisi, bisa tidak Saya buat pengaduan atas pasal penganiayaan dan perbuatan tidak menyenangkan yang dilakukan oleh Kakak Saya ini? Mas Polisi lihat sendiri kan tindakan semena-mena nya ta—aduh Mas sakitt!!"
Senja pun langsung terdorong kedepan karena ditarik paksa oleh Abimanyu menuju keparkiran yang diikuti oleh tiga gadis dengan penampilan seperti ondel-ondel gagal pertunjukan.
"Interaksi kakak adik yang menarik. "Ujar Sabda yang diikuti oleh tawa Elang.
Dua pria berbeda professi ini pun menatap lama pada
Senja yang masih saja meronta-ronta disepanjang koridor rumah sakit sebelum akhirnya menghilang di belokan parkiran.==================
Dan akhirnya disinilah Senja berada. Dikediaman orang tua Abimanyu yang nota bene adalah mantan mertuanya. Sebenarnya Senja merasa sangat tidak pantas tinggal disini dengan status palsu sebagai adik bungsu Abimanyu.
Tapi apa mau dikata tangis penuh penyesalan Ibu Riani dan permohonan Pak Sugeng untuk tinggal kembali bersama mereka membuat Senja tidak kuasa untuk menolak. Mereka beralasan tidak menjadi menantu toh bisa menjadi anak perempuan dikeluarga ini. Apalagi mereka merasa gara-gara ibu Riani lah Senja bercerai dengan Abimanyu.
Ngomong mah gampang anggap saja Abimanyu itu sebagai abang kandung kamu sendiri. Bagaimana mau mengganggap abang kandung sementara dada nduselable itu dulu adalah tempat favoritnya bermanja-manja sepanjang malam.Hadehhh..
MarthaSitumorang : Senjaaa, Lo beneran balik ke rumah ortu Lo ya? Ntar kalau Gue kangen sama amang dan inangku di kampung sana, siapa yang mau dengerin curhatkuuuu...kembalilah sayang.. hiks hiks..
GadingCute: Tar kalo si Item mogok siapa lagi yang nyervis Nja? syedihhhh Saya
TitaImoet : Nja lo punya abang yang masih available gak modelan kayak Mas Abimanyu. Bagi satu kenapa sih Nja?
SenjaSetrong : Yaelah elu pada. Gue pikir sedih karena kehilangan Gue, eh rupanya susah karena pada nggak bisa manfaatin kebaikan hati Gue yang cantik cetar membahana.Udah ntar kalo kangen kita ngumpul-ngumpul aja. Habis perkara.
Saat satu notifikasi lagi berbunyi, Senja mengira itu chat dari salah satu sahabat gilanya. Dan ternyata...
HalilintarSAbdaA: Kamu besok mau Saya jemput kesekolah tidak Nja, kan rumah kita sekarang searah.
Elaahhh sudah pakai Nja Nja saja cara memanggilnya. Perasaan tadi dirumah sakit manggilnya masih Bu Senja deh.
SenjaSetrong : Duh nggak usah deh Pak Sabda. Saya sudah biasa naik ojek online. By the way terima kasih tawarannya.
HalilintarSabdaA : Kalau tidak sedang dilingkungan sekolah panggil saja Saya Bang Sabda. Dipanggil Bapak Saya mendadak merasa tua.
SenjaSetrong : Lah kan Bapak memang sudah tua?seumuran Mas Abi kan ya?
HalilintarSabdaA : Kamu ini, tidak bisa sedikitpun mengangkat ego Saya.
Dan Senja yang sedang mengantuk berat pun tertidur diiringi suara notifikasi ponsel yang terus saja saling bersahut-sahutan, yang terdengar seperti suara konser musik yang melelapkan di telinga Senja.
Dan pada akhirnya Abimanyu lah yang mengantarkan Senja mengajar keesokan paginya. Bayangkan jam enam pagi Abi sudahngetemdi depan rumahnya. Mau marah juga bagaimana, karena ini kan juga rumahnya. Disepanjang perjalanan, Senja terus saja menekuk mukanya karena kesal diintilin terus oleh Abi. Senja baru bereaksi saat tiba-tiba Abi mengambil rute yang berbeda dari arah yang seharusnya."Lho..lho Mas, Kita mau kemana ini? Perasaan kalau mau ke tempat Senja mengajar nggak lewat sini deh Mas. Mas nggak salah jalan?""Lho mana Mas tahu lokasi kamu mengajar itu dimana, orang kamu gak bilang, diem aja dari tadi. Ya Mas pikir kali aja Kamu mau ikut Mas ke kantor karena rindu banget sama Mas." Abi menjawab santai."Kalau nggak tahu ya tanya dong Mas. Itu punya mulut buat apa coba?" Senja rasanya pengen bangetngegetokkepala Abi dengan dongkrak mobil."Selain buat nyium kamu
Setibanya dikantor polisi, mereka semua dikumpulkan pada satu ruangan yang cukup besar sebenarnya. Tetapi karena jumlah mereka yang sangat banyak, ruangan itu menjadi langsung sesak dengan banyaknya manusia dan berkuranganya pasokan O2 diruangan yang sekarang rasanya perlu tambahan oksigen itu.Baru sebentar begini aja di kantor polisi Senja sudah merasa sesak nafas. Apa kabar yang dipenjara seumur hidup ya?"Aduhhh!!"Senja kesakitan saat secara tidak sengaja bahunya bersinggungan dengan siswa SMA lawan yang sedang mencoba meregangkan tubuhnya."Maaf ya Sis, Gue nggak sengaja. Habisnya sempit banget nih ruangan. Pegel semua badan Gue nggak digerakin dari tadi."Seorang remaja belia seumuran Revan meminta maaf singkat sambil kembali memiringkan badannya ke kiri, agar muat diruangan yang rasanya semakin lama semakin mirip dengan ruangan sauna ini."Hati-hati lo Nyet!! Ni
"Mas nggak habis pikir, bagaimana Kamu yangnotabenenya adalah sebagai seorang guru, bisa-bisanya ikutan tawuran sepertiabegekurang kerjaan begitu, Nja!! Otak kamu itu di taruh dimana hah?!!"Abi langsung menyalak saat tiba diruang tahanan yang penuh dengan murid-murid nya sendiri maupun siswa -siswa sekolah sebelah.Selebar wajah Senja sudah memerah menahan malu dan kesal karena di bentak-bentak didepan mata para anak didiknya. Senja lelah, lapar, kesal dan yang terlebih diatas segalanya dia MALU!!Bagaimana dia bisa menasehati siswa-siswa nya dengan dagu terangkat lagi, kalau saat ini saja dia sudah di maki-maki tanpa diberi kesempatan membela diri."Bu Senja gak ikut tawuran Mas. Tadi ojek Bu Senja pas melewati lokasi tawuran. Karena Bu Senja melihat kami dalam kesulitan, maka nya beliau berhenti Mas. Ibu Senja sama sekali tidak bersalah Mas, jangan dimarah-marahin
Abimanyu terus menerus melirik jam dipergelangan tangannya. Waktu saat ini sudah menunjukkan pukul 10.40 WIB, itu berarti dia sudah meninggalkan Senja selama 3 jam 40 menit. Dia tidak tahu pasti apa yang sedang dilakukan Senja saat ini. Mau menelepon tidak enak dengan para pesertameetingyang merupakan pentolan-pentolan penanam saham besar di JagaKarsa Group ini. Mau meninggalkan pesan? itu berarti dia juga harus mengeluarkan ponsel ditengah-tengah rapat penting begini. Karena perasaannya terus saja tidak enak,bkursi empuk begini pun rasa-rasanya seperti penuhi duri.Segala kegelisahan Abimanyu pun ternyata tidak luput dari pandangan Sabda. Dia tahu sedari dia masuk tadipun, Abi sebenarnya sudah tidak fokus untuk mendengarkan semua poin poin penting selamameetingkali ini. Selama Abi bekerja pada perusahaan mereka, tidak pernah satu kalipun dia gagal fokus. Tetapi kali ini, dia bahkan sampai kehilangan orientasi. Dan
Senja melipat rapi jaket pinjaman dari ayah Cakra ke dalampaper bag. Rencananya setelah pulang mengajar, dia akan singgah ke sekolah sebelah untuk menitipkan jaket kepada Cakra.GadingCute :Njaaa,ntar malem jadi kita ikutan galang dana buat gempa di Lombok?SenjaSetrong:Jadi Bu,Lolangsung aja ke TKP,kita ketemuan disana aja ya?MarthaSitumorang :Guentar disana ikut stand live music aja ya Nja?!!TitaImoet :Gue ikutan stand jualan aja,biar bisa sekalian ngemil hahahaha...teutep makan.SenjaSetrong :Apa aja deh yang pentingLo Lop
Sabda baru saja tiba di kediaman adik bungsu nya, saat telinganya mendengar tangisan memilukan adiknya yang berasal dari arah dapur. Dia sengaja singgah ke rumah adiknya saat membaca komen instagram adiknya yang mengatakan bahwa dia sedang sendirian dirumah, sementara suami sialannya itu sibuk menjadiherderdi acara galang dana adikjadi-jadiannya.Didapur Sabda melihat adik kesayangannya itu sedang menangis sedih sambil membersihkan meja makan. Bermacam-macam hidangan yang tampak menggugah selera, telah dimasukkan oleh adiknya kedalam lemari es. Perut buncitnya tampak membuat gerakan adiknya yang biasanya begitu gesit itupun menjadi lamban."Kamu kenapa Tari? Koq nangis hmmm? Apa yang kamu sedihkan? Sini ceritakan sama Abang."Tari yang melihat sosok sang kakak sedang bersandar di pintu dapur, langsung menghambur dan memeluk sosok gagah itu dengan berurai air mata."Mas
Setengah berlari Senja mengitarilobbyhotel mewah yang luas ini dan berhenti tepat didepan meja resepsionis di hotel Dirga Surya."Se la mat malam Mbak. Saya Senjahari, kemarin malam Pak Aryasatya sudah mendaftarkan nama saya sebagai salah satu peserta yang akan mengikuti wawancaraprivatedengan Bapak Guntur Permadi di President Suite 156. Bisa sekarang saya langsung ke sana Mbak?"Dengan nafas terengah-engah sehabis berlari cukup jauh Senja menjelaskan maksud kedatangannya kepada petugas resepsionis. Kemacetan panjang yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas menjadikan Senja terlambat dua puluh menit dari waktu yang dijadwalkan."Oh benar, semalam diinstruksikan di kamar 156, tetapi baru saja tadi staff beliau mengatakan Bu Senja dipersilahkan masuk ke kamar 157, Bu. Ada perubahan mendadak katanya. Nanti ibu langsung masuk saja."Ujar resepsionis cantik bername
"Kalau kamu memang sangat membutuhkan uang, kenapa kamu tidak langsung saja minta pada Mas, Nja? Kenapa kamu harus menjual diri seperti ini? Mas melihatmu lahir, merangkak, berjalan, berlari dan tumbuh besar dari hari ke hari dengan bantuan kedua tangan Mas sendiri. Mas sudah mencintai kamu selama itu Nja. Selama itu!Butuh perjuangan selama bertahun-tahun buat Mas demi untuk meyakinkan ibumu, bahwa cinta yang Mas punya buat kamu adalah cinta antara laki-laki dan perempuan. Bukan seperti cinta antara seorang kakak dengan adik perempuannya. Mas hanya melihat pada satu wanita seumur hidup Mas, dan wanita itu adalah Kamu Nja!Bagaimana bisa Mas melewatkan satu sifat buruk kamu yang seperti ini? Dan bagaimana mungkin Mas bisa menyentuhmu lagi, tanpa Mas membayangkan ada laki-laki lain yang juga melakukan hal yang sama. Bagaimana bisa Nja?Bagaimana bisa?!"Abimanyu mencengkram stir mobil begitu erat. Ia seolah-olah ingin melampias
Bintang sedang menekuri tugas kuliahnya yang sepertinya tidak akan pernah ada habisnya itu. Matanya sampai sepet karena terus menerus dipaksa memelototi laptop yang juga balas memelototi nya galak.Saolohhh... tugas oh tugas, kapanlah engkau menjauhi diriku!TOK!!! TOK!!! TOK!!!"Masuk aja, Bu. Tidak di kunci."Bintang menyahut lemas dari dalam kamar. Perlahan seraut wajah teduh ibunya muncul dibalik pintu. Ibu nya Senjahari, masih tampak cantik di usia pertengahan empat puluhan."Bi, itu ada Kak Tian di depan. Sana temani dulu ya, Nak. Langit masih dalam perjalanan pulang. Katanya macet banget dijalan. Ayo Bi, sana temani dulu Nak Tian. Perasaan dulu waktu kecil Kamu malah bilang mau jadi istrinya Tian kan ya?"Hahahahaha...Senja tertawa menggoda putri bungsunya ini. Walau pun Langit lahir hanya lima menit lebih dulu dari Binta
Sabda melenguh penuh kepuasaan saat meraih puncak asmara tertingginya. Begini ini nikmatnya rasa bercinta setelah berpuasa cukup lama akibat puerperium atau masa nifas setelah Senja melahirkan. Hari-harinya yang gelap penuh penyiksaan akibat junior yang kebingungan mencari pelampiasan usai sudah terhitung sejak hari ini.Senja yang terlihat kelelahan setelah di mesrainya habis-habisan tampak mulai mengantuk. Bukan hal mudah mengurus dua orang bayi kembar yang kalau sudah menangis, bisa membuat kelabakan seluruh penghuni rumah."Selamat malam jummat Sayang. Mau tidur atau mau lagi?" Bisik Sabda sambil menggigit mesra telinga Senja."Astaghfirullahaladzim..Emangnya Abang nggak capek udah berkali-kali begituan masih aja nggak puas-puas?" Senja sampai ngeri melihat nafsu Sabda yang tidak puas-puas juga. Balas dendamnya niat banget sepertinya."Abang kan nunggunya ud
Senja sedang dilanda kebosanan yang luar biasa saat menanti kelahiran putra putrinya. Hasil USG bulan lalu memperlihatkan kalau ternyata dirinya mengandung anak kembar. Sejak kabar itu diketahui Sabda, suaminya yang memang posesif akut itu pun naik level menjadi suami paranoid pangkat tiga.Bagaimana tidak, suami galaknya itu bahkan sama sekali tidak memperbolehkannya melakukan kegiatan apapun, catat apapun. Ke bengkel hanya sekedar untuk bercengkrama dengan Pak Wijayakesuma atau Bang Abyaz, tidak boleh. Ngemall bareng si Lily somplak tidak diizinkan. Pengen sekedar nyamperin Tita ke kost-an, tidak ridho katanya. Bahkan saat dia ingin ke rumah Ayahnya saja, harus bersama dengan dirinya. Padahal kalau Sabda ke sana, ayahnya selalu melihatnya sebagai mahkluk tak kasat mata, alias tidak terlihat dan tidak dianggap.Hari ini Senja ingin sekali memberi kejutan pada suami kulkasnya itu dengan cara membawakan makan siang untuknya. Sedari
Perhelatan akbar pun akhirnya usai sudah. Senja yang tengah duduk di kursi rias, merasa kakinya seperti hendak patah karena terus berdiri dalam waktu yang lama. Ia harus menyalami beberapa ribu tamu yang ingin mengucapkan selamat atas pernikahannya. Ketika akhirnya semua usai, barulah ia bisa bernafas lega.Sebenarnya sewaktu di gedung tadi pun diam-diam ia telah mengganti highheelsnya dengan sendal hotel yang dibawakan Sabda. Karena menurut Sabda, dirinya sedang hamil, jadi tidak boleh berlama-lama memakai sepatu hak tinggi. Namun kendati pun telah memakai sendal yang nyaman, tetap saja kakinya kram karena berdiri diselingi duduk selama berjam-jam.Pintu kamar mandi terbuka. Menghadirkan sosok suaminya yang baru saja selesai mandi. Titik-titik air masih tampak menghiasi ujung-ujung rambutnya yang sedikit basah. Tubuh pelukable suaminya hanya ditutup oleh lilitan handuk putih yang menggantung seksi di pinggang ra
"Saya terima nikah dan kawinnya Senjahari Semesta Alam binti Aryasatya Wisesa dengan mas kawin 100 gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"Sabda dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?" tanya Pak Penghulu."Sahhhh!"Koor dari para saksi dan semua tamu undangan yang menyaksikan ijab kabul terdengar lantang."Alhamdullilahhhh."Setelah acara ijab kabul selesai, penghulu meminta Senja untuk keluar dan duduk di samping suaminya. Saat mata keduanya bertemu pada satu titik, Senja melihat sorot mata Sabda begitu mesra sekaligus lega. Akhirnya seperti inilah akhir kisah cintanya. Senja yang seumur hidup hanya mengenal seorang pria yang sedekat nadi di sepanjang usian
Begitu mobil Abi memasuki pekarangan rumah dan terus lurus memasuki garasi, Sabda mengejar dan membuka paksa pintu pengemudi. Abi bahkan belum sempat mematikan mesin mobil, saat Sabda sudah menyeretnya keluar. Sabda menghempaskan tubuh Abi ke tanah dan memukulinya habis-habisan."Udah! Udahh! Bang Sabda. Jangan saling berkelahi lagi. Senja sudah capek seharian ini. Senja jadi berasa sedang shooting film The Raid2nya Iko Uwais, sejak dari bengkel tadi. Udah dong semuanya!"Sabda yang sedang menarik kerah baju Abi, seketika melepaskan Abi begitu saja. Ia segera memeluk erat Senja."Kamu nggak apa-apa Sayang? Ada yang sakit?" Dan saat pandang mata Sabda menemukan pipi Senja yang membengkak dan mulai membiru, ia kembali menerjang Abimanyu yang baru saja duduk."Banci Lo, bangsat! Lo mukul Senja hah? Kalo lo emang laki-la-""Bukan, Bang. Bukan Mas Abi yang mukul Senja. Tapi pr
Senja duduk diam dalam mobil Abi yang melaju gila-gilaan. Sesekali ia memegang sisi mobil sembari memejamkan matan. Ia merasa begitu ngeri dengan cara mengemudi Abi yang begitu emosional.Perutnya mulai mual karena terus terguncang-guncang setiap kali Abi membelokkan mobilnya. Karena Abi berbelok tanpa sedikitpun mengurangi kecepatannya. Keringat dingin kini bermanik di kening Senja. Ditambah dengan pipi bengkak dan membiru di sekitar rahangnya, membuat penampilannya mirip seperti korban KDRT."Mmm... Mas. Bisa berhenti sebentar? Senja mu-mual Mas..."Senja pun mencoba mengambil nafas pendek-pendek dan berusaha sekuat tenaga, menahan rasa mual yang sepertinya sudah mencapai tenggorokannya.Mobil pun seketika terhenti. Senja dengan segera berlari ke sudut jalan yang agak sepi. Di sana ia mengeluarkan semua isi makan siangnya di sisi jalan.Suara muntahnya yang berusaha di tahan sebenarnya s
@HallilintarSabdaAI can't wait to marry the love of my life@Senjahari#ILoveYou#couplegoals#holdinghands#theloveofmylife#TheoneandonlyDisukai oleh @DayuWijayaKesuma@BadaiPutraAlam@AbyazWijayaKesuma@CakraWisesa@ZahraZulfa@PrastithaLasmana@MarthaSitumorang@GadingPermana@ElangPramudya dan 697.632 lainnya.@ZahraZulfa Akhirnyaaaaa...kesampaian juga ya Pak, tekadnya untuk menikahi Bu @Senjahari, semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah, warohmah ya?Aamin.@AbyazWijayaKesuma Wohooooo...ada yang nggak sabar pengen belah duren jilid II ini?hahaha#tertawamesum@PrastithaLaksmanaSelamat ya Pak Sabda, semoga langgeng sampai kakek ne
Badai sedang duduk termenung di kebun belakang, saat menyaksikan Sabda mengantarkan Senja pulang ke kos-annya. Dalam hati, Badai malu sendiri karena mempunyai perasaan-perasaan yang mulai tumbuh terhadap 'milik' abangnya lagi. Padahal baru beberapa hari lalu ia berjanji untuk tidak lagi 'mengambil' apa yang sudah menjadi milik abangnya seperti dulu. Dalam kediamannya itu, Badai tidak menyadari kalau sang ibu menyusulnya."Dai, ibu boleh bicara?" Bu Ajeng perlahan mendekati kursi malas yang sedang diduduki Badai. Menyadari kehadiran sang ibu, Badai menegakkan tubuh. Ia mengangguk dan menggeser duduknya. Memberikan tempat agar sang ibu bisa menempatkan diri di sana."Boleh dong, Bu. Ibu mau bicara apa?" Badai mencoba bersikap santai. Padahal ia tau, pasti ada hal penting yang ingin disampaikan sang ibu. Tidak biasanya ibunya bersikap serius seperti ini."Ibu mau bicara dari hati ke hati denganmu. Bisa 'kan Nak?" Badai terdia