Dan pada akhirnya Abimanyu lah yang mengantarkan Senja mengajar keesokan paginya. Bayangkan jam enam pagi Abi sudah ngetem di depan rumahnya. Mau marah juga bagaimana, karena ini kan juga rumahnya. Disepanjang perjalanan, Senja terus saja menekuk mukanya karena kesal diintilin terus oleh Abi. Senja baru bereaksi saat tiba-tiba Abi mengambil rute yang berbeda dari arah yang seharusnya.
"Lho..lho Mas, Kita mau kemana ini? Perasaan kalau mau ke tempat Senja mengajar nggak lewat sini deh Mas. Mas nggak salah jalan?"
"Lho mana Mas tahu lokasi kamu mengajar itu dimana, orang kamu gak bilang, diem aja dari tadi. Ya Mas pikir kali aja Kamu mau ikut Mas ke kantor karena rindu banget sama Mas." Abi menjawab santai.
"Kalau nggak tahu ya tanya dong Mas. Itu punya mulut buat apa coba?" Senja rasanya pengen banget ngegetok kepala Abi dengan dongkrak mobil.
"Selain buat nyium kamu maksudnya? ya buat makan, minum dan ngobrol seperti inilah. Apa Mas salah? atau kamu mau nambahin lagi beberapa fungsi lainnya?" Abi lagi-lagi menggoda Senja. Rasanya sudah lama sekali Abi tidak bersenda gurau dengan mantan istrinya ini. Abi aslinya adalah orang yang sangat kaku dan bertempramen tinggi. Sangat jarang sekali dia mau bercanda yang menurutnya omong kosong tiada berguna selain unfaedah juga. Tapi bila Dia dekat dengan Senja, semua kata-kata yang biasa disebutnya sebagai pemborosan kata-kata malah berhamburan keluar sendiri dari mulutnya.
Setiba di sekolah, Senja cepat-cepat turun sebelum rekan-rekan atau murid-muridnya memergokinya yang baru saja turun dari mobil Abi. Bukan apa-apa, Senja adalah typical orang yang tidak suka di obrak-abrik kehidupan pribadinya. Baginya tugasnya disini adalah sebagai seorang guru, yaitu mendidik dan mengajar muridnya dengan sebaik-baiknya dengan segenap ilmu yang dia punya. Titik. Baru saja ayunan kakinya masuk selangkah ke ruang guru, dia sudah disambut oleh suitan cie cie dari beberapa staff pengajar yang rupanya tadi sempat memergokinya turun dari mobil mewah dengan supir yang kualitas super premium juga.
"Duh Bu Senja pantesan aja waktu di sodorin babang Sabda yang tamvan rupawan menggoda iman anteng-anteng aja, rupanya udah punya babang tamvan lainnya di hatinya. Kenalin dong sama kita-kita Bu, kali aja ntar di kenalin juga sama temen-temen yang sekualitas dirinya." Bu Zahra salah satu rekan seprofesinya mulai menggoda Senja yang cuma misuh-misuh saja di ledekin teman-temannya.
"Just for your information,
He is my oldest brother,sistaaaa.Bukan pacar saya. Jelas pemirsaaaa?" Senja merasa pagi ini dirinya akan masuk bulletin siang dalam dunia pergossipan dikantor sekolah. Dengan kepala yang mulai berdenyut karena harus terus dan terus mengulang-ulang kata, Senja mendadak ingin sekali menulis kalimat dia kakak saya besar-besar dikeningnya.Brukkk!!!
"Aduhhhh!!" Senja merasa jidatnya kepentok tembok, eh tembok manusia tepatnya. Karena terus melamun diujung koridor, Senja tanpa menabrak bahu Revan yang baru mau masuk ke kelas.
"Ibu kenapa? duh kepala ibu nyium bahu saya ya?makanya kalau jalan jangan sambil ngelamunin saya dong Bu? Kan kepentok jadinya. "Revan si murid rasa guru kini sedang memijat eh lebih tepatnya mengelus-elus kening mulus Senja yang mulai sedikit memerah.
"Kamu ini ya? Tidak ada sopan-sopannya sama guru sendiri!!"
"Lho Saya tidak sopan dibagian mananya sama Ibu coba?"
Revan menjinjitkan alis tebalnya, menantang kata-kata Senja.
"Lha itu, Kamu ya anak kecil malah berani mengelus-elus kening saya sebagai orang yang lebih tua. Bukannya itu termasuk dalam kategori tidak sopan?!!"
"Ya dilihat dari sudut mana dulu dulu dong Bu. Misal nya nih, ada seorang ibu yang sudah katakanlah sepuh, tiba-tiba saja kepalanya pusing, terus jatuh dan kepalanya kepentok odong-odong. Nah Kang Odong-odong nya tuh masih abege. Karena kepala si Ibu sepuh tadi benjol, maka si anak abege itu pun berinisiatif menolong dengan cara membalurkan minyak gosok ke kepala si Ibu Sepuh. Pertanyaannya, apakah itu juga bisa dikategorikan sebagai perbuatan yang tidak so—"
"Sudah! sudah faham Saya kamu mau ngomong kearah mana sebenarnya. Saya lagi nggak mood buat membahas analogi ngawur kamu." Dan Senja pun langsung pergi meninggalkan murid edannya dengan langkah lebar-lebar begitu saja.
Sementara dibalik pilar, Sabda berusaha menahan tawa melihat kelakuan menggemaskan adik dari adik iparnya tersebut.
"Eeeehh Bu Senja, Saya boleh minta pendapat ibu sedikit tidak Bu?" Miss Citra, guru bahasa inggris yang centilnya terkenal sejagat sekolah tiba-tiba saja menghentikan langkah Senja.
"Ya ada apa Miss? Ada yang bisa Saya banting?!
Eh Sayabantu maksudnya?""Begini Bu Senja, menurut ibu lebih ganteng yang mana antara Pak Sabda dengan kakak sulungnya Bu Senja?jawab dengan jujur ya Bu?" Miss Citra mengedip-ngedipkan bulu mata palsu nya yang selentik desy bebek.
Astaghfirullah!!
Allahu Akbar!!Ternyata pertanyaan unfaedah seperti ini yang ingin ditanyakan." Nggak bisa disamain lah Bu. Mereka kan dua individu yang berbeda. Jadi bisa dipukul rata." Jawab Senja ogah-ogahan.
"Wajah mereka berdua mirip apa Bu?" Miss Citra belum mau menyerah juga sebelum mendapat pencerahan dari Senja.
"Karena Saya ini guru dibidang studi matematika, Saya akan menjawab sesuai dengan keahlian bidang studi Saya. Menurut Saya Pak Sabda itu mirip trapesium dan kakak sulung Saya itu mirip jajaran genjang. Permisi!!"
Kali ini Senja tidak lagi berjalan lebar-lebar menuju kelasnya. Senja bahkan berlari!!
Dan kali ini Sabda tidak tahan untuk tidak menyemburkan tawa gelinya saat melihat Senja yang berlari tergesa meninggalkan Miss Citra yang mendadak bengong ditempat.
Karena setahu Miss Citra, bentuk wajah orang itu kalau tidak oval ya bulat telur, atau malah persegi. Penampakan wajah model trapesium dan jajaran genjang itu koq seperti nya tidak bisa dia bayangkan sama sekali!!
===================
Waktu menunjukkan pukul pukul empat sore lebih tigapuluh menit saat Senja keluar dari gedung sekolah. Dia memang sengaja mengulur-ulur waktu untuk pulang kerumah mertuanya yang sekarang harus diakuinya sebagai rumah orang tuanya. Setelah mendapatkan driver dari aplikasi ponselnya, Senja pun segera meluncur pulang menuju rumahnya. Baru saja berkendara selama sepuluh menitan, Senja sudah dikejutkan oleh dua kelompok anak-anak SMU yang sedang tawuran. Mata tajam Senja pun segera menangkap beberapa wajah yang begitu familiar yang sedang terlibat baku hantam dan lempar-lemparan dengan anak SMU tetangga.
"Stop!! stop disini aja Pak."
"Kenapa berhenti disini Bu?bahaya!! Anak-anak SMU ini pada tawuran, Bu!!"Si driver gojek tetap keukeuh tidak mau berhenti ditengah-tengah situasi yang begitu krusial."Justru itu Pak. Mereka itu siswa-siswa Saya. Saya sebagai guru mereka bertanggung jawab untuk melindungi mereka semua."
Setelah membayar ongkos sesuai tarif awal pemesanan, Senja pun mulai berlari kencang menuju ke arah siswa-siswanya yan tampak mulai kewalahan karena jumlah massa yang begitu tidak berimbang."Astaga Bu Senja, ngapain sih Ibu kesini?!!" Revan tampak begitu kesal melihat Senja yang langsung terjun ditengah-tengah situasi yang makin memanas pada dua belah kubu yang bersebrangan.
"Mau ngajarin kamu Trigonometri!! Ya mau bantuin kamu lah, pakai nanya lagi?!!"
"Ck!!
bikin susah aja." Walaupun Revan mengucapkan kata-kata itu cukup pelan bahkan nyaris berbisik, tetapi Senja masih bisa mendengarnya."Dasar murid tidak tahu terima kasih! Dibantuin malah ngedumel nggak jelas."Kata Senja sambil dengan refleks mendorong tubuh Revan saat sebuah lemparan batu mengarah tepat pada kepalanya.
"Lihat nih! ini gunanya Saya disini. Coba tadi Kamu tidak Saya dorong, sudah innalilahi kali Kamu karena batunya seperti gilingan cabe gedenya yang dilempar ke arah Ka—"
"Awas Bu!!"
KRAKKK!!
Senja ditarik kuat kearah samping oleh Revan saat tiba-tiba saja mereka dikelilingi kelompok kecil dari musuh mereka. Kemeja putih Senja sampai robek karena kuatnya tarikan tangan Revan saat tongkat bisbol lawan tadi nyaris menghantam kepalanya. Suara sirene polisi yang tiba ditempat kejadian membuat Senja menarik nafas lega, tetapi malah membuat Revan memaki kasar.
Satu persatu siswa yang ikut tawuran dari kedua kubu dinaikkan kemobil polisi. Ketika tiba giliran nya dan Revan, salah satu petugas itu mengomel.
"Kamu ini anak perempuan masih saja sempat-sempatnya ikut tawuran seperti ini hah? Mau jadi apa Kamu kalau masih sekolah saja kerjanya cuma tawuran seperti ini? Saya tidak tahu bagaimana reaksi guru-guru Kamu nanti saat mendapati murid perempuannya ikut-ikutan tawuran seperti ini." Petugas itu menaikkan Senja ke mobilnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat keadaannya dengan muka cemong-cemong dan baju yang robek cukup lebar.
Hehhh,
itu si bapak polisi tidak tahu saja kalau guru yang dia sebut-sebut itu sebenarnya ada dimari !!!Setibanya dikantor polisi, mereka semua dikumpulkan pada satu ruangan yang cukup besar sebenarnya. Tetapi karena jumlah mereka yang sangat banyak, ruangan itu menjadi langsung sesak dengan banyaknya manusia dan berkuranganya pasokan O2 diruangan yang sekarang rasanya perlu tambahan oksigen itu.Baru sebentar begini aja di kantor polisi Senja sudah merasa sesak nafas. Apa kabar yang dipenjara seumur hidup ya?"Aduhhh!!"Senja kesakitan saat secara tidak sengaja bahunya bersinggungan dengan siswa SMA lawan yang sedang mencoba meregangkan tubuhnya."Maaf ya Sis, Gue nggak sengaja. Habisnya sempit banget nih ruangan. Pegel semua badan Gue nggak digerakin dari tadi."Seorang remaja belia seumuran Revan meminta maaf singkat sambil kembali memiringkan badannya ke kiri, agar muat diruangan yang rasanya semakin lama semakin mirip dengan ruangan sauna ini."Hati-hati lo Nyet!! Ni
"Mas nggak habis pikir, bagaimana Kamu yangnotabenenya adalah sebagai seorang guru, bisa-bisanya ikutan tawuran sepertiabegekurang kerjaan begitu, Nja!! Otak kamu itu di taruh dimana hah?!!"Abi langsung menyalak saat tiba diruang tahanan yang penuh dengan murid-murid nya sendiri maupun siswa -siswa sekolah sebelah.Selebar wajah Senja sudah memerah menahan malu dan kesal karena di bentak-bentak didepan mata para anak didiknya. Senja lelah, lapar, kesal dan yang terlebih diatas segalanya dia MALU!!Bagaimana dia bisa menasehati siswa-siswa nya dengan dagu terangkat lagi, kalau saat ini saja dia sudah di maki-maki tanpa diberi kesempatan membela diri."Bu Senja gak ikut tawuran Mas. Tadi ojek Bu Senja pas melewati lokasi tawuran. Karena Bu Senja melihat kami dalam kesulitan, maka nya beliau berhenti Mas. Ibu Senja sama sekali tidak bersalah Mas, jangan dimarah-marahin
Abimanyu terus menerus melirik jam dipergelangan tangannya. Waktu saat ini sudah menunjukkan pukul 10.40 WIB, itu berarti dia sudah meninggalkan Senja selama 3 jam 40 menit. Dia tidak tahu pasti apa yang sedang dilakukan Senja saat ini. Mau menelepon tidak enak dengan para pesertameetingyang merupakan pentolan-pentolan penanam saham besar di JagaKarsa Group ini. Mau meninggalkan pesan? itu berarti dia juga harus mengeluarkan ponsel ditengah-tengah rapat penting begini. Karena perasaannya terus saja tidak enak,bkursi empuk begini pun rasa-rasanya seperti penuhi duri.Segala kegelisahan Abimanyu pun ternyata tidak luput dari pandangan Sabda. Dia tahu sedari dia masuk tadipun, Abi sebenarnya sudah tidak fokus untuk mendengarkan semua poin poin penting selamameetingkali ini. Selama Abi bekerja pada perusahaan mereka, tidak pernah satu kalipun dia gagal fokus. Tetapi kali ini, dia bahkan sampai kehilangan orientasi. Dan
Senja melipat rapi jaket pinjaman dari ayah Cakra ke dalampaper bag. Rencananya setelah pulang mengajar, dia akan singgah ke sekolah sebelah untuk menitipkan jaket kepada Cakra.GadingCute :Njaaa,ntar malem jadi kita ikutan galang dana buat gempa di Lombok?SenjaSetrong:Jadi Bu,Lolangsung aja ke TKP,kita ketemuan disana aja ya?MarthaSitumorang :Guentar disana ikut stand live music aja ya Nja?!!TitaImoet :Gue ikutan stand jualan aja,biar bisa sekalian ngemil hahahaha...teutep makan.SenjaSetrong :Apa aja deh yang pentingLo Lop
Sabda baru saja tiba di kediaman adik bungsu nya, saat telinganya mendengar tangisan memilukan adiknya yang berasal dari arah dapur. Dia sengaja singgah ke rumah adiknya saat membaca komen instagram adiknya yang mengatakan bahwa dia sedang sendirian dirumah, sementara suami sialannya itu sibuk menjadiherderdi acara galang dana adikjadi-jadiannya.Didapur Sabda melihat adik kesayangannya itu sedang menangis sedih sambil membersihkan meja makan. Bermacam-macam hidangan yang tampak menggugah selera, telah dimasukkan oleh adiknya kedalam lemari es. Perut buncitnya tampak membuat gerakan adiknya yang biasanya begitu gesit itupun menjadi lamban."Kamu kenapa Tari? Koq nangis hmmm? Apa yang kamu sedihkan? Sini ceritakan sama Abang."Tari yang melihat sosok sang kakak sedang bersandar di pintu dapur, langsung menghambur dan memeluk sosok gagah itu dengan berurai air mata."Mas
Setengah berlari Senja mengitarilobbyhotel mewah yang luas ini dan berhenti tepat didepan meja resepsionis di hotel Dirga Surya."Se la mat malam Mbak. Saya Senjahari, kemarin malam Pak Aryasatya sudah mendaftarkan nama saya sebagai salah satu peserta yang akan mengikuti wawancaraprivatedengan Bapak Guntur Permadi di President Suite 156. Bisa sekarang saya langsung ke sana Mbak?"Dengan nafas terengah-engah sehabis berlari cukup jauh Senja menjelaskan maksud kedatangannya kepada petugas resepsionis. Kemacetan panjang yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas menjadikan Senja terlambat dua puluh menit dari waktu yang dijadwalkan."Oh benar, semalam diinstruksikan di kamar 156, tetapi baru saja tadi staff beliau mengatakan Bu Senja dipersilahkan masuk ke kamar 157, Bu. Ada perubahan mendadak katanya. Nanti ibu langsung masuk saja."Ujar resepsionis cantik bername
"Kalau kamu memang sangat membutuhkan uang, kenapa kamu tidak langsung saja minta pada Mas, Nja? Kenapa kamu harus menjual diri seperti ini? Mas melihatmu lahir, merangkak, berjalan, berlari dan tumbuh besar dari hari ke hari dengan bantuan kedua tangan Mas sendiri. Mas sudah mencintai kamu selama itu Nja. Selama itu!Butuh perjuangan selama bertahun-tahun buat Mas demi untuk meyakinkan ibumu, bahwa cinta yang Mas punya buat kamu adalah cinta antara laki-laki dan perempuan. Bukan seperti cinta antara seorang kakak dengan adik perempuannya. Mas hanya melihat pada satu wanita seumur hidup Mas, dan wanita itu adalah Kamu Nja!Bagaimana bisa Mas melewatkan satu sifat buruk kamu yang seperti ini? Dan bagaimana mungkin Mas bisa menyentuhmu lagi, tanpa Mas membayangkan ada laki-laki lain yang juga melakukan hal yang sama. Bagaimana bisa Nja?Bagaimana bisa?!"Abimanyu mencengkram stir mobil begitu erat. Ia seolah-olah ingin melampias
Senja mulai mengumpulkan barang-barangnya dan mengepaknya dalam satu kardus besar. Pakaian-pakaiannya sudah dimasukkan semua kedalam kopernya. Setelah perseteruan hebatnya dengan Abi yang diakhiri dengan aksi saling sindir itu membuat Senja mengambil keputusan untuk keluar dari kediaman keluarga Wicaksana. Toh memang kehadirannya disana hanya akan membuat orang-orang yang tahu siapa sebenarnya posisi Senja disana akan semakin menambah kesalah fahaman saja. "Kenapa sih Kamu mau ngekost lagi Nja? Kan lebih baik tinggal disini sama Bapak Ibu. Ada Kamu disini membuat Ibu merasa memiliki anak perempuan Nja. Tetap tinggal disini sama Ibu ya? Sampai Kamu menemukan jodoh yang baru nanti. Mau ya Nja?" Ibu Riani masih kembali berupaya membujuk Senja untuk tidak pindah rumah. Senja tersenyum. Bagaimanapun hubungannya sekarang dengan Abimanyu, tetap saja dia menyayangi Ibu Riani dan Pak Sugeng. Mereka berdua adalah sahabat ibunya sedari kecil. Senja
Bintang sedang menekuri tugas kuliahnya yang sepertinya tidak akan pernah ada habisnya itu. Matanya sampai sepet karena terus menerus dipaksa memelototi laptop yang juga balas memelototi nya galak.Saolohhh... tugas oh tugas, kapanlah engkau menjauhi diriku!TOK!!! TOK!!! TOK!!!"Masuk aja, Bu. Tidak di kunci."Bintang menyahut lemas dari dalam kamar. Perlahan seraut wajah teduh ibunya muncul dibalik pintu. Ibu nya Senjahari, masih tampak cantik di usia pertengahan empat puluhan."Bi, itu ada Kak Tian di depan. Sana temani dulu ya, Nak. Langit masih dalam perjalanan pulang. Katanya macet banget dijalan. Ayo Bi, sana temani dulu Nak Tian. Perasaan dulu waktu kecil Kamu malah bilang mau jadi istrinya Tian kan ya?"Hahahahaha...Senja tertawa menggoda putri bungsunya ini. Walau pun Langit lahir hanya lima menit lebih dulu dari Binta
Sabda melenguh penuh kepuasaan saat meraih puncak asmara tertingginya. Begini ini nikmatnya rasa bercinta setelah berpuasa cukup lama akibat puerperium atau masa nifas setelah Senja melahirkan. Hari-harinya yang gelap penuh penyiksaan akibat junior yang kebingungan mencari pelampiasan usai sudah terhitung sejak hari ini.Senja yang terlihat kelelahan setelah di mesrainya habis-habisan tampak mulai mengantuk. Bukan hal mudah mengurus dua orang bayi kembar yang kalau sudah menangis, bisa membuat kelabakan seluruh penghuni rumah."Selamat malam jummat Sayang. Mau tidur atau mau lagi?" Bisik Sabda sambil menggigit mesra telinga Senja."Astaghfirullahaladzim..Emangnya Abang nggak capek udah berkali-kali begituan masih aja nggak puas-puas?" Senja sampai ngeri melihat nafsu Sabda yang tidak puas-puas juga. Balas dendamnya niat banget sepertinya."Abang kan nunggunya ud
Senja sedang dilanda kebosanan yang luar biasa saat menanti kelahiran putra putrinya. Hasil USG bulan lalu memperlihatkan kalau ternyata dirinya mengandung anak kembar. Sejak kabar itu diketahui Sabda, suaminya yang memang posesif akut itu pun naik level menjadi suami paranoid pangkat tiga.Bagaimana tidak, suami galaknya itu bahkan sama sekali tidak memperbolehkannya melakukan kegiatan apapun, catat apapun. Ke bengkel hanya sekedar untuk bercengkrama dengan Pak Wijayakesuma atau Bang Abyaz, tidak boleh. Ngemall bareng si Lily somplak tidak diizinkan. Pengen sekedar nyamperin Tita ke kost-an, tidak ridho katanya. Bahkan saat dia ingin ke rumah Ayahnya saja, harus bersama dengan dirinya. Padahal kalau Sabda ke sana, ayahnya selalu melihatnya sebagai mahkluk tak kasat mata, alias tidak terlihat dan tidak dianggap.Hari ini Senja ingin sekali memberi kejutan pada suami kulkasnya itu dengan cara membawakan makan siang untuknya. Sedari
Perhelatan akbar pun akhirnya usai sudah. Senja yang tengah duduk di kursi rias, merasa kakinya seperti hendak patah karena terus berdiri dalam waktu yang lama. Ia harus menyalami beberapa ribu tamu yang ingin mengucapkan selamat atas pernikahannya. Ketika akhirnya semua usai, barulah ia bisa bernafas lega.Sebenarnya sewaktu di gedung tadi pun diam-diam ia telah mengganti highheelsnya dengan sendal hotel yang dibawakan Sabda. Karena menurut Sabda, dirinya sedang hamil, jadi tidak boleh berlama-lama memakai sepatu hak tinggi. Namun kendati pun telah memakai sendal yang nyaman, tetap saja kakinya kram karena berdiri diselingi duduk selama berjam-jam.Pintu kamar mandi terbuka. Menghadirkan sosok suaminya yang baru saja selesai mandi. Titik-titik air masih tampak menghiasi ujung-ujung rambutnya yang sedikit basah. Tubuh pelukable suaminya hanya ditutup oleh lilitan handuk putih yang menggantung seksi di pinggang ra
"Saya terima nikah dan kawinnya Senjahari Semesta Alam binti Aryasatya Wisesa dengan mas kawin 100 gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"Sabda dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?" tanya Pak Penghulu."Sahhhh!"Koor dari para saksi dan semua tamu undangan yang menyaksikan ijab kabul terdengar lantang."Alhamdullilahhhh."Setelah acara ijab kabul selesai, penghulu meminta Senja untuk keluar dan duduk di samping suaminya. Saat mata keduanya bertemu pada satu titik, Senja melihat sorot mata Sabda begitu mesra sekaligus lega. Akhirnya seperti inilah akhir kisah cintanya. Senja yang seumur hidup hanya mengenal seorang pria yang sedekat nadi di sepanjang usian
Begitu mobil Abi memasuki pekarangan rumah dan terus lurus memasuki garasi, Sabda mengejar dan membuka paksa pintu pengemudi. Abi bahkan belum sempat mematikan mesin mobil, saat Sabda sudah menyeretnya keluar. Sabda menghempaskan tubuh Abi ke tanah dan memukulinya habis-habisan."Udah! Udahh! Bang Sabda. Jangan saling berkelahi lagi. Senja sudah capek seharian ini. Senja jadi berasa sedang shooting film The Raid2nya Iko Uwais, sejak dari bengkel tadi. Udah dong semuanya!"Sabda yang sedang menarik kerah baju Abi, seketika melepaskan Abi begitu saja. Ia segera memeluk erat Senja."Kamu nggak apa-apa Sayang? Ada yang sakit?" Dan saat pandang mata Sabda menemukan pipi Senja yang membengkak dan mulai membiru, ia kembali menerjang Abimanyu yang baru saja duduk."Banci Lo, bangsat! Lo mukul Senja hah? Kalo lo emang laki-la-""Bukan, Bang. Bukan Mas Abi yang mukul Senja. Tapi pr
Senja duduk diam dalam mobil Abi yang melaju gila-gilaan. Sesekali ia memegang sisi mobil sembari memejamkan matan. Ia merasa begitu ngeri dengan cara mengemudi Abi yang begitu emosional.Perutnya mulai mual karena terus terguncang-guncang setiap kali Abi membelokkan mobilnya. Karena Abi berbelok tanpa sedikitpun mengurangi kecepatannya. Keringat dingin kini bermanik di kening Senja. Ditambah dengan pipi bengkak dan membiru di sekitar rahangnya, membuat penampilannya mirip seperti korban KDRT."Mmm... Mas. Bisa berhenti sebentar? Senja mu-mual Mas..."Senja pun mencoba mengambil nafas pendek-pendek dan berusaha sekuat tenaga, menahan rasa mual yang sepertinya sudah mencapai tenggorokannya.Mobil pun seketika terhenti. Senja dengan segera berlari ke sudut jalan yang agak sepi. Di sana ia mengeluarkan semua isi makan siangnya di sisi jalan.Suara muntahnya yang berusaha di tahan sebenarnya s
@HallilintarSabdaAI can't wait to marry the love of my life@Senjahari#ILoveYou#couplegoals#holdinghands#theloveofmylife#TheoneandonlyDisukai oleh @DayuWijayaKesuma@BadaiPutraAlam@AbyazWijayaKesuma@CakraWisesa@ZahraZulfa@PrastithaLasmana@MarthaSitumorang@GadingPermana@ElangPramudya dan 697.632 lainnya.@ZahraZulfa Akhirnyaaaaa...kesampaian juga ya Pak, tekadnya untuk menikahi Bu @Senjahari, semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah, warohmah ya?Aamin.@AbyazWijayaKesuma Wohooooo...ada yang nggak sabar pengen belah duren jilid II ini?hahaha#tertawamesum@PrastithaLaksmanaSelamat ya Pak Sabda, semoga langgeng sampai kakek ne
Badai sedang duduk termenung di kebun belakang, saat menyaksikan Sabda mengantarkan Senja pulang ke kos-annya. Dalam hati, Badai malu sendiri karena mempunyai perasaan-perasaan yang mulai tumbuh terhadap 'milik' abangnya lagi. Padahal baru beberapa hari lalu ia berjanji untuk tidak lagi 'mengambil' apa yang sudah menjadi milik abangnya seperti dulu. Dalam kediamannya itu, Badai tidak menyadari kalau sang ibu menyusulnya."Dai, ibu boleh bicara?" Bu Ajeng perlahan mendekati kursi malas yang sedang diduduki Badai. Menyadari kehadiran sang ibu, Badai menegakkan tubuh. Ia mengangguk dan menggeser duduknya. Memberikan tempat agar sang ibu bisa menempatkan diri di sana."Boleh dong, Bu. Ibu mau bicara apa?" Badai mencoba bersikap santai. Padahal ia tau, pasti ada hal penting yang ingin disampaikan sang ibu. Tidak biasanya ibunya bersikap serius seperti ini."Ibu mau bicara dari hati ke hati denganmu. Bisa 'kan Nak?" Badai terdia