Setibanya dikantor polisi, mereka semua dikumpulkan pada satu ruangan yang cukup besar sebenarnya. Tetapi karena jumlah mereka yang sangat banyak, ruangan itu menjadi langsung sesak dengan banyaknya manusia dan berkuranganya pasokan O2 diruangan yang sekarang rasanya perlu tambahan oksigen itu.
Baru sebentar begini aja di kantor polisi Senja sudah merasa sesak nafas. Apa kabar yang dipenjara seumur hidup ya?
"Aduhhh!!"
Senja kesakitan saat secara tidak sengaja bahunya bersinggungan dengan siswa SMA lawan yang sedang mencoba meregangkan tubuhnya.
"Maaf ya Sis, Gue nggak sengaja. Habisnya sempit banget nih ruangan. Pegel semua badan Gue nggak digerakin dari tadi."
Seorang remaja belia seumuran Revan meminta maaf singkat sambil kembali memiringkan badannya ke kiri, agar muat diruangan yang rasanya semakin lama semakin mirip dengan ruangan sauna ini.
"Hati-hati lo Nyet!! Niat banget sih Lo nempel-nempel kalo liat yang beningan dikit?!! Fiz, kita tuker posisi aja. Bu Sen biar di ujung tembok aja, biar nggak kesenggol-senggol sama ini tikus sawah."
Revan kemudian menempatkan Senja diujung tembok. Kemudian dia duduk tepat disebelahnya. Memisahkan ketua gang sekolah tetangga, Cakra dengan Senja. Senja melirik sejenak wajah datar Cakra saat Revan memprovokasinya. Tapi sepertinya Cakra sama sekali tidak terprovokasi. Dia hanya duduk diam dengan ekspresi wajah bosan. Bagaimanalah type manusia setengah bisu begini bisa menjadi biang onar disekolahnya?!!
"Sebenarnya ada masalah apa sih diantara kalian semua sampai pada tawuran? Kalau pun memang ada masalah, bukankah lebih baik dicari solusi bersama? win win solution gitu. Apa nggak bisa? Zaman aja bisa berubah sesuai era, eh ini kalian semua masih pada tawuran aja."
"Lo siapa, pake nasehatin gue segala? Kayak diri Lo udah bener aja. Kalo Lo emang anak baik-baik nggak mungkin juga kan Lo ikutan ketangkul disini barengan kita semua?!!"
Si tepung Cakra Kembar melirik Senja sinis. Bujubune kutukupret!!beneran minta di tampol bacotnya ini anak kecil!
"Eh dengar ya Kamu tepung Cakra Kembar. Saya ini guru di Bina Bangsa Jaya. Saya tadi ada ditengah-tengah arena pertempuran, demi untuk menyelamatkan anak didik Saya yang kalian keroyok tadi. Faham?!!" Senja memelototkan mata indahnya pada Cakra.
" Nggak yakin Gue kalo Lo ini gurunya si kadal buntung ini. Coba Gue lihat wajah Lo yang ngaku-ngaku jadi guru."
Dan dengan kurang ajarnya Cakra memegang dagu Senja, kemudian memiringkannya ke kanan dan kekiri.
" Nggak ada pantes-pantesnya Gue lihat." Senja segera menepis kasar tangan Cakra yang diikuti dengan ayunan kepalan tangan Raven ke arah wajah Cakra.
"Lo itu yang nggak ada sopan-sopannya ya sama guru Gue, Bangsat!!"
"Udah!!! UDAHHHH!!
Kalian ini di kantor polisi aja masih aja berantem. Mau nih malam ini kita semua menginap disini jadi santapan nyamuk. Mau?!!"Tiba-tiba terdengar suara-suara canda tawa dari beberapa orang saling bersahutan, dan juga suara hentakan kaki khas polisi dari beberapa orang yang berjalan secara bersamaan. Wajah Senja memucat seketika saat menyadari ada Irjen Elang Pramudya diantara para polisi gagah yang sedang berjalan kearah tempat mereka ditahan.
"Ini semua para pelajar yang ikut dalam tawuran tadi sore ya?" Tanya Elang pada salah satu anggota polisi yang sedang bertugas disana.
"Benar Komandan!! Siap Komandan!!" Sahut anggota polisi itu dengan lantang. Senja pun semakin menundukkan wajahnya dan menyembunyikan tubuh mungilnya di belakang punggung Revan. Dia sangat malu dipergoki sebagai salah seorang peserta tawuran.
"Eh Kamu anak perempuan juga ikut-ikutan tawuran?!! Tidak malu kamu?!! Dan kalian semua disini, apa tidak terbersit sedikitpun di benak kalian, bagaimana kecewanya para orang tua kalian yang mencari nafkah siang malam buat membiayai sekolah kalian?!!tapi apa yang kalian semua lakukan??!! Malah tawuran dijalanan!!"
"Kalian tahu, kalian bukan hanya melukai orang lain atau diri kalian sendiri karena saling serang, tetapi juga meresahkan masyarakat, merusak fasilitas-fasilitas umum yang sudah dengan susah payah dibangun oleh pemerintah melalui devisa negara. Devisa negara itu di dapat dari pembayaran pajak yang dibayarkan oleh orang-orang tua kalian juga. Yang mana artinya, itu sama saja dengan kalian sudah merusak apa yang sudah orang tua bangun dengan susah payah!! MENGERTI!!"
Suasana diruangan pun menjadi hening seketika. Senja yang nota bene adalah seorang guru, juga turut gentar mendengar kemarahan Elang.
"Mengapa kalian semua tidak menjawab? Apa kalian semua yang ada disini menjadi bisu mendadak?"
"TIDAK PAKKK!!!" Suara koor pun menyahuti pertanyaan Elang Pramudya.
"Kamu yang anak perempuan coba maju ke depan sini?"
Mampus Gue!!batin Senja.
"Kamu selain bisu apa tuli juga?" Senja sampai meringis ngeri mendengar nada seram Elang. Dengan perlahan dia berjalan kedepan menghadap Elang. Tangan kanannya terus saja berusaha menaikkan robekan baju di bahunya yang terus saja melorot turun.
"Dia tidak tahu apa-apa Pak. Dia cuma ada disaat yang tidak tepat dan terjebak ditengah-tengah kekacauanan. Kalau Bapak ingin mencari tahu sebab musabab tawuran, Bapak silahkan mengintrogasi Saya atau si Breng- eh Cakra Wisesa, Pak."
Revan langsung berdiri dan mendorong Senja ke belakang tubuhnya.
"SAYA TIDAK BUTUH NASIHAT KAMU!!!" Elang tambah naik darah melihat Revan yang terus saja berusaha mengintervensi perintahnya.
"Udah Revan, biar Ibu coba jelaskan kronologis kejadiannya dengan Bapak Polisi ini."
Senja berbisik pelan ke telinga Revan. Revan pun akhirnya diam dan duduk kembali di lantai. Tetapi matanya menatap penuh amarah pada Elang terus saja membentak-bentak Senja.
"Senjahari!! ini Kamu yang ngekost di rumah Ibu Saya kemarin kan? Yang membawa Ibu Saya kerumah sakit?!! Bagaimana ceritanya Kamu malah ikut tawuran dengan anak-anak SMU ini?!!"
"Ehmmm begini ceritanya Pak. Saya ini guru mereka di sekolah Bina Bangsa Jaya. Sewaktu mereka sedang tawuran, Saya mencoba menghentikannya, sebelum akhirnya dihentikan oleh bapak-bapak polisi yang sedang bertugas tadi."
Senja menjawab tegas. Elang terlihat menarik nafas panjang.
"Kamu sudah menghubungi penjamin atau pengacara Kamu? Kalau tidak, nanti Kamu bisa bermalam disini, Nja."
Setelah berulang-ulang kali menarik nafas panjang, Senja pun akhirnya mulai menghubungi ponsel Abimanyu.
Abi pun langsung mengangkat telepon dari Senja begitu nama Senja memanggil tampak di layar ponselnya.
Ya Senja, ada apa Kamu menelepon Mas? Kamu baik-baik saja kan?Atau...ada sesuatu yang sedang terjadi, Nja?
Radar Mas Abi memang sensitif sekali. Sedari bayi merah sampai dewasa selalu bersama dan pernah menjadi suaminya selama beberapa bulan, menjadikannya sangat faham akan sifat Senja. Jika tidak terjadi sesuatu hal yang fatal, Senja tidak akan pernah meminta bantuannya. Radarnya rupanya sudah mulai mencium ada sesuatu hal yang tidak beres pada adiknya sekaligus mantan istrinya itu.
"Ka-kalau Mas ada waktu luang, Mas bisa tolong ke kantor polisi nggak Mas?Senja di tahan disini Mas. Da-dan Senja butuh penjamin, so-"
Kamu WA alamatnya sekarang juga, Mas akan langsung bergerak kesana!!
Saat Senja baru saja mengetikkan alamat via WA, saat tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan tampak seorang pria dewasa rupawan berusia sekitar empat puluhan memasuki ruangan sambil menatap tajam Cakra. Sementara yang ditatap cuma melengos saja.
"Ini terakhir kalinya Papa mau mengurus kamu dikantor polisi untuk masalah unfaedah seperti ini ya Cakra!! Besok-besok kalau Kamu berulah lagi, Papa akan biarkan Kamu membusuk dipenjara, kalau Kamu memang niat banget pengen ngerasain tinggal disini. Ayo pulang!!"
Serem banget! nggak Bapak nggak anak, itu ekspresi mukanya pada nggak ngenakin banget. Cakra cuma cuma bungkam tanpa membalas sesuku katapun kata-kata ayahnya. Tapi matanya tampak membangkang saat sekilas menatap wajah ayahnya. Senja yakin suasana dirumah mereka pasti panas seperti sedang tinggal dinegara api nya avatar.
Sekonyong-konyong ayahnya Cakra menatap Senja yang saat itu juga tengah menatapnya. Senja merasa laki-laki itu tampak sedikit terkejut menatapnya. Mungkin dia berfikir Senja anak nakal yang hobby tawuran juga. Saat mereka saling berpandangan entah kenapa suasana jadi berubah magis. Senja seolah-olah bisa merasakan waktu seakan terhenti. Tatapan laki-laki itu tampak melembut dan Senja pun entah mengapa dia merasa jantungnya berdebar-debar. Dia seperti terhipnotis.
"Baju kamu robek, ini pakai saja jaket Saya." Dia membuka jaket military army nya dan kemudian menghampiri Senja yang sedang duduk dilantai sambil memakaikan jaket itu dibahu mungilnya.
"Kamu itu anak perempuan. Jangan suka ikut tawuran. Nanti ayahmu jantungan. Saya pulang dulu. Permisi."
Dia mengelus pelan puncak kepala Senja. Dan anehnya Senja menerima perlakuan itu dengan...senang!!Astagaaaa dia bertingkah seperti abg labil sekarang!!!
"Mas nggak habis pikir, bagaimana Kamu yangnotabenenya adalah sebagai seorang guru, bisa-bisanya ikutan tawuran sepertiabegekurang kerjaan begitu, Nja!! Otak kamu itu di taruh dimana hah?!!"Abi langsung menyalak saat tiba diruang tahanan yang penuh dengan murid-murid nya sendiri maupun siswa -siswa sekolah sebelah.Selebar wajah Senja sudah memerah menahan malu dan kesal karena di bentak-bentak didepan mata para anak didiknya. Senja lelah, lapar, kesal dan yang terlebih diatas segalanya dia MALU!!Bagaimana dia bisa menasehati siswa-siswa nya dengan dagu terangkat lagi, kalau saat ini saja dia sudah di maki-maki tanpa diberi kesempatan membela diri."Bu Senja gak ikut tawuran Mas. Tadi ojek Bu Senja pas melewati lokasi tawuran. Karena Bu Senja melihat kami dalam kesulitan, maka nya beliau berhenti Mas. Ibu Senja sama sekali tidak bersalah Mas, jangan dimarah-marahin
Abimanyu terus menerus melirik jam dipergelangan tangannya. Waktu saat ini sudah menunjukkan pukul 10.40 WIB, itu berarti dia sudah meninggalkan Senja selama 3 jam 40 menit. Dia tidak tahu pasti apa yang sedang dilakukan Senja saat ini. Mau menelepon tidak enak dengan para pesertameetingyang merupakan pentolan-pentolan penanam saham besar di JagaKarsa Group ini. Mau meninggalkan pesan? itu berarti dia juga harus mengeluarkan ponsel ditengah-tengah rapat penting begini. Karena perasaannya terus saja tidak enak,bkursi empuk begini pun rasa-rasanya seperti penuhi duri.Segala kegelisahan Abimanyu pun ternyata tidak luput dari pandangan Sabda. Dia tahu sedari dia masuk tadipun, Abi sebenarnya sudah tidak fokus untuk mendengarkan semua poin poin penting selamameetingkali ini. Selama Abi bekerja pada perusahaan mereka, tidak pernah satu kalipun dia gagal fokus. Tetapi kali ini, dia bahkan sampai kehilangan orientasi. Dan
Senja melipat rapi jaket pinjaman dari ayah Cakra ke dalampaper bag. Rencananya setelah pulang mengajar, dia akan singgah ke sekolah sebelah untuk menitipkan jaket kepada Cakra.GadingCute :Njaaa,ntar malem jadi kita ikutan galang dana buat gempa di Lombok?SenjaSetrong:Jadi Bu,Lolangsung aja ke TKP,kita ketemuan disana aja ya?MarthaSitumorang :Guentar disana ikut stand live music aja ya Nja?!!TitaImoet :Gue ikutan stand jualan aja,biar bisa sekalian ngemil hahahaha...teutep makan.SenjaSetrong :Apa aja deh yang pentingLo Lop
Sabda baru saja tiba di kediaman adik bungsu nya, saat telinganya mendengar tangisan memilukan adiknya yang berasal dari arah dapur. Dia sengaja singgah ke rumah adiknya saat membaca komen instagram adiknya yang mengatakan bahwa dia sedang sendirian dirumah, sementara suami sialannya itu sibuk menjadiherderdi acara galang dana adikjadi-jadiannya.Didapur Sabda melihat adik kesayangannya itu sedang menangis sedih sambil membersihkan meja makan. Bermacam-macam hidangan yang tampak menggugah selera, telah dimasukkan oleh adiknya kedalam lemari es. Perut buncitnya tampak membuat gerakan adiknya yang biasanya begitu gesit itupun menjadi lamban."Kamu kenapa Tari? Koq nangis hmmm? Apa yang kamu sedihkan? Sini ceritakan sama Abang."Tari yang melihat sosok sang kakak sedang bersandar di pintu dapur, langsung menghambur dan memeluk sosok gagah itu dengan berurai air mata."Mas
Setengah berlari Senja mengitarilobbyhotel mewah yang luas ini dan berhenti tepat didepan meja resepsionis di hotel Dirga Surya."Se la mat malam Mbak. Saya Senjahari, kemarin malam Pak Aryasatya sudah mendaftarkan nama saya sebagai salah satu peserta yang akan mengikuti wawancaraprivatedengan Bapak Guntur Permadi di President Suite 156. Bisa sekarang saya langsung ke sana Mbak?"Dengan nafas terengah-engah sehabis berlari cukup jauh Senja menjelaskan maksud kedatangannya kepada petugas resepsionis. Kemacetan panjang yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas menjadikan Senja terlambat dua puluh menit dari waktu yang dijadwalkan."Oh benar, semalam diinstruksikan di kamar 156, tetapi baru saja tadi staff beliau mengatakan Bu Senja dipersilahkan masuk ke kamar 157, Bu. Ada perubahan mendadak katanya. Nanti ibu langsung masuk saja."Ujar resepsionis cantik bername
"Kalau kamu memang sangat membutuhkan uang, kenapa kamu tidak langsung saja minta pada Mas, Nja? Kenapa kamu harus menjual diri seperti ini? Mas melihatmu lahir, merangkak, berjalan, berlari dan tumbuh besar dari hari ke hari dengan bantuan kedua tangan Mas sendiri. Mas sudah mencintai kamu selama itu Nja. Selama itu!Butuh perjuangan selama bertahun-tahun buat Mas demi untuk meyakinkan ibumu, bahwa cinta yang Mas punya buat kamu adalah cinta antara laki-laki dan perempuan. Bukan seperti cinta antara seorang kakak dengan adik perempuannya. Mas hanya melihat pada satu wanita seumur hidup Mas, dan wanita itu adalah Kamu Nja!Bagaimana bisa Mas melewatkan satu sifat buruk kamu yang seperti ini? Dan bagaimana mungkin Mas bisa menyentuhmu lagi, tanpa Mas membayangkan ada laki-laki lain yang juga melakukan hal yang sama. Bagaimana bisa Nja?Bagaimana bisa?!"Abimanyu mencengkram stir mobil begitu erat. Ia seolah-olah ingin melampias
Senja mulai mengumpulkan barang-barangnya dan mengepaknya dalam satu kardus besar. Pakaian-pakaiannya sudah dimasukkan semua kedalam kopernya. Setelah perseteruan hebatnya dengan Abi yang diakhiri dengan aksi saling sindir itu membuat Senja mengambil keputusan untuk keluar dari kediaman keluarga Wicaksana. Toh memang kehadirannya disana hanya akan membuat orang-orang yang tahu siapa sebenarnya posisi Senja disana akan semakin menambah kesalah fahaman saja. "Kenapa sih Kamu mau ngekost lagi Nja? Kan lebih baik tinggal disini sama Bapak Ibu. Ada Kamu disini membuat Ibu merasa memiliki anak perempuan Nja. Tetap tinggal disini sama Ibu ya? Sampai Kamu menemukan jodoh yang baru nanti. Mau ya Nja?" Ibu Riani masih kembali berupaya membujuk Senja untuk tidak pindah rumah. Senja tersenyum. Bagaimanapun hubungannya sekarang dengan Abimanyu, tetap saja dia menyayangi Ibu Riani dan Pak Sugeng. Mereka berdua adalah sahabat ibunya sedari kecil. Senja
Sabda menonton video panas yang diperankan oleh Senja dan dirinya sendiri secara berulang-ulang. Dan anehnya dia tidak bosan. Tapi malah jadi horny pagi-pagi begini. Shit! Demi meredakan ketegangan dirinya yang sudah mencapai taraf tidak bisa mengancingkan celana, ia pun berakhir di kamar mandi dengan ponsel di tangan kiri dan tante lux di tangan kanan. Double shit! Dia merasa seperti abege puber yang tidak bisa menahan birahi sekarang! Sabda merasa hormon testoteronnya akhir-akhir ini sering tidak terkendali, setiap dia teringat kembali tubuh seksi Senja yang pernah dinikmatinya hingga tuntas. Dan demi untuk meredakan keadaan dirinya yang terus menerus on, Sabda mulai punya kebiasaan baru untuk berself service sambil membayangkan tubuh naked Senja. Ia selalu on setiap menonton video panas yang disutradarainya sendiri itu. Setelah masa pub
Bintang sedang menekuri tugas kuliahnya yang sepertinya tidak akan pernah ada habisnya itu. Matanya sampai sepet karena terus menerus dipaksa memelototi laptop yang juga balas memelototi nya galak.Saolohhh... tugas oh tugas, kapanlah engkau menjauhi diriku!TOK!!! TOK!!! TOK!!!"Masuk aja, Bu. Tidak di kunci."Bintang menyahut lemas dari dalam kamar. Perlahan seraut wajah teduh ibunya muncul dibalik pintu. Ibu nya Senjahari, masih tampak cantik di usia pertengahan empat puluhan."Bi, itu ada Kak Tian di depan. Sana temani dulu ya, Nak. Langit masih dalam perjalanan pulang. Katanya macet banget dijalan. Ayo Bi, sana temani dulu Nak Tian. Perasaan dulu waktu kecil Kamu malah bilang mau jadi istrinya Tian kan ya?"Hahahahaha...Senja tertawa menggoda putri bungsunya ini. Walau pun Langit lahir hanya lima menit lebih dulu dari Binta
Sabda melenguh penuh kepuasaan saat meraih puncak asmara tertingginya. Begini ini nikmatnya rasa bercinta setelah berpuasa cukup lama akibat puerperium atau masa nifas setelah Senja melahirkan. Hari-harinya yang gelap penuh penyiksaan akibat junior yang kebingungan mencari pelampiasan usai sudah terhitung sejak hari ini.Senja yang terlihat kelelahan setelah di mesrainya habis-habisan tampak mulai mengantuk. Bukan hal mudah mengurus dua orang bayi kembar yang kalau sudah menangis, bisa membuat kelabakan seluruh penghuni rumah."Selamat malam jummat Sayang. Mau tidur atau mau lagi?" Bisik Sabda sambil menggigit mesra telinga Senja."Astaghfirullahaladzim..Emangnya Abang nggak capek udah berkali-kali begituan masih aja nggak puas-puas?" Senja sampai ngeri melihat nafsu Sabda yang tidak puas-puas juga. Balas dendamnya niat banget sepertinya."Abang kan nunggunya ud
Senja sedang dilanda kebosanan yang luar biasa saat menanti kelahiran putra putrinya. Hasil USG bulan lalu memperlihatkan kalau ternyata dirinya mengandung anak kembar. Sejak kabar itu diketahui Sabda, suaminya yang memang posesif akut itu pun naik level menjadi suami paranoid pangkat tiga.Bagaimana tidak, suami galaknya itu bahkan sama sekali tidak memperbolehkannya melakukan kegiatan apapun, catat apapun. Ke bengkel hanya sekedar untuk bercengkrama dengan Pak Wijayakesuma atau Bang Abyaz, tidak boleh. Ngemall bareng si Lily somplak tidak diizinkan. Pengen sekedar nyamperin Tita ke kost-an, tidak ridho katanya. Bahkan saat dia ingin ke rumah Ayahnya saja, harus bersama dengan dirinya. Padahal kalau Sabda ke sana, ayahnya selalu melihatnya sebagai mahkluk tak kasat mata, alias tidak terlihat dan tidak dianggap.Hari ini Senja ingin sekali memberi kejutan pada suami kulkasnya itu dengan cara membawakan makan siang untuknya. Sedari
Perhelatan akbar pun akhirnya usai sudah. Senja yang tengah duduk di kursi rias, merasa kakinya seperti hendak patah karena terus berdiri dalam waktu yang lama. Ia harus menyalami beberapa ribu tamu yang ingin mengucapkan selamat atas pernikahannya. Ketika akhirnya semua usai, barulah ia bisa bernafas lega.Sebenarnya sewaktu di gedung tadi pun diam-diam ia telah mengganti highheelsnya dengan sendal hotel yang dibawakan Sabda. Karena menurut Sabda, dirinya sedang hamil, jadi tidak boleh berlama-lama memakai sepatu hak tinggi. Namun kendati pun telah memakai sendal yang nyaman, tetap saja kakinya kram karena berdiri diselingi duduk selama berjam-jam.Pintu kamar mandi terbuka. Menghadirkan sosok suaminya yang baru saja selesai mandi. Titik-titik air masih tampak menghiasi ujung-ujung rambutnya yang sedikit basah. Tubuh pelukable suaminya hanya ditutup oleh lilitan handuk putih yang menggantung seksi di pinggang ra
"Saya terima nikah dan kawinnya Senjahari Semesta Alam binti Aryasatya Wisesa dengan mas kawin 100 gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"Sabda dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?" tanya Pak Penghulu."Sahhhh!"Koor dari para saksi dan semua tamu undangan yang menyaksikan ijab kabul terdengar lantang."Alhamdullilahhhh."Setelah acara ijab kabul selesai, penghulu meminta Senja untuk keluar dan duduk di samping suaminya. Saat mata keduanya bertemu pada satu titik, Senja melihat sorot mata Sabda begitu mesra sekaligus lega. Akhirnya seperti inilah akhir kisah cintanya. Senja yang seumur hidup hanya mengenal seorang pria yang sedekat nadi di sepanjang usian
Begitu mobil Abi memasuki pekarangan rumah dan terus lurus memasuki garasi, Sabda mengejar dan membuka paksa pintu pengemudi. Abi bahkan belum sempat mematikan mesin mobil, saat Sabda sudah menyeretnya keluar. Sabda menghempaskan tubuh Abi ke tanah dan memukulinya habis-habisan."Udah! Udahh! Bang Sabda. Jangan saling berkelahi lagi. Senja sudah capek seharian ini. Senja jadi berasa sedang shooting film The Raid2nya Iko Uwais, sejak dari bengkel tadi. Udah dong semuanya!"Sabda yang sedang menarik kerah baju Abi, seketika melepaskan Abi begitu saja. Ia segera memeluk erat Senja."Kamu nggak apa-apa Sayang? Ada yang sakit?" Dan saat pandang mata Sabda menemukan pipi Senja yang membengkak dan mulai membiru, ia kembali menerjang Abimanyu yang baru saja duduk."Banci Lo, bangsat! Lo mukul Senja hah? Kalo lo emang laki-la-""Bukan, Bang. Bukan Mas Abi yang mukul Senja. Tapi pr
Senja duduk diam dalam mobil Abi yang melaju gila-gilaan. Sesekali ia memegang sisi mobil sembari memejamkan matan. Ia merasa begitu ngeri dengan cara mengemudi Abi yang begitu emosional.Perutnya mulai mual karena terus terguncang-guncang setiap kali Abi membelokkan mobilnya. Karena Abi berbelok tanpa sedikitpun mengurangi kecepatannya. Keringat dingin kini bermanik di kening Senja. Ditambah dengan pipi bengkak dan membiru di sekitar rahangnya, membuat penampilannya mirip seperti korban KDRT."Mmm... Mas. Bisa berhenti sebentar? Senja mu-mual Mas..."Senja pun mencoba mengambil nafas pendek-pendek dan berusaha sekuat tenaga, menahan rasa mual yang sepertinya sudah mencapai tenggorokannya.Mobil pun seketika terhenti. Senja dengan segera berlari ke sudut jalan yang agak sepi. Di sana ia mengeluarkan semua isi makan siangnya di sisi jalan.Suara muntahnya yang berusaha di tahan sebenarnya s
@HallilintarSabdaAI can't wait to marry the love of my life@Senjahari#ILoveYou#couplegoals#holdinghands#theloveofmylife#TheoneandonlyDisukai oleh @DayuWijayaKesuma@BadaiPutraAlam@AbyazWijayaKesuma@CakraWisesa@ZahraZulfa@PrastithaLasmana@MarthaSitumorang@GadingPermana@ElangPramudya dan 697.632 lainnya.@ZahraZulfa Akhirnyaaaaa...kesampaian juga ya Pak, tekadnya untuk menikahi Bu @Senjahari, semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah, warohmah ya?Aamin.@AbyazWijayaKesuma Wohooooo...ada yang nggak sabar pengen belah duren jilid II ini?hahaha#tertawamesum@PrastithaLaksmanaSelamat ya Pak Sabda, semoga langgeng sampai kakek ne
Badai sedang duduk termenung di kebun belakang, saat menyaksikan Sabda mengantarkan Senja pulang ke kos-annya. Dalam hati, Badai malu sendiri karena mempunyai perasaan-perasaan yang mulai tumbuh terhadap 'milik' abangnya lagi. Padahal baru beberapa hari lalu ia berjanji untuk tidak lagi 'mengambil' apa yang sudah menjadi milik abangnya seperti dulu. Dalam kediamannya itu, Badai tidak menyadari kalau sang ibu menyusulnya."Dai, ibu boleh bicara?" Bu Ajeng perlahan mendekati kursi malas yang sedang diduduki Badai. Menyadari kehadiran sang ibu, Badai menegakkan tubuh. Ia mengangguk dan menggeser duduknya. Memberikan tempat agar sang ibu bisa menempatkan diri di sana."Boleh dong, Bu. Ibu mau bicara apa?" Badai mencoba bersikap santai. Padahal ia tau, pasti ada hal penting yang ingin disampaikan sang ibu. Tidak biasanya ibunya bersikap serius seperti ini."Ibu mau bicara dari hati ke hati denganmu. Bisa 'kan Nak?" Badai terdia